Kenali Konsep Mobil Terbang Terbaru dari Embraer

INGAT dengan Jetsons? Mobil terbang futuristik buatan mereka mungkin akan menjadi kenyataan berkat desain ‘miring’.

Namun, konsep terbaru mobil terbang milik Embraer benar-benar sempurna. Untuk merayakan ulang tahun ke-50 pabrikan dirgantara Brasil ini, perancang perusahaan menatap 50 tahun ke depan pada transportasi udara dan darat VVIP.

Baca juga:

Pesawat Terbesar Dunia Dipilih untuk Meluncurkan Kendaraan Hipersonik

Berpikir ke depan hingga tahun 2070, mereka merencanakan membuat sepasang kendaraan otonom yang bepergian melalui darat dan udara tanpa mengharuskan penumpang keluar dari pusat kapsul yang seluruhnya terbuat dari kaca. Nama kendaraan itu Embraer’s Pulse Concept.

Mengambil inspirasi dari mobil konsep pertama, Buick Y-Job Harley Earl dari tahun 1938, Embraer's Pulse adalah mobil konsep kedirgantaraan pertama yang dirancang untuk menginspirasi inovasi masa depan (sebagai catatan, mobil terbang The Jetson terinspirasi oleh konsep Ford 1954, FX-Atmos).

Baca juga:

Sensasi Terbang ala Astronaut dalam Penerbangan tanpa Gravitasi

"Aspek pengalaman adalah dengan memiliki ruang suasana yang dapat dinikmati di darat atau di udara. Transportasi yang lancar antar destinasi, tapi bukan dari bandara ke bandara," kata Jay Beever, wakil presiden desain interior untuk Embraer Executive Jets kepada Departures.

Bagaimana cara kerjanya? Untuk perjalanan udara, kapsul terbang futuristik terbang akan lepas landas secara vertikal dan mampu mendaratkan pesawat di lokasi mana pun. Di tanah, kapsul dipindahkan ke mobil self-driving tanpa awak, menciptakan loop transportasi yang mulus, memindahkan penumpang dari udara ke tanah tanpa gangguan.

Kapsul tembus pandang yang terlihat seperti lounge mewah antara pesawat dan mobil akan menjadi hasil dari kemajuan teknologi kaca di masa depan dan logam paduan tembus pandang. Memungkinkan pandangan 360 derajat yang cukup spektakuler dari dunia di sekitar.

Konsep Pulse mirip burung sebenarnya dimulai sebagai proyek kemanusiaan. "Mungkin ada waktunya di mana peralatan pemadam kebakaran drone mungkin diperlukan untuk respon bencana, seperti apa yang terjadi di Australia dan California," kata Beever. (lgi)

Baca juga:

90 Menit Saja dari Paris ke Amsterdam dengan Hyperloop