Indonesia Harus Contoh Asia Timur Keluar Dari Jebakan Pendapatan Menengah


Ilustrasi SDM Indonesia. (Foto: Antara)
MerahPutih.com - Indonesia ingin keluar dari jebakan tingkat pendapatan menengah atau dari middle income trap di tengah bonus demografi. Namun, kesempatan tersebut diyakini hanya bisa sampai tahun 2035.
Tim Asistensi Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Raden Pardede menyampaikan, bahwa keunggulan bonus demografi atau jumlah penduduk berusia produktif di Indonesia hanya sampai tahun 2035.
Baca Juga:
Punya Bonus Demografi, Indonesia Tetap Kesulitan Cari Talenta Digital
Ia meminta semua pihak untuk memaksimalkan peluang keunggulan bonus demografi ini sebaik-baiknya di sisa tahun yang ada.
"Kalau kita tidak bisa keluar dari middle income trap dalam 12- 14 tahun ke depan, maka sebetulnya kita akan kehilangan kesempatan itu. Kita harus manfaatkan itu," katanya.
Ia memaparkan berbagai upaya yang dapat ditempuh oleh Indonesia untuk memaksimalkan bonus demografi, seperti yang berhasil dilakukan oleh beberapa negara Asia Timur, seperti Jepang, Korea Selatan, Taiwan hingga Tiongkok.
Langkah pertama, kata ia, menciptakan lapangan kerja yang berkualitas dan produktif melalui industrialisasi dan servisifikasi, di mana kualitas industri dan jasa harus dibarengi dengan perkembangan industri kreatif lainnya seperti fashion, arts, kosmetik dan servisifikasi.
"Harus ada kombinasi antara industrialisasi dengan pengembangan industri kreatif. Kalau kita lihat negara-negara yang keluar dari middle income trap, mereka selalu punya kombinasi itu,” kata Raden.
Kedua, dia menyebut pertumbuhan ekonomi secara tahunan Indonesia harus dapat mencapai 7- 8 persen secara year on year (yoy), atau produktivitasnya meningkat hingga tiga kali lipat.
"Baru kita bisa keluar dari middle income trap. Hanya itu, tidak bisa kita berbisnis as usual, kita harus bekerja lebih keras dan anak muda kunci di situ," katanya.
Ketiga, peningkatan kualitas SDM, reformasi sektor pendidikan yang lebih egaliter, tidak fokus pada pemenuhan pendidikan dasar melainkan sistem pendidikan yang production oriented, serta perbaikan sistem kesehatan.
Kemudian, keempat, program keluarga berencana sebagai upaya pengendalian jumlah penduduk untuk mengurangi mortalirty rate serta perbaikan struktur usia penduduk.
"Kesempatan kita tidak banyak, sampai 2035, kalau lewat dari itu akan sulit sekali. Itu yang dialami oleh Brazil dan Thailand," ujarnya dikutip Antara. (*)
Baca Juga:
Hadapi Bonus Demografi, Indonesia Kejar Target Turunkan Stunting
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
2.000 Tim Ekspedisi Patriot Segera Diberangkatkan, Gali Potensi Ekonomi dan Transmigrasi Gaya Baru

Generasi Z Butuh Perbaikan Gizi Hadapi Persaingan SDM Global

Indonesia Harus Contoh Asia Timur Keluar Dari Jebakan Pendapatan Menengah

Pemerintah Singgung Kesadaran Dunia Industri Anggap Biaya Uji Kompetensi Beban

Pelatihan Vokasi di Indonesia Ditargetkan Penuhi Standar Kompetensi Internasional

Kualitas SDM Masih Kalah Saing dengan Infrastruktur di 3 Tahun Jokowi-Ma'ruf

Rawan Kebocoran Data, Pemerintah Diminta Perbanyak SDM IT Berkemampuan Tinggi
