Karier

Jurus Jitu Brand Besar Tangani Pekerja Generasi Z

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Sabtu, 03 Desember 2022
Jurus Jitu Brand Besar Tangani Pekerja Generasi Z

Jumlah mereka pasti tumbuh dan akan berperan penting untuk masa depan sebuah perusahaan. (Foto: Pexels Mikhail Nilov)

Ukuran:
14
Audio:

KOMPOSISI Generasi Z atau Gen Z dalam perusahaan mungkin belum terlalu besar saat ini. Namun seiring waktu, jumlah mereka pasti tumbuh dan akan berperan penting untuk masa depan sebuah perusahaan.

Meski punya potensi, Gen Z juga memendam banyak masalah yang harus diantisipasi para pemimpin perusahaan. Gen Z dilahirkan dan dibesarkan di tengah gempuran media sosial dan pesatnya teknologi. Sebab itulah mereka dibekap perasaan terisolasi.

Mereka juga menghadapi situasi pandemi yang membuat mereka semakin kesepian. Tantangan lainnya, badai PHK beberapa tahun belakangan dan ancaman resesi tahun depan. Gen Z membutuhkan dukungan perusahaan sepenuhnya agar dapat berkontribusi secara optimal.

Gen Z umumnya lahir pada periode 1996-2009. Mereka generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer.

"Gen Z juga memilih platform yang lebih bersifat privasi dan tak permanen. Mereka dikenal lebih mandiri serta menempatkan uang dan pekerjaan dalam daftar prioritas," ujar Achmad Setyo Hadi, Director of Graduate Programme di Universitas Prasetiya Mulya dalam acara HR Talk 2022 bertema "A Framework for Leveraging the Uniqueness of the Generation Z" di Jakarta, akhir pekan lalu.

Setyo menilai Gen Z cenderung kurang suka berkomunikasi secara verbal, egosentris, dan individualis. Mereka juga tertarik memegang beberapa posisi sekaligus dalam perusahaan jika itu bisa mempercepat kenaikan karier.

“Jadi tantangannya sekarang, bagaimana Gen X dan Gen Y harus merekonstruksi sosialnya untuk memahami Gen Z. Demikian juga, kelak Gen Z harus mau merekonstruksi untuk menghadapi generasi Alpha, Beta, dan seterusnya,” imbuhnya.

Sementara itu, Friska Finalia Sitohang, HR Manager di PT Global Urban Esensial & HR Operations Manager di Dexa Medica (Member Dexa Group), mengungkapkan bahwa pihaknya sudah merekrut Gen Z untuk menjadi karyawan sejak beberapa tahun lalu.

Menurut Friska, karyawan Dexa Group saat ini didominasi oleh Gen Y. Jumlahnya 57 persen. Sedangkan komposisi Gen Z sebesar 30 persen dan Gen X tinggal 13 persen.

Baca juga:

Bahasa Binan, Cikal Bakal Bahasa Gaul Generasi Z

generasi z
Mereka generasi digital yang mahir dan gandrung akan teknologi informasi dan berbagai aplikasi komputer. (Foto: Unsplash/Shridhar Gupta)

Di GUE Ecosystem, anak perusahaan Dexa Group yang bergerak di bidang lokapasar daring (online marketplace) dan informasi kesehatan, Gen Y mendominasi pada jajaran first line management dengan jumlah 55 persen. Sedangkan porsi Gen Z sebanyak 45 persen.

“Pada posisi seperti content creator leader, product management, growth management, dan hal-hal yang berhubungan dengan digital initiative biasanya sudah dipercaya untuk diisi Gen Z. Itu perbedaannya,” imbuh Friska.

Friska mengatakan ada perbedaan mendasar terkait karakteristik Gen X, Gen Y, dan Gen Z di Dexa Group. Gen X biasanya lebih mencari keseimbangan antara kehidupan dan nilai dari organisasi atau work life balance. Gen Y atau kalangan millenial lebih mencari kebebasan dan fleksibilitas (freedom and flexibility) dalam pekerjaan.

Ini berbeda jauh dari karakteristik Gen Z yang justru mencari rasa aman, khususnya terkait sisi finansial. Banyak karyawan Gen Z tidak menolak jika mereka diberi tugas yang sangat banyak. Asalkan ada imbal hasil yang didapat. “Beberapa Gen Z di tempat kami willing untuk bekerja lebih, as long as security and stability benar-benar dijaga,” ucap Friska.

Gen Z juga dikenal dengan sebutan career multitasker. Ini berarti Gen Z bisa saja menjadi karyawan permanen di satu perusahaan sekaligus bekerja paruh waktu atau freelance di tempat lain. “Hal yang yang terpenting bagi Gen Z adalah mental health atau kesehatan mental. Pekerjaan masih bisa dicari,” ungkap Friska.

