Harga Barang Naik, KSP Serukan Saatnya Kurangi Konsumsi Produk Impor


Pasar tradisional. (Foto: MP/Dicke Prasetia)
MerahPutih.com - Presiden Joko Widodo (Jokowi) beberapa hari lalu mengingatkan harga barang-barang terindikasi alami kenaikan karena ketidakpastian ekonomi global.
Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Edy Priyono menegaskan, peringatan Presiden harus disikapi dengan bijak dan tidak perlu memunculkan kekhawatiran secara berlebihan.
Justru kondisi tersebut, kata dia, harus dijadikan momentum untuk mulai menguatkan produksi dalam negeri dan mengurangi konsumsi barang-barang impor.
Baca Juga:
Langkah Pemerintah Jaga Stabilitas Harga Pangan
“Apa yang disampaikan Bapak Presiden mengandung satu pesan kunci, yakni kita harus berani berubah dan berani mengubah,” kata Edy Priyono dalam keterangannya di Jakarta, Senin (7/3).
Menurut Edy, ketidakpastian ekonomi global akibat pandemi COVID19 berkepanjangan ditambah munculnya konflik Rusia-Ukraina, berimplikasi pada produksi dan konsumsi.
Di sisi konsumsi, ungkap Edy, masih ada ketergantungan terhadap barang-barang impor, seperti LPG, kedelai, dan gandum, yang menyebabkan terjadinya lonjakan harga.
Dalam jangka pendek, ujar dia, pemerintah tidak punya banyak pilihan, yakni tetap mempertahankan harga agar tidak naik dan stabil dengan memberikan subsidi.
Ia mencontohkan LPG subsidi 3 kilogram yang porsi konsumsinya mencapai 93 persen. Meskipun tren harga kontrak Aramco (CPA) mengalami kenaikan sebesar 21 persen dari rata-rata CPA akibat konflik Rusia-Ukraina, namun pemerintah tidak menaikkan harga LPG subsidi dan tetap mengacu pada harga eceran tertinggi (HET).
“Pemerintah memberikan subsidi sekitar Rp 11 ribu per kilogram sehingga masyarakat dapat membeli LPG subsidi 3 kilogram dengan harga yang terjangkau,” terang Edy.
Baca Juga:
Beberapa Kali Operasi Pasar, Harga Minyak Goreng di Solo Masih di Atas HET
“Kalau kondisi ini berlangsung lama tentu akan memberatkan keuangan negara. Karena itu, solusi jangka panjangnya kita harus mendorong produksi dalam negeri agar ketergantungan pada barang impor bisa dikurangi. Salah satunya dengan mendorong penggunaan DME yang bahan bakunya batubara,” jelasnya.
Edy juga mengimbau, agar masyarakat ikut andil dalam pengurangan konsumsi barang-barang kebutuhan impor. Seperti gandum yang menjadi bahan baku roti dan mi. Ia menilai, sudah saatnya masyarakat bergeser ke produk karbohidrat lain, yang merupakan produk dalam negeri.
“Singkong, ubi, porang, itukan penghasil karbohidrat yang bisa kita hasilkan sendiri. Tentu tidak mudah mengubah pola konsumsi. Tapi kita mesti mengarah ke sana,” ujarnya.
Seperti diketahui, beberapa pekan terakhir sejumlah harga bahan pokok meningkat. Kenaikan dipicu oleh beberapa faktor seperti antisipasi tingginya permintaan dan konflik Rusia-Ukraina yang menyebabkan harga komoditas global meningkat. Beberapa kebutuhan pokok yang mengalami kenaikan harga diantaranya, LPG non-subsidi, BBM non-subsidi, kedelai, dan daging sapi. (Pon)
Baca Juga:
Sumbang 8,5 Persen Total Makanan Indonesia, Konflik Rusia Ukraina Naikkan Harga Pangan
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Curangi Takaran Minyakita, Dirut PT Jaya Batavia Globalindo Terancam 5 Tahun Bui Denda Rp 2 Miliar

Mendag Busan Minta Warga Tak Khawatir soal Harga dan Pasokan Pangan Jelang Lebaran

5 Poin Jaga Stabiltas Harga Pangan Jelang Lebaran

Menko Zulhas Sebut Harga Cabai Naik Akibat Gagal Panen

Harga Cabai Rawit Merah Melonjak Jelang Ramadan, Tembus di Atas Rp 100 Ribu per Kg

Mentan Ancam Cabut Izin Penjual Kebutuhan Pokok di Atas HET Saat Ramadan

Mentan Ancam Cabut Izin Pengusaha yang Jual Kebutuhan Pokok di Atas HET Saat Ramadan

Mendag Janji Getol Pantau Stok dan Harga Kebutuhan Pokok Hingga Lebaran
Jika Larangan Impor Beras, Jagung, Gula, dan Garam Diberlakukan 2025, Begini Dampaknya

Harga Beras, Bawang, Daging, Telur, hingga Gula di Tingkat Eceran Naik
