Jumlah Kasus COVID-19 Tembus 180 Ribu, Lonjakan akibat Libur Panjang

Zulfikar SyZulfikar Sy - Rabu, 02 September 2020
Jumlah Kasus COVID-19 Tembus 180 Ribu, Lonjakan akibat Libur Panjang

Donor plasma darah di Unit Tranfusi Darah (UTD) PMI Sidoarjo, Jawa Timur, Sabtu (29/8/2020). (ANTARA FOTO/Umarul Faruq)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.com - Jumlah kasus virus Corona COVID-19 pada Rabu (2/9) bertambah 3.075 kasus. Dengan begitu, total kasus positif di Indonesia menjadi 180.646 kasus.

Sebanyak 129.971 pasien sembuh, 7.616 meninggal. Jumlah pasien sembuh mengalami penambahan sebanyak 1.914 kasus, meninggal bertambah 111 kasus.

Baca Juga:

Masa Pandemi COVID-19, Daftar Kuliah di Sini Dapat Handphone

Hari ini, ada 31.001 spesimen yang diperiksa, sementara jumlah suspek mencapai 81.757.

Anggota Tim Pakar Satuan Tugas (Satgas) Penanganan COVID-19 Dewi Nur Aisyah mengatakan, libur panjang pada Agustus lalu berpengaruh terhadap tingginya kenaikan kasus pada akhir bulan.

Libur panjang membuat masyarakat melakukan mobilitas sehingga meningkatkan penularan.

"Ya bisa jadi (kenaikan kasus dipengaruhi libur panjang). Kita melihat efek libur panjang terhadap kenaikan jumlah kasus yang ada," ujar Dewi dalam keterangannya saat live di BNPB.

Kondisi ini, menurut dia, terutama terjadi di Jawa. Sebab, kata Dewi, mayoritas daerah penyumbang kasus COVID-19 tertinggi pada pekan terakhir Agustus ada di Jawa.

Mobilitas tinggi ini yang disebutnya membuka semakin banyak peluang penularan terjadi.

Ilustrasi - Peneliti berupaya menciptakan vaksin virus corona. ANTARA/Shutterstock/am.
Ilustrasi. ANTARA/Shutterstock/am.

Hal yang perlu dicermati, kata Dewi, dampak dari libur panjang tidak terlihat dalam sehari atau dua hari setelah liburan.

"Tapi manifestasinya saat sudah ke RS dan diperiksa, saat sudah berjalan dan sebagainya. Sehingga, ada delay (jeda) mungkin sekitar dua hingga tiga pekan baru kelihatan kenaikannya di mana," kata Dewi.

Selain itu, hal yang juga perlu dicermati, menurut dia, yakni tren penularan secara klaster.

Kondisi ini terjadi di Jawa. "Misalnya di Jawa Timur ada klaster pesantren, di Jawa Barat ada klaster industri, dan sebagainya," ucap Dewi.

Dewi mengakui kenaikan ini cukup mengagetkan.

Sebab, kondisi penularan di Indonesia pada tiga pekan pertama Agustus cenderung stabil.

"Tenang-tenang saja karena kenaikan bisanya empat persen, kemudian turun satu persen. Lalu bertanya-tanya kenapa kenaikan 32,9 persen dari pekan sebelumnya bisa terjadi," lanjut Dewi.

Baca Juga:

Tujuh Strategi Hentikan Terjadinya Klaster COVID-19 di Perkantoran

Kemudian, berdasarkan data yang dihimpun oleh Satgas Penanganan COVID-19, ada lima kota yang menyumbangkan jumlah kasus menjadi tinggi.

Kelimanya adalah DKI Jakarta (5.568 kasus), Jawa Barat (1.681 kasus), Jawa Timur (2.901 kasus), Jawa Tengah (1.309 kasus), dan Kalimantan Timur (1.019 kasus).

Berdasarkan data itu, Dewi menyebutkan, empat dari lima kota penyumbang penularan kasus COVID-19 terbanyak di pekan terakhir Agustus berada di Jawa.

"Kalau dibandingkan dengan jumlah kasus di daerah yang sama pada periode sebelumnya itu kenaikannya signifikan. Jadi ada yang naik 36 persen, 20 persen, 56 persen, dan sebagainya," kata Dewi. (Knu)

Baca Juga:

Anies Dinilai Buruk dalam Tangani Laju Penambahan Pasien COVID-19

#Virus Corona
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir

Berita Terkait

Dunia
Ilmuwan China Temukan Virus Corona Kelelawar Baru yang Sama dengan COVID-19, Disebut Dapat Menular ke Manusia Lewat
Virus baru ini berasal dari subgenus merbecovirus, yang juga termasuk virus penyebab Middle East Respiratory Syndrome (MERS).
Dwi Astarini - Jumat, 21 Februari 2025
 Ilmuwan China Temukan Virus Corona Kelelawar Baru yang Sama dengan COVID-19, Disebut Dapat Menular ke Manusia Lewat
Dunia
COVID-19 di Tiongkok Meninggi, 164 Orang Meninggal dalam Sebulan
Kasus positif COVID-19 di Tiongkok memuncak lagi.
Zulfikar Sy - Selasa, 13 Juni 2023
COVID-19 di Tiongkok Meninggi, 164 Orang Meninggal dalam Sebulan
Bagikan