Kebakaran Hutan, Jamur Pinus Kesayangan Warga Korea Selatan Terancam Hilang
Jamur matsutake terancam hilang dan langka karena kebakaran hutan di Korea Selatan.(foto: Instagram @kumicho_cat)
MERAHPUTIH.COM - BAGI para pencinta jamur pinus, dampak dari kebakaran hutan yang baru-baru ini melanda Provinsi Gyeongsang Utara mungkin akan segera terasa di meja makan mereka.
Yeongdeok, salah satu daerah yang paling parah terdampak kebakaran, merupakan penghasil utama jamur pinus di Korea. Dalam bahasa Korea, bahan makan ini dikenal sebagai songi beoseot atau matsutake. Kerusakan parah pada hutan pinus yang subur di daerah tersebut berpotensi membuat jamur berharga ini semakin sulit ditemukan dan jauh lebih mahal untuk dinikmati.
“Hampir 70 persen habitat jamur pinus telah hangus terbakar,” ujar Lee Sang-beom, seorang pencari jamur di Yeongdeok, kepada The Korea Times, Selasa (8/4). Ia mengatakan para petani jamur tak bisa berkata apa-apa setelah kebakaran itu. “Sangat menyedihkan melihat hutan pinus dan jamurnya lenyap. Saya tidak tahu pasti berapa lama waktu yang dibutuhkan agar hutan bisa pulih, tapi yang pasti akan memakan waktu setidaknya 20 hingga 30 tahun,” jelasnya.
Meskipun musim jamur pinus baru dimulai saat musim gugur, para ahli memperingatkan bahwa harganya bisa melonjak drastis saat musim panen tiba. Jamur pinus jauh dari kata biasa. Tidak seperti jenis jamur umum yang dibudidayakan di lahan pertanian, jamur ini hanya tumbuh secara liar, tersembunyi di akar pohon pinus matang yang berusia setidaknya 20 tahun. Habitatnya harus sangat ideal: keseimbangan kelembapan dan suhu yang tepat, yakni 15 hingga 26 derajat celsius. Terlalu banyak, atau terlalu sedikit, kelembapan dapat membunuh jamur ini. Bahkan dalam kondisi ideal, masa panennya sangat singkat, hanya dua minggu antara September dan Oktober.
Baca juga:
Kebakaran Hutan kembali Berkobar di Wilayah Tenggara Korea Selatan, Korban Tewas Bertambah Jadi 30
Jamur ini memiliki kedudukan mendalam di tengah warisan kuliner dan budaya Korea. Catatan tertua tentang jamur pinus ditemukan dalam Samguk Sagi, kronik abad ke-12 dari masa Tiga Kerajaan. Dalam teks tersebut, dipaparkan Raja Seongdeok dari Silla (57 SM – 935 M) pernah mencicipi jamur yang begitu berharga ini. Pada abad ke-11, penyair Kim Gyu-bo dari Dinasti Goryeo (918–1392) memuji aroma segar nan khas dari jamur ini dalam sebuah puisi. Berabad-abad kemudian, pada abad ke-16, tabib kerajaan Heo Jun menuliskan dalam teks pengobatannya, Donguibogam, bahwa jamur pinus merupakan ‘raja dari semua jamur’.
Di antara banyak jenis jamur yang dihargai di Korea, jamur pinus tetap menjadi yang paling dicari. Satu kilogram jamur pinus dengan bentuk sempurna, tebal, harum, dan panjang sekitar 8 sentimeter, bisa mencapai harga lebih dari 1 juta won (sekitar Rp 11 juta).
Sederhana, tapi Serbaguna
Meski berstatus mewah, jamur pinus sering disajikan dengan cara yang sangat sederhana. Banyak orang memilih memanggangnya sebentar atau menumisnya dengan sayuran musiman dan saus berbahan dasar kecap. Irisan tipis yang ditambahkan ke nasi panas juga merupakan resep favorit, karena memungkinkan aroma khas jamur meresap ke masakan.
“Saya suka menambahkan irisan jamur saat memasak samgyetang, sup ayam Korea dengan satu ekor ayam utuh yang diisi beras, ginseng, dan kurma merah,” kata Sang-beom.
Menurutnya, hal yang paling penting saat memasak jamur pinus yakni jangan terlalu lama dimasak, karena aromanya bisa hilang.
Para koki bergengsi berbintang Michelin turut berinovasi dengan jamur ini. Jeongsik Seoul, restoran berbintang dua Michelin, dan Yoon Seoul, restoran berbintang satu Michelin, menyajikan pangsit yang diisi dengan jamur pinus, sedangkan restoran Jepang kelas atas Tenjimon di Seoul bagian selatan menawarkan hidangan tahu yang terbuat dari jamur pinus.(dwi)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Merayakan Malam Tahun Baru ala Argentina, Menikmati Torta Galesa hingga Asado
Babak Baru Restoran Latin: Pembagian Menu Lunch dan Dinner untuk Pengalaman Bersantap Lebih Fokus
Chef Paik Jong-won Balik ke TV, Diam-Diam Hapus Video Pengumuman Hiatus
JF3 Fashion Festival Bawa Industri Mode Indonesia ke Kancah Global, akan Tampil di Busan Fashion Week 2025
Hasil Lab Nyatakan Halal, Bakso Viral di Solo Buka Kembali dan Bagikan 450 Porsi Gratis
Prabowo Akui Belajar soal Etos Kerja dari Orang Korea, Natal dan Idul Fitri Tetap Latihan
Bukan Oppa K-Pop! Ternyata Inilah Idola Utama Presiden Prabowo Subianto dari Korea Selatan
Jalan Panjang Mimpi Besar Kuliner Indonesia, Saatnya Belajar Gastrodiplomacy dari Korsel & Thailand
Penyelundupan hingga Narkotika Bikin Prabowo ‘Ngeri’, Dianggap Jadi Bahaya Nyata bagi Masa Depan Perekonomian
KTT APEC Bakal Hasilkan Deklarasi Gyeongju Dan Kesepakatan Kecerdasan Artifisial