Dari ekosistem kerja, Gen Z menyukai budaya kerja baru akibat pandemi Covid-19. Contohnya pertemuan daring lewat Zoom Meeting atau Face Time.

Ini pula yang ditemukan pada Gen Z di BCA. Rudi Lim, Executive Vice President Human Capital Management Division di PT Bank Central Asia Tbk. mengungkapkan bahwa selama pandemi Covid-19, BCA menerapkan work from home. WFH ini sangat diinginkan oleh Gen Z.

Padahal, BCA justru menekankan poin team work atau kolaborasi yang mensyaratkan tatap muka. Karena itu, karyawan yang bekerja secara daring bikin monitoring jadi lebih sulit.

Solusinya, BCA menerapkan strategi work from hub. “Jadi, karyawan Gen Z tidak perlu datang ke kantor pagi hari. Mereka bisa bekerja dari hub yang sudah ditentukan, lokasinya pun biasanya lebih dekat dari rumah," ujar Rudi Lim.

Baca juga:

3 Komitmen Investasi untuk Generasi Z

generasi z kerja
Gen Z menyukai budaya kerja baru akibat pandemi Covid-19. (Foto: Pexels/Helena Lopes)

Rudi mengakui, Gen Z telah membawa nafas baru bagi BCA. Karena itu, BCA mulai melakukan akselerasi demi mempersiapkan karyawan Gen Z siap menggantikan posisi Gen X dan Gen Y di perusahaan. Rudi menuturkan Gen Z dikenal dengan sebutan generasi “Strawberry”.

Gen Z terlihat sangat kreatif dan penuh dengan ide-ide segar. Namun di sisi lain, Gen Z kerap dianggap mudah menyerah dan mencari alternatif lain. “Dari sisi tampilan luar, Gen Z terlihat percaya diri dan cuek. Di sisi lain, mereka mendambakan atasan yang bisa mengayomi dan berkomunikasi dengan mereka,” katanya.

BCA pun mengusung semboyan Senada yang juga dimaksudkan memberi dukungan kepada Gen Z. “Senada ini juga merupakan singkatan dari Setia, Naungi, dan Dampingi yang saat ini juga kami terapkan kepada karyawan Gen Z.” tambah Rudi.

Pertumbuhan startup teknologi telah menarik minat Gen Z bekerja di sana. Kultur startup dianggap lebih cocok dengan karakteristik mereka. Sedangkan kultur perusahaan lain dianggap konservatif.

Ini pula yang membuat BCA harus “merebut hati” mereka dengan berbagai cara. “Banyak Gen Z yang enggan bekerja di bank karena dinilai sebagai perusahaan yang konservatif. Untuk menyiasati hal tersebut BCA mulai melakukan pendekatan melalui jalur media sosial dan berkunjung ke kampus-kampus agar perusahaan bisa bertatap muka langsung dengan Gen Z,” ujar Rudi.

Berdasarkan pengalamannya, Friska mengatakan setidaknya ada tiga hal yang menjadi pegangan bagi perusahaan sebelum merekrut Gen Z: communication style (cara berkomunikasi), understanding work life balance (mengerti pembagian pekerjaan dan kehidupan pribadi), dan accountable freedom (kebebasan yang bisa dipertanggungjawabkan).

“Perusahaan harus berada di tengah-tengah dan tahu apa yang menjadi kebutuhan mereka. Harus ada honesty, trust, dan emotional bonding yang dibangun sejak pertama mereka masuk ke perusahaan dengan Gen X dan Gen Y,” ungkap Friska.

Menjawab tantangan baru dari dunia kerja tersebut, Setyo menuturkan bahwa Universitas Prasetiya Mulya sudah persiapkan berbagai aktivasi bagi Gen Z agar tidak kaget saat masuk ke dunia kerja. Selain pembelajaran secara akademik, Prasetiya Mulya menerapkan kegiatan yang bersifat non-akademik melalui program management society.

Ada berbagai kegiatan non-akademik yang disediakan bagi mahasiswa, mulai dari kesenian, olahraga, atau spiritual keagamaan. Ketika selesai dari Universitas Prasetiya Mulya, mahasiswa tidak hanya akan dapat ijazah dan transkrip nilai.

