Kecerdasan Buatan, Solusi untuk Tangani Endometriosis


Kecerdasan buatan jadi solusi terbaik untuk menangani endometriosis. (Foto: Unsplash/Possessed Photography)
PEREMPUAN masih abai terhadap penyakit Endometriosis. Penyakit sistem reproduksi ini memiliki gejala nan selama ini disepelekan, yakni nyeri panggul. Kondisi tersebut sebenarnya tidak normal, dan bisa memperparah endometriosis karena menimbulkan masalah lain seperti nyeri haid infertilitas, dan pemilihan target terapi.
Namun, kehadiran teknologi kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI), dapat menangani penyakit ini dengan optimal. AI dapat memperbaiki kualitas hidup perempuan dengan lebih tepat dan cepat, serta menjadi panduan baru untuk manajemen di masa depan.
Baca Juga:
Prof. Dr. dr. R Muharam, SpOG, Subsp. F.E.R, MPH, Spesialis Obstetri dan Ginekologi dalam
Pidato Pengukuhan Guru Besar Ilmu Kedokteran FKUI baru-baru ini mengatakan endometriosis merupakan salah satu penyebab morbiditas ibu dalam bidang imunoendokrinologi reproduksi.
"Prevalensi endometriosis 6-10 persen pada perempuan usia reproduktif dengan angka kekambuhan endometriosis yang tinggi (23.2-56.4 persen)," ujar Muharam, dalam siaran pers yang diterima merahputih.com pekan ini.

“Nyeri haid, infertilitas dan kista merupakan gejala tersering yang dikeluhkan, selain itu dapat
juga gangguan buang air besar dan berkemih yang bersifat siklik, nyeri saat berhubungan
seksual, gangguan siklus menstruasi,” jelasnya.
Ia mengatakan diagnosis endometriosis sering mengalami keterlambatan 7–11 tahun, hal ini
disebabkan antara lain nyeri haid yang dianggap hal yang normal di masyarakat. Saat ini banyak penderita endometriosis yang datang ke pusat rujukan fertilitas tertier seperti di Klinik Yasmin RS dr Cipto Mangunkusumo dalam keadaan parah, dengan cadangan sel telur yang sudah sangat sedikit.
Baca Juga:
"Hal ini menyebabkan angka kehamilan pada endometriosis menjadi kurang baik. Endometriosis dapat menimbulkan gangguan pada kesehatan mental, penurunan produktifitas kerja, kehidupan sosial, serta pembiayaan pengobatan yang mahal.”

Ia juga mengatakan terapi pilihan pertama adalah terapi medisinal dan pilihan kedua adalah
pembedahan, dengan fokus tatalaksana terapi saat ini dan masa depan adalah preservasi fertilitas. Pada terapi medisinal digunakan pil kontrasepsi, progestin yang mempunyai ketahanan terhadap resistensi progesteron, GnRH agonis dan antagonis.
Pilihan pembedahan dapat dilakukan pembedahan konservatif sampai radikal, hal ini dilakukan apabila sudah mengganggu organ vital seperti ureter, usus dan kandung kemih. Teknologi Reproduksi Berbantu (TRB) diperlukan untuk menatalaksanakan fertilitas dengan
endometriosis.
"Pada endometriosis derajat ringan dapat dilakukan inseminasi dengan stimulasi ovarium, sedangkan pada endometriosis derajat sedang dan berat, apalagi disertai dengan gangguan tuba, adanya faktor pria, dan terdapat kegagalan pengobatan sebelum, dapat dilakukan Fertilisasi In Vitro," tutupnya. (ikh)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
iPhone 17 Pro dan Pro Max Pakai Rangka Aluminum, Kenapa Tinggalkan Titanium?

Samsung Sedang Kembangkan HP Lipat Baru, Bakal Saingi iPhone Fold

Sense Lite, Inovasi Baru JBL dengan Teknologi OpenSound dan Adaptive Bass Boost

Chip A19 dan A19 Pro Milik iPhone 17 Muncul di Geekbench, Begini Hasil Pengujiannya

Xiaomi 16 Pro Bisa Jadi Ancaman Buat Samsung Galaxy S26 Pro, Apa Alasannya?

OPPO Find X9 dan X9 Pro Bakal Hadir dengan Baterai Jumbo, Meluncur 28 Oktober 2025

Spesifikasi Lengkap iPhone 17: Hadir dengan Layar Lebih Besar dan Kamera Super Canggih

iPhone 17 Air Resmi Rilis dengan Bodi Tertipis, ini Spesifikasi dan Harganya

iPhone 17 Pro dan 17 Pro Max Punya Desain Baru, Pakai Chip A19 Pro dan Kamera 8x Zoom

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
