Ketangguhan Seorang Jomlo Menghadapi Pandangan Miring Banyak Orang

AKU agak sungkan sebenarnya cerita pengalaman begitu kikuk menjadi seorang jomlo. Seoalah aib meski bukan dosa besar. Intinya, nikmati saja kekikukan aku kali pertama pergi 'malam mingguan' bersama seorang perempuan.

Ajakan datang dari perempuan tersebut. Aku mana berani ngajak duluan. Baru mau ngetik chat aja tangan gemetar. Untung inisiatif datang darinya. Meski begitu, aku bertekad enggak mau mengecewakannya.

Baca juga:

Ketangguhan CEO Travel Trip Menjalani Usaha Open Trip di Tengah Pandemi

Aku bersiap diri berdandan pol-polan. Pakai busana terbaik. Bahkan berkali-kali ganti sampai cermin mungkin bosan melihat tampangku. Parfum nbukan lagi disemprot, tetapi disiram. Pokoknya mengalahkan harum aroma duren. Dompet terisi penuh biar bisa mentraktir.

Tujuan kami, restoran pizza. Bukan mau gaya-gayaan makan malam kayak mafia Italia, tapi karena enggak ada pilihan lain. Setiba di sana, kamu bisa tebak selanjutnya akan seperti apa?

Ia memesan meja. Aku juga. Kami duduk terpisah. Ia memang enggak datang sendirian. Aku pun begitu. Kami sama-sama datang berkomplotan. Ternyata hari itu tujuan utamanya memberi kejutan hari jadi pacara sepasang teman.

Aku terlalu percaya diri kalau ajakan tersebut kencan. Nyatanya jalan bareng teman. Semalam suntuk, kami merayakan hari resmi pacaran kedua teman sampai selesai.

Kejadi di malam tersebut membuat aku merenung tentang arti menjalin hubungan asmara. Sementar, sampai selesai termenung pun aku masih jomlo.

Baca juga:

Ketangguhan Musisi di Tengah Pandemi

Jomlo alias hidup tanpa pasangan. Aku menjadi jomlo hingga kuliah. Kata orang, kuliah soal buku, pesta, dan cinta. Aku cuma selesai sampai buku. Sisanya, bisa jadi masih proses, bisa jadi entahlah.

Meski begitu, jomlo mempunyai keuntungan finansial. Maklum, seluruh uang hannya dikhususkan guna memenuhi kebutuhan sendiri. Tak heran finansial tak berkurang karena keluar makan, nonton bioskop, apalagi nonton konser musik bisa dibilang sangat jarang. Lagian ngapain juga nonton bioskop sama konser sendirian.

Peluangmu jadi mandiri terbuka lebar. Tahan banting sudah makanan sehari-hari. Seiring berjalannya waktu bakal terbiasa. Aku jadi mandiri dalam pengambilan keputusan dan bertindak.

Menurut penelitian berjudul 'Stigma Terhadap Pemuda Dengan Status Lajang' oleh Dwi Hardani Oktawirawan pada Juni 2020, diketahui seorang jomlo merasa terganggu dan tidak nyaman saat urusan statusnya dicampuri. Namun, pola hidupnya lebih fleksibel karena tidak dikekang pasangan. Orang jomlo cenderung punya perasaan bahagia terpancarkan.

"Kalau mau nikah, kamu pilih umur berapa?". Pertanyaan paling mematikan untuk seluruh orang jomblo. Beberapa pilih menghindar atau alihkan topik, sedangkan lainnya hanya tersenyum. Menikah berarti menemukan pasangan hidup sejati, baik pria maupun perempuan.

Oleh karena itu, sebaiknya belajar dari keluarga dekat kala menikah. Aku belajar tentang menikah membutuhkan banyak persiapan. Tidak hanya dokumen resmi, tapi juga pembelian rumah, perabotan baru, dan mental satu sama lain.

Meski jomlo, tidak ada salahnya mengetahui seluk-beluk bagaimana hidup pengantin baru. Sebagai referensi sebelum mulai berburu pasangan sekali seumur hidup.

Lajang memang pilihan, tapi hidup selalu berputar. Oleh karena itu, perjuangan aku merintis dongeng hidup mandiri sampai membentuk keluarga sesuai pilihan, merupakan prestasi tersendiri bagiku.

Terkesan lambat sebab berbagai faktor dalam dan luar turut mempengaruhi. Kemudian, aku jadi paham bahwa tidak berpasangan adalah anugerah sebelum banting tulang memenuhi kebutuhan istri, anak, ataupun pacar.

Jadi, untuk kamu para jomlo, jangan menyerah menjalani hidup apa adanya tapi berguna bagi orang lain. (Bed)

Baca juga:

Ketangguhan Mahasiswa di Timika cari Ilmu Meskipun Sinyal Mendem