Ketua GNPF-MUI Beberkan Pertemuan dengan Presiden Jokowi


GNPF-MUI bertemu Presiden Joko Widodo dalam rangka silaturahmi serta meminta adanya komunikasi dengan Presiden.(ANTARA FOTO/Puspa Perwitasari)
Pengurus Gerakan Nasional Pembela Fatwa Majelis Ulama Indonesia (GNPF-MUI) berharap agar hubungan kelompok tersebut dengan pemerintah dapat mencair usai Hari Raya Idul Fitri.
"Kami diterima Presiden dalam rangka silaturahim halal-bihalal hari raya Idul Fitri dan bagi kami, ini kesempatan dalam rangka momen halal-bihalal ini, hal-hal yang selama ini menjadi harapan kami jadi lebih cair suasananya karena terkait dengan suasana lebaran, beda dengan suasana demo," kata Ketua GNPF-MUI Bachtiar Nasir di lingkungan Istana Kepresidenan Jakarta, Minggu (25/6).
Bachtiar Nasir bersama dengan sejumlah pengurus gerakan tersebut antara lain M Kapitra Ampera Yusuf Muhammad Martak, Muhammad Lutfi Hakim, Habib Muchsin, Zaitun Rasmin dan Deni bertemu dengan Presiden Joko Widodo di Istana Merdeka setelah Presiden mengadakan "open house" bagi masyarakat.
Seperti diketahui, GNPF-MUI menggerakkan massa untuk ikut dalam "Aksi Bela Islam" yang pertama digelar pada 14 Oktober 2016. Selanjutnya muncul rangkaian Aksi Bela Islam pada 4 November 2016 yang lebih dikenal dengan aksi 411, pada 2 Desember 2012 atau 212, lalu aksi 313, dan aksi 28 Maret lalu.
Aksi tersebut dilatarbelakangi tuntutan merka dalam sidang penodaan agama yang dilakukan oleh mantan Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dalam pertemuan itu, Presiden, menurut Bachtiar menceritakan mengenai sejumlah program kerjanya.
"Presiden mengemban amanat yang cukup berat dan berusaha menjalankan setiap program-programnya dengan berbagai macam cara pandang, ada yang suka dan tidak suka," katanya.
Presiden, lanjutnya, juga mengutarakan keharusan konsisten dalam program yang dijalankannya dan harus berani mengambil risiko itu.
"Kami mendapatkannya keberpihakan beliau untuk ekonomi kerakyatan adalah hal yang cukup bagus adalah bagaimana kita dengar sekian belas juta hektar tanah diperuntukkan untuk masyarakat," katanya.
Meski demikian, Bachtiar mengaku belum ada hal teknis yang dibicarakan dalam pertemuan tersebut. Pertemeun tersebut menurut dia merupakan ajang silaturahim sekaligus membangun komunikasi untuk mencairkan suasana.
"Alhamdulilah cair sekali dan kami mulai saling mengerti dan memahami, teknis belum dibicarakan," tambah Bachtiar Nasir.
Pengurus GNPF-MUI Muhammad Lutfi Hakim yang ikut dalam silaturahmi tersebut mengakui bahwa sebelumnya ada praduga antara Presiden dan GNPF-MUI yang menghalangi komunikasi.
Melalui silaturahmi tersebut, menurut dia, berbagai praduga yang terbangun bisa lebur, sehingga mengetahui masing-masing pemikiran dan aspirasi yang dibawa.
"Kami sepakat ke depan akan komunikasi lebih intensif lagi. Pemerintah dengan umat Islam juga tidak dalam suatu situasi berhadap-hadapan dalam konteks kebhinekaan, Pancasila, atau pun NKRI. Pak Presiden tidak memandang umat Islam seperti itu dan suasana itu yang ingin kita pelihara," kata Lutfi.
Sumber: ANTARA
Bagikan
Berita Terkait
Cerita Ajudan Saat Jokowi Pemulihan Sekaligus Liburan di Bali Bersama Semua Cucu

Umat Islam Diminta Jaga Persatuan di Momentum Lebaran, Jangan Terprovokasi Hasutan Memecah Belah

Prabowo Senang Menteri Kerja Keras Redam Gejolak Harga Pangan di Saat Ramadan dan Idul Fitri

Layani Nasabah pada Libur Lebaran, Bank DKI Terapkan Operasional Terbatas

Ribuan Warga Datangi Monas Selama Libur Lebaran, Pilih Tak Mudik karena Berhemat

Gibran Bagi-bagi Amplop di Rumah Jokowi Sebelum Kembali ke Jakarta Usai Rayakan Idul Fitri

Sowan ke Jokowi, Gibran: Dapat Masukan soal Pemerintahan

Momen Toleransi: Ucapkan Selamat Lebaran, Kardinal Suharyo Peluk Erat Menteri Agama

Ribuan Kendaraan Melintas di Jalur Puncak saat Lebaran, Pasar Cisarua hingga Simpang Taman Safari Jadi Titik Macet

Hari Pertama Lebaran, TMII Dikunjungi Nyaris 10 Ribu Pengunjung