Mereka juga akan dapat SKPI (surat keterangan pendamping ijazah), yang isinya pencapaian non-akademik. “Itu menjadi bekal mereka agar tidak kaget saat masuk ke dunia kerja," tutup Setyo. (dru)

Baca juga:

Generasi Z dan Milenial Lebih Pilih Produk Ramah Lingkungan

#Generasi Z
Bagikan
Ditulis Oleh

Hendaru Tri Hanggoro

Berkarier sebagai jurnalis sejak 2010 dan bertungkus-lumus dengan tema budaya populer, sejarah Indonesia, serta gaya hidup. Menekuni jurnalisme naratif, in-depth, dan feature. Menjadi narasumber di beberapa seminar kesejarahan dan pelatihan jurnalistik yang diselenggarakan lembaga pemerintah dan swasta.

Berita Terkait

Fun
Gen Beta Mulai Lahir Januari 2025, Apa Saja Bedanya dengan Generasi-Generasi Sebelumnya?
Sebelum generasi Beta, kita mengenal sejumlah generasi lainnya.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 02 Januari 2025
Gen Beta Mulai Lahir Januari 2025, Apa Saja Bedanya dengan Generasi-Generasi Sebelumnya?
Fun
Kenalan dengan Gen Beta, Generasi Baru yang Lahir Mulai Januari 2025
Menurut McCrindle, Gen Beta akan lahir antara tahun 2025 hingga 2039.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 02 Januari 2025
Kenalan dengan Gen Beta, Generasi Baru yang Lahir Mulai Januari 2025
Fun
Jangan Sampai Dicap 'Delulu' Sama Gen Alpha, Artinya Serupa 'Halu' Bagi Gen Z
Kita mungkin kerap bertanya-tanya apa artinya ketika mendengar kata 'delulu' keluar dari mulut kalangan generasi Alpha. Namun, kini tidak perlu lagi bingung. Asal, jangan sampai kamu yang menjadi sasaran dibilang 'delulu'
Wisnu Cipto - Minggu, 27 Oktober 2024
Jangan Sampai Dicap 'Delulu' Sama Gen Alpha, Artinya Serupa 'Halu' Bagi Gen Z
Indonesia
Generasi Z Butuh Perbaikan Gizi Hadapi Persaingan SDM Global
Kualitas konsumsi pangan penduduk Indonesia yang diukur dengan indikator skor pola pangan harapan (PPH) pada tahun 2023 hanya mencapai 94,1, padahal skor ideal berada di angka 100.
Wisnu Cipto - Minggu, 29 September 2024
Generasi Z Butuh Perbaikan Gizi Hadapi Persaingan SDM Global
Lifestyle
Perumnas Hadirkan Hunian Smart Living untuk Milenial dan Gen Z
Perumnas menghadirkan hunian smart living untuk Milenial dan Gen Z. Perumnas juga berkolaborasi dengan Telkomsel.
Soffi Amira - Rabu, 24 April 2024
Perumnas Hadirkan Hunian Smart Living untuk Milenial dan Gen Z
Indonesia
DPRD DKI Soroti Daya Beli Generasi Z di Jakarta
Angka generasi z tidak dalat dipandang remeh
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Maret 2024
DPRD DKI Soroti Daya Beli Generasi Z di Jakarta
Fun
Generasi Digital Savvy Lebih Suka Habiskan THR untuk Belanja daripada Menabung
Perubahan tren mengelola THR generasi digital savvy ini berdampak pada peningkatan pengeluaran mereka selama Ramadan.
Hendaru Tri Hanggoro - Kamis, 28 Maret 2024
Generasi Digital Savvy Lebih Suka Habiskan THR untuk Belanja daripada Menabung
Lifestyle
5 Kesalahan Finansial yang Sering Dilakukan Gen Z, Boncos Terus!
Generasi Z, kelompok yang tumbuh bersama teknologi dan perubahan dinamis, sering menemui tantangan finansial yang unik.
Pradia Eggi - Senin, 29 Januari 2024
5 Kesalahan Finansial yang Sering Dilakukan Gen Z, Boncos Terus!
Lifestyle
Menurut Survei, Gen Z dan Milenial Rela Habiskan Setengah Anggaran untuk Belanja dan Liburan
Minat tinggi dalam berlibur turut mendorong wisatawan untuk berbelanja, seperti yang terungkap dalam riset terbaru dari Klook.
Pradia Eggi - Kamis, 25 Januari 2024
Menurut Survei, Gen Z dan Milenial Rela Habiskan Setengah Anggaran untuk Belanja dan Liburan
Lifestyle
5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Generasi Z di Era Digital
Generasi Z tumbuh di tengah kemajuan teknologi dan era digital, seringkali menghadapi tekanan dan tantangan yang dapat berdampak pada kesehatan mental
Pradia Eggi - Sabtu, 20 Januari 2024
5 Cara Menjaga Kesehatan Mental Generasi Z di Era Digital
Bagikan