Kelompok Hamas dan Fatah Bertemu di China Pekan Depan

Rekonsiliasi antara kubu Fatah dan Hamas memang sudah dinantikan lama oleh warga setempat. (Antara/Istimewa)
Merahputih.com - Kelompok Palestina Hamas dan Fatah dijadwalkan untuk bertemu di ibukota China, Beijing. Pertemuan dijadwalkan pada 20 Juli. Kedua kelompok akan membahas rekonsiliasi inter-Palestina.
"China akan memimpin pertemuan yang meliputi kelompok-kelompok Palestina sebagai upaya mengakhiri perpecahan internal, dan akan didahului dengan pertemuan antara kelompok Hamas dan Fatah,” kata Abdel Fattah Dawla, seorang pemimpin senior Fatah dikutip Antara, Selasa (16/7).
Dia menambahkan bahwa pertemuan akan dimulai pada 20 Juli, dan akan berlangsung selama tiga hari. Dawla mengklaim, gerakan Fatah terbuka untuk menyelesaikan dan menghilangkan semua hambatan bagi rekonsiliasi di bawah kondisi sulit warga Palestina. Terutama di tengah perang genosida di Gaza.
Baca juga:
JK Bertemu Pemimpin Tertinggi Hamas di Qatar, Bahas Perang di Jalur Gaza
Sementara itu, anggota Komite Pusat Fatah Azzam Al-Ahmad, menekankan bahwa gerakannya akan berpartisipasi dalam pertemuan Beijing dengan keterbukaan yang bertujuan untuk mengakhiri perpecahan.
Sementara, Kelompok Hamas belum memberikan tanggapan terkait rencana pertemuan tersebut.
Di Beijing, juru bicara Kementerian Luar Negeri Lin Jian mengatakan China secara konsisten mendukung faksi-faksi Palestina dalam mencapai rekonsiliasi dan persatuan melalui dialog dan konsultasi.
“China menyediakan platform dan menciptakan peluang bagi faksi-faksi Palestina untuk terlibat dalam dialog rekonsiliasi,” kata Lin.
Baca juga:
Menlu AS Sebut Beberapa Usulan Amendemen Hamas Tak Bisa Dilaksanakan
April lalu, Jian mengatakan perwakilan Fatah dan Hamas mengadakan “konsultasi mengenai kemajuan rekonsiliasi intra-Palestina dan dialog yang mendalam dan jujur” di Beijing.
Sebelum pertemuan di Beijing pada April, kedua faksi juga mengadakan pertemuan di Moskow pada Februari.
Perundingan serupa juga pernah terjadi dalam beberapa tahun terakhir di Turki, Aljazair, dan Mesir, namun semuanya gagal menghasilkan terobosan dalam proses rekonsiliasi Palestina.
Wilayah Palestina di Tepi Barat dan Jalur Gaza telah terpecah secara politik sejak Juni 2007 karena perbedaan pendapat yang tajam antara gerakan Fatah dan Hamas.
Hamas memenangkan mayoritas dalam pemilihan legislatif tahun 2006. Sejak itu, mereka menguasai Jalur Gaza, dan Fatah memerintah Tepi Barat.
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
NASA Larang Warga Negara China Kerja di Program Antariksa, Antisipasi Tindakan Spionase

Hubungan Donald Trump-Benjamin Netanyahu Makin Renggang Usai Presiden AS Sebut Serangan Israel ke Doha 'Tindakan Ceroboh'

Tanggapi Serangan Israel ke Doha, PM Qatar: Tak Hanya Melampaui Hukum Internasional, Tapi Juga Standar Moral

Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi

Presiden Prabowo Tawarkan China untuk Garap Proyek Giant Sea Wall Pesisir Utara Jawa
Bertemu di Beijing, Rusia dan Korut Bakal Tingkatkan Hubungan Bilateral Bikin Program Jangka Panjang

Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat

Misterius Banget, ini Sosok Kim Ju-ae, Anak Pemimpin Korea Utara yang Disebut Calon Penerus

Presiden China, Rusia, dan Pemimpin Korea Utara Akrab di Parade Militer, Donald Trump Singgung Konspirasi Melawan AS

China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II
