Hindari Pelecehan dan Perundungan, Gamer Perempuan Sering Pakai ID Palsu

Sebagian gamer perempuan tutup identitas demi menghindari pelecehan. (Foto Pixabay 11333328)
KOMUNITAS gaming memang menjangkau berbagai kalangan. Namun, tak semua komunitas mau berbaur secara supel dengan sesama gamer. Sebuah studi mengklaim mayoritas gamer perempuan ternyata menyembunyikan identitas mereka, atau palsu demi menghindari pelecehan.
Seperti dilansir IGN, studi yang diklaim pada Mei 2021 tersebut menyebutkan 59% gamer perempuan ternyata menyembunyikan identitas mereka sebagai perempuan demi menghindari konflik dengan pemain lain.
BACA JUGA:
Pelecehan terhadap gamer perempuan hingga saat ini menjadi isu yang tak kunjung usai. Banyak streamer gamer perempuan juga mengalami pelecehan. Tentu isu tersebut bukan hanya dialami streamer game perempuan, melainkan juga gamer cewek lainnya yang bermain gim secara off-stream.
Salah satu kampanye yang dilakukan komunitas ialah Bully Hunters. Program tersebut dilakukan para profesional dalam bidang gim daring maupun e-sports demi membabat habis orang yang melakukan pelecehan terhadap pemain lain, termasuk gamer perempuan.
Kampanye yang dilakukan demi memberantas perundung dalam gim daring tidak berhenti sampai di sana. Beberapa gim daring seperti Dota 2, Counter-Strike: Global Offensive, League of Legends, Overwatch, dan Valorant yang diklaim mayoritas dimainkan gamer laki-laki juga masih melakukan hal yang sama, yakni melakukan pelecehan terhadap gamer perempuan yang ingin berbaur dengan komunitas.
Pelecehan dan perundungan tersebut di antaranya menghakimi kemampuan gamer perempuan, menutup akses perempuan ke jenjang lebih tinggi termasuk kompetisi, dan berkomentar buruk secara terus-menerus.
Selain itu, sebanyak 44% gamer perempuan yang menjadi responden juga mengalami hubungan maupun pernyataan yang lebih intim yang sebenarnya tidak mereka inginkan.
Responden tersebut, termasuk 88% yang bermain gim berstandar kompetitif, 75% permainan bergenre aksi dan game bergenre survival, dan 66% bermain game first-person shooter. Gim tersebut juga diklaim juga dimainkan gamer pria.
Tren yang sedang berjalan dalam dunia gim daring maupun kompetitif hingga saat ini sudah besar termasuk gamer perempuan. Bukan hanya dari komunitas, melainkan beberapa developer game juga membabat habis perlakuan tidak buruk terhadap sesama gamer. Untuk membuat komunitas lebih baik, berbaurlah tanpa harus memandang gender untuk membuat komunitas menjadi lebih baik.(dnz)
Bagikan
Berita Terkait
Walkot Solo Jadikan 'Roblox' Ekskul, DPRD Ingatkan Jangan Sampai Munculkan Masalah Baru

'Super Mario Galaxy Movie', Petualangan Baru Mario Siap Mendarat di Bioskop 2026

LaLiga Menyala! Barcelona dan Real Madrid Dapat Rating Tertinggi di EA FC 26

Jadwal MPL ID Season 16 Week 4 Hari Ini: Simak Jadwal Lengkap dan Analisanya

Roblox Jadi Ekstrakurikuler SMP di Solo, Walkot Respati Sebut Jadi Edukasi Menarik

Genshin Impact Rayakan Anniversary Ke-5, Nod-Krai Resmi Dibuka

Epik Banget, PUBG: Battleground Umumkan Kolaborasi dengan G-DRAGON

Adaptasi Game Thriller 'Exit 8' Hadir di Layar Lebar: Misteri, Anomali, dan Ketegangan di Stasiun Bawah Tanah Tokyo

Genshin Impact Versi Candra I Hadir 10 September, Bawa Terang Rembulan di Nod-Krai

HoYoverse Umumkan Honkai: Nexus Anima, Buka Pendaftaran Uji Coba Tertutup
