Kisah Kartu Lebaran Pembakar Semangat Kemerdekaan


Kartu ucapan selamat lebaran. (Foto/bukalapak)
PENYANYI Krisdayanti bungah hati bukan kepalang beroleh Kartu Lebaran Presiden Joko Widodo. KD, sapaan akrab pelantun tembang Mencintaimu, lantas mengunggah foto ucapan selamat idulfitri dari orang nomor satu di Indonesia pada akun resmi Instagramnya.
"Ngaturaken Sugeng Riyadi kagem Bapak Presiden @jokowi sekeluarga. Mengucapkan selamat Hari Raya Idulfitri kepada Bapak Presiden @jokowi sekeluarga," tulis KD pada akun @krisdayantilemos.

Selain KD, beberapa artis ternama, social media enthusiast, dan tokoh-tokoh lainnya pun beroleh kartu serupa. Mereka pun ramai-ramai mengunggahnya di akun sosial media masing-masing.
Berkirim Kartu Lebaran telah menjadi tradisi. Bahkan di masa-masa sulit Revolusi Fisik pun menyampaikan pesan selamat Idulfitri tetap beralangsung. Pada masa Pendudukan Jepang, penguasa militer bahkan membebaskan umat Islam mengirim Kartu Lebaran, setelah sebelumnya sempat dibatasi pemerintah Belanda.
Pemerintah Militer Jepang justru menggunakan Kartu Lebaran untuk merangkul umat muslim republikan.“Mulai sekarang telah diperkenankan oleh Djawatan Pos untuk mengirimkan kartu Lebaran dengan tak memakan batas. Pengiriman dengan menerangkan alamat yang lengkap di dalam amplop. Adapun ongkos pengiriman seperti biasa, dua sen,” tulis Tjahaja, 18 September 1943.

Tak tanggung-tanggu, penguasa militer kala itu mengumumkan tatacara pengiriman kartu lebaran. “Akhirnya diperingatkan kepada umum bahwa pada sampul-sampul karcis-karcis Lebaran pun harus ditulis juga nama dan alamat si pengirim dengan lengkap dan terang,” tulis Soeara Asia, 23 September 1943.
Pada 7 September 1944, para penguasa militer kembali memanfaatkan momen Idul Fitri. Sidang Istimewa ke-85 Teikoku Ginkai (Parlemen Jepang), Perdana Menteri Koiso mengumumkan bahwa Hindia Timur (Indonesia) akan merdeka di kemudian hari. Selain berisi ucapan “Selamat Idul Fitri”, karcis lebaran rata-rata disertai salam “Indonesia Merdeka”.
“Slogan ‘Indonesia Merdeka’ itu ibarat obat mujarab bagi bangsa Indonesia yang menderita selama dijajah Belanda. Kita harus memakainya dengan baik-baik sesuai dengan petunjuk dan resep dokternya, yaitu Dai Nippon," tulis Tjahaja, 22 September 1944.
"Yang tidak dapat ditawar lagi ialah kita harus berani dan ikhlas berkorban untuk mencapai Indonesia merdeka itu dengan berjuang mati-matian bersama Dai Nippon dalam perang Asia Timur Raya ini. Dai Nippon menang, Indonesia pasti merdeka!” lanjut tulisan tersebut. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem

Tradisi Murok Jerami Desa Namang Resmi Diakui Jadi Kekayaan Intelektual Khas Indonesia

Pakai Drone Thermal, Rata-Rata Respons Situasi Darurat Basarnas 2 Kali Lebih Cepat Jadi 15,7 Menit

Menhub Sebut Kebijakan WFA Ubah Pola Mudik Lebaran 2025

Kenapa Kita Halalbihalal sepanjang Bulan Syawal? Ini Asal-Usul dan Sejarahnya yang Jarang Diketahui

H-1 Lebaran, Mantan Artis Sekar Arum Masukkan Uang Palsu Rp 10 ke Kotak Amal Istiqlal

Selama Angkutan Lebaran 2025 PT KAI Daop 6 Amankan Barang Senilai Rp 287 Juta

Pekerja Kantoran Mulai Kembali Bekerja usai Libur Lebaran di Kawasan Perkantoran Jakarta

Kemacetan Lalu-Lintas Jakarta Hari Pertama Kerja usai Libur Lebaran

Kendaraan Pemudik Lewat Gerbang Tol Ngemplak Boyolali Naik 72,06 Persen Selama Arus Mudik dan Balik
