JF3 2023, NES by HDK Soroti Isu Limbah Fesyen
NES by HDK tampilan puluhan koleksi batik. (Foto: Merahputih.com/Zulthan Vigilio)
BUSANA tertutup berbenang merah dengan kain batik tersampir dikenakan sejumlah model di catwalk gelaran JF3. Sementara model lainnya mengenakan busana terbuka bernuansa gelap. Perbedaan itu disatukan oleh kain batik. Semua busana itu koleksi NES by HDK milik perancang Helen Dewi Kirana.
Tak hanya menyoroti kualitas produk industri fesyen saja, Helen juga memfokuskan koleksinya untuk mengampanyekan pengurangan limbah industri fesyen yang semakin tahun semakin mengkhawatirkan.
Baca juga:
ESMOD Jakarta Tampilkan Koleksi Penuh Imajinasi di JF3 2023
“Limbah fesyen di Tanah Air menjadi salah satu pekerjaan berat bagi pelaku industri fesyen dan Indonesia masih harus memperhatikan hal tersebut,” ucap Helen dalam konferensi pers yang digelar di kawasan Serpong, Tangerang, Banten, Selasa (18/7).
Helen menuturkan, untuk mengatasi limbah fesyen, perlu campur tangan banyak pihak. Sebab, sulit untuk mengatasi problem tersebut sendirian. Tak bisa hanya para pelaku industi fesyen saja atau pemerintah saja.
Mengingat pertumbuhan industri fesyen Indonesia semakin pesat setiap tahunnya, semakin bertambah pula limbah fesyennya
Setidaknya ada sekira 33 juta ton limbah tekstil yang diproduksi di Indonesia. Dari jumlah tersebut, 1 juta ton di antaranya berasal dari industri fesyen.
“Limbah ini paling banyak, mulai dari pewarna, kain dan lainnya. Aku juga sudah mulai meminimalisasi lemariku. Jadi, mulai dipakai kembali pakaian-pakaian lamaku,” ungkapnya.
Oleh karena itu, dalam gelaran JF3 2023 yang digelar di Summarecon Mall Serpong, Helen memilih tema From Dusk Till Dawn untuk menunjukkan bahwa barang yang sama bisa terus dipakai. Baik untuk gaya kasual maupun acara formal seperti ke pesta pernikahan.
Baca juga:
Karya Desainer Cita Tenun Indonesia di JF3 2022
Melalui koleksinya, Helen juga ingin menunjukan bahwa tidak ada yang salah dalam penggunaan berulang terhadap produk berbahan pakaian sama. Selain itu, dia juga ingin menonjolkan produk warisan budaya, yakni batik.
Helen bahkan membuktikan bahwa kain buatan tangan alias handmade bisa dipadu-padankan dengan gaya busana yang kasual.
“Kami mencoba membuat tren, bukan mengikuti tren. Misinya harus lingkungan. Pilarnya ada empat: education, environment, women empowerment, dan children empowerment,” jelas Helen.
Adapun teknik pembuatan busana koleksi NES by HDK antara lain pengikatan (tie-dye) asal Jepang yang disebut shibori dan pewarnaan khas nusantara salah satunya adalah ‘piring selampad’. (far)
Baca juga:
Ragam Rupa Kain Tenun Sumba Kreasi Ghea Panggabean Warnai Pembukaan JF3 2023
Bagikan
Berita Terkait
Ekspresi Duka Laut dalam Koleksi ‘Larung’ dari Sejauh Mata Memandang di Jakarta Fashion Week 2026
Jakarta Fashion Week 2026: Merayakan Warisan Gaya dan Regenerasi Desainer Tanah Air
Dari Musik ke Mode: Silampukau Hadirkan Kolaborasi Artistik dengan Kasatmata
Kisah Nenek Moyang Maluku dalam Kain Batik Tulis Maluku Tengah di Trade Expo Indonesia
Semangat Segar di Tahun Baru, Converse Sambut Komunitas Converse All Star Class of ’26 dan Katalis Musim ini, Harra.
Converse Sambut Musim Liburan Akhir Tahun dengan Koleksi Terbaru, Gaya Maksimal di Segala Perayaan
Gaya Sporty Luxe ala Justin Hubner: Maskulin, Melek Mode, dan Anti Ribet
Terus Merugi, Sepatu BATA Resmi Hapus Bisnis Produksi Alas Kaki
Lebih dari Sekadar Festival, JakCloth Kini Jadi Simbol Ekspresi Lokal
Energi Baru ESMOD Jakarta Meriahkan Senayan City Fashion Nation 2025