Ghosting Boleh, Lakukan di saat Tepat


Ghosting boleh dilakukan di momen yang tepat.(foto: pexels-cottonbro-studio)
MERAHPUTIH.COM - MENJADI korban ghosting pastilah membuat sedih. Mereka yang telah mengalami rasa tak menyenangkan karena di-ghosting mungkin bertekad untuk tak melakukan hal itu ke orang lain.
“Ghosting mungkin telah ada sejak lama, dalam berbagai cara,” kata psikolog yang berbasis di Los Angeles, AS, Dr Jennice Vilhauer, seperti dilansir CNN. Penulis Think Forward to Thrive: How to Use the Mind’s Power to Transcend Your Past and Transform Your Life ini mengatakan istilah ghosting makin sering didengar saat kencan daring menjadi populer di pertengahan 2010. Kepopuleran itu membuat Vilhauer menulis artikel tentang ghosting pada 2015. Dua tahun kemudian, pada 2017, kamus Merriam-Webster resmi memasukkan istilah ghosting.
Ghosting merujuk pada perlakuan menggantungkan suatu hubungan. Pelaku ghosting menghilang begitu saja, tak menghubungi atau melanjutkan hubungan. Tidak juga memberi penjelasan. Beberapa orang mungkin memilih di-ghosting ketimbang mengetahui alasan menyakitkan hubungan itu berakhir. Meski begitu, para ahli menyarankan menghakhiri hubungan dengan penjelasan nan masuk akal merupakan cara terbaik.
Namun, ghosting, disebut Vilhauer, boleh dilakukan pada saat yang tepat. Hubungan abusif atau komunikasi lebih jauh malah membuatmu berada dalam bahaya ialah alasan masuk akal untuk melakukan ghosting. Meski demikian, ia menekankan bahwa skema keluar dari hubungan abusif justru bisa jadi merupakan momen paling berbahaya.
Baca juga:
“Sering kali saat kamu mencoba menolak seseorang, respons yang kamu terima negatif. Ia bisa bereaksi marah atau agresif. Akibatnya, kamu berusaha untuk tak lagi menolak seseorang. Jadi ghosting merupakan mekanisme untuk melindungi diri,” jelas associate professor psikologi di St. Mary’s College di Maryland, AS, Dr Gili Freedman
Senada, Vilhauer mendorong perilaku ghosting untuk menghadapi seseorang yang memperlihatkan kelakukan tak pantas, seperti mengirim pesan tak senonoh, datang ke kantormu tanpa diundang, menghubungi mantanmu, atau melanggar batasanmu dengan tak sopan. “Namun, hal itu belum tentu benar-benar membuatmu ama. Mungkin ada akibat lanjutan setelahnya kan. Tak ada jaminan korban ghosting tak mengulangi perbuatan buruk mereka atau malah berupaya melakukan yang lebih buruk,” imbuh Freedman.
Namun, dalam hal berkencan, ada baiknya tak menunggu satu atau dua kali kencan untuk memberikan keputusan. Para ahli menyarankan untuk segera memberikan penegasan jika tak ingin melanjutkan hubungan. Pesan singkat atau perkataan seperti ‘senang berkenalan denganmu, tapi aku tak merasakan koneksi’ amat disarankan.(dwi)
Baca juga:
Pahami dan Kenali Karakterisik Pelaku Ghosting Sebelum Jadi Korban
Bagikan
Berita Terkait
Buat Calon Pengantin nih, Rekomendasi 5 Restoran Terbaik untuk Wedding Venue di Jakarta

Gen Z Spill 2 Tantangan sebelum Menikah, Ekspektasi Orangtua dan Biaya

5 Tanda si Dia Effort dalam Hubunganmu

3 Tanda Cintamu Bertepuk Sebelah Tangan, Tinggalkan Saja

Pentingnya Komitmen untuk Bikin Hubungan Langgeng

5 Tahap Berdamai saat Kena Ghosting

Korea Selatan Sambut Generasi Baru, Angka Kelahiran Catatkan Rekor Tertinggi dalam 14 Tahun

Lajang Berhak Bahagia, Aktivitas Seru ini Bisa Dilakukan Sendirian

Memahami Kata Gaul 'Bestie', Apa cuma buat Cewek?

BI Checking ke Calon Pasangan, Penting enggak Sih?
