Kenangan Puasa Tak Terlupakan Mengisi Agenda Ramadan


Mengisi Agenda Ramadan menjadi rutinitas para siswa sebelum pandemi selama bulan puasa. (Unsplash-Mufid Majnun)
BUKUNYA seukuran 15 x 10 sentimeter. Lebih kecil dari buku pelajaran sekolah dan lebih tipis dari Lembar Kerja Siswa (LKS). Halaman muka buku tersebut tiap jaman berbeda-beda. Pernah hijau ada gambar masjid, biru, bahkan merah muda. Di buku itu, semua kegiatan ibadah selama bulan Ramadan harus dicatat saban hari.
Baca juga:
Seminggu jelan 'Bulan Puasa', guru agama di sekolah langsung membagi Agenda Ramadan. Guru tersebut meminta kepada siswa-siswi beragama Islam mengisi seluruh ketentuan di buku tersebut selama sebulan penuh.
Setelah libur Lebaran, kata sang guru, Agenda Ramadan akan dikumpulkan lalu dinilai. Pesan guru tentu sangat membekas di benak para murid. Mereka akan melaksanakan tugas mengisi Agenda Ramadan sekuat tenaga.

Kegiatan mengisi Agenda Ramadan nan menjadi keseharian para murid di sebulan penuh tak lagi bisa dilakukan di dua tahun belakangan. Pandemi memaksa seluruh orang bahkan di semua tempat untuk bekerja, beribadah, dan bersekolah dari rumah masing-masing. Tak ada Agenda Ramadan diberikan guru pada para murid selama pandemi di dua tahun terakhir.
Pada masa angka harian COVID-19 masih tinggi, merunut data SurveySensum pada 18-20 April 2020 melibatkan 500 responden di sepuluh kota besar di Indonesia menunjukan sebanyak 43 persen responden mengurangi interaksi sosial, bahkan 25 persen mengaku jarang menyiapkan menu khas berbuka puasa, dan 25 persen lain malahan membatalkan memperbaiki rumah demi persiapan Lebaran. Semua fokus pada penanganan pandemi.
Baca juga:
Alhasil, kegiatan khas Ramadhan selama dua tahun belakangan menurun sehingga tak memungkinan pula para murid diminta mengisi Agenda Ramadan.
Bagi murid generasi sebelum pandemi, khusunya kelahiran 90an sampai 2000an, mengisi Agenda Ramadan menjadi kenangan indah. Anak sekolah SD sampai SMP beramai-ramai datang ke Masjid, baik salat wajib lima waktu, tarawih, dan ibadah lain selalu membawa Agenda Ramadan.

Buku tersebut punya peran penting mengajarkan anak-anak sekolah untuk taat dan rajin beribadah selama bulan Ramadan. Mereka akan mengisi jumlah salat wajib lima waktu dalam sehari sudah dilakukannya, tarawih, puasa, dan paling mengenang pastinya mengisi catatan ceramah tarawih sekaligus meminta tanda tangan ustaz sebagai tanda bukti.
Momen mengisi catatan ceramah dan tanda tangan ustaz penuh kenangan tersendiri. Sering, anak-anak melakukan kecurangan saat mengisi karena ketika tarawih mereka biasanya lebih memilih untuk keluyuran, seperti jajan di depan masjid, main petasan, perang sarung, dan lainnya sehingga akhrinya untuk mengisi catatan tentang ceramah mencontek atau menyalin dari Agenda Ramadan temannya. Bahkan tanda tangan ustaz pun ikut dipalsukan.
Kenangan mengisi Agenda Ramadan tak akan pernah terhapus dari memori anak 90-an dan 2000-an. Kegiatan mengisi Agenda Ramadan telah menjadi rutinitas selama berpuasa. Maka, begitu kehilangannya anak-anak angkatan pandemi tak bisa lagi melakukan kegiatan khas selama bulan Ramadan, termasuk mengisi Agenda Ramadan. (Ref)
Baca juga:
Polda Jabar Larang Kegiatan SOTR
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Kurikulum Cinta di Madrasah tak Boleh hanya Sloganistik
iPhone 17 Air Masih Kalah dari Samsung Galaxy S26 Edge, Baterainya Jadi Sorotan

Desain OPPO Find X9 Terungkap, Bakal Bawa Bezel Baru dan Paling Tipis di Kelasnya

Xiaomi 15T Series Siap Meluncur secara Global 24 September 2025, Intip Spesifikasinya

Rilis Terbatas Oktober, Samsung Galaxy Z Trifold Jadi Ponsel Lipat Terunik Berkat G Dual-infold

Mensos Tidak Bakal Tolerir 3 Dosa Besar di Sekolah Rakyat, Pastikan Sanksi Tegas

Aksi Demonstrasi Bikin Suasana Kurang Kondusif, Beberapa Sekolah Terapkan PJJ pada Senin (1/9)

Bukan Cuma Kuliah, ITPLN dan APERTI Ingin Dorong Mahasiswa Jadi Inovator

Teaser Samsung Galaxy S25 FE Sudah Dirilis, Resmi Meluncur 4 September 2025

Apple Bakal Rombak Desain hingga 2027, iPhone 17 Jadi Seri Pertama yang Berevolusi
