Ini Cara Kelenteng di Ciampea Hormati Karuhun Sunda


Hok Tek Bio, Ciampea, Bogor. (Merahputih.com/Rizki Fitrianto)
MERUPAKAN sesuatu yang lazim jika setiap kelenteng dipenuhi dengan altar dewa-dewi mitologi ajaran Tridharma (Taoisme, Buddhisme, dan Konfusianisme). Namun, lain halnya dengan Hok Tek Bio, Ciampea, Bogor.
Demi menghormati leluhur masyarakat Sunda, para keturunan Tionghoa di daerah tersebut, selain memajang dewa-dewi mitologi mereka, pun membangun sebuah altar karuhun masyarakat lokal, Raden Suryakencana.
BACA JUGA: Kelenteng, Benteng Kerukunan dan Persatuan Umat Beragama
Salah seorang pengurus kelenteng, Tan Ta Yang mengatakan, dengan dibangunnya ruang altar Raden Suryakencana, etnis Tionghoa menunjukkan betapa asimilasi budaya telah terjadi di dalam kelenteng tersebut.
"Di sini, etnis Tionghoa menghargai dan menghormati apa yang masyarakat setempat percayai. Tidak menghilangkan apa yang mereka yakini," kata Tan di Hok Tek Bio, Jalan Letnan Sukarna, Pasar Ciampea, Ciampea, Bogor, Jumat (2/3).
BACA JUGA: Hok Tek Bio Ciampea, Pagar Kerukunan Tionghoa dan Masyarakat Sunda
Raden Suryakencana, kata Tan, juga merupakan pengejawantahan daripada kerukunan. "Berdasarkan proses asimilasi tersebut, intinya adalah untuk menciptakan kerukunan umat beragama di daerah Ciampea, Bogor," katanya.
Dari hal itu pula, ucapnya, sedari dulu hingga sekarang tidak pernah terjadi sedikit pun pergolakan antarsesama umat beragama. "Intinya, kami juga harus menghargai apa yang mereka yakini. Dalam urusan budaya, semua berbaur menjadi satu," ucapnya.

Selain altar karuhun Raden Suryakencana, di kelenteng tersebut juga disediakan beberapa altar lainnya seperti dewa yang utama Hok Teng Ceng Sin (Dewa Bumi), altar Kwang Kong (Jenderal Perang yang dipercaya untuk menjaga dan melindungi), Dewi Kwan Im Po Sat (patung Dewi Welas Asih), Sam Po Hud (Buddha), Dewa Cao Kung Kong (Dewa Dapur), dan lain sebagainya.
"Hok Tek Ceng Sin merupakan Tuan Rumah kelenteng ini, diapit oleh Kwan Kong sebagai Dewa Perang, dan Dewi Kwan Im Po Sat (Dewi Kwan Im, Dewi Welas Asih). Di ruangan lain, masih ada beberapa altar berbeda yang bisa kita lihat," katanya. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Umat Buddha Gelar Buka Puasa Bersama untuk Umat Muslim saat Ramadan 1446 H di Vihara Dharma Bakti

Warga Etnis Tionghoa Berburu Pernak-pernik Jelang Perayaan Imlek 2025

Komunitas Tionghoa Curhat ke RIDO, Jakarta Harus Punya Gedung Opera Kesenian

Bertemu Komunitas Tionghoa, Ridwan Kamil Pamer Punya 20 Karya di China

The Panturas Rilis Single Terbaru 'Lasut Nyanggut', Kisahkan Kegagalan dari Folklor Sunda

Memahami Makna di Balik Angka 8 dalam Kepercayaan Masyarakat Tionghoa

Lampion dan Dekorasi Naga Warnai Kota Solo

Akulturasi Budaya Cirebon dan Tionghoa dalam Festival Pecinan Cirebon

PITI Kunjungi MUI Pusat demi Kolaborasi Tuntaskan Masalah Keumatan dan Kebangsaan
PITI Kunjungi Muhammadiyah Kuatkan Sinergi Demi Merawat Harmonisasi Bangsa
