Frankenstrat, Gitar Monster Hasil Ketidakpuasan


Eddie Van Halen yang mengubah wajah gitar rock. (Foto: Fox News)
SEANDAINYA Eddie Van Halen puas dengan gitar yang dipakai untuk menghasilkan komposisi nada pada lagu-lagu Van Halen, mungkin dia hanya dikenal sebagai gitaris pada umumnya. Celakanya Eddie bukanlah gitaris yang puas dengan nada-nada yang dihasilkan dari gitarnya.
Proses pencarian gitar dengan nada yang diinginkannya sudah berlangsung sejak pertama kalki dia belajar memainkan gitar. Ketidakpuasan mendorongnya terus mengeksplorasi instrumen petik itu demi mendapatkan yang dia inginkan.
Baca Juga:
Di Balik Gemerlap Dunia Musik, Kreativitas, Ide dan Inspirasi yang Saling Mempengaruhi

Eddie memulainya dari gitar akustik 12 string, karena dia sangat menyukai necknya. Namun dia tidak menyukai jumlah stringnya yang dinilainya terlalu banyak. Kemudian dia menjadikannya gitar dengan enam string. Sejak saat itu Eddie bukan mencari merk gitar secara keseluruhan namun lebih pada instrumen itu menjadi penghasil bunyi yang dia harapkan.
Kemudian setelah menabung selama tiga tahun dengan bekerja sabagai loper koran, Eddie dapat membeli Goldtop Les Paul tahun 1968 dengan single coil P-90 pickup. Ini yang membuatnya kecewa adalah gitar itu tidak memiliki humbuckers seperti yang ada pada gitar milik Eric Clapton.
Ini alasan yang membuat kelahiran gitar monster buatannya. Setelah mendapat humbuckernya, dia kemudian gitar itu langsung dicabik-cabik dengan membongkar chiselnya, memperbesar lubangnya agar humbuckernya dapat dimasukan.
Dalam wawancaranya dengan Music Radar, Eddie mengatakan bahwa dia juga mengganti bridge pickup namun tak menggantikan P-90 neck pickup-nya. Alhasil orang-orang hanya melihat bahwa Eddie memainkan nada-nada pada P-90 namun dengan bunyi yang berbeda. Orang-orang tak bisa melihat dia sudah mengganti bridge pickup karena tertutup oleh tangan kanannya.
Baca Juga:

Kemudian dari gitar itu, Eddie membeli gitar Fender Strat karena menyukai vibratonya, namun personil lainnya tak menyukai suara yang dihasilkan. Bahkan gitar itu tak dapat menerima hum yang diinginkan Eddie. Dia menekankan bahwa dari mulai dari bridge ke tuning peg harus lurus tidak bisa meleset sedikitpun, kalau tidak suara yang dihasilkan bisa berantakan. Bahkan dia tidak tahu bagaiamana menghubungkannya pada toggle switch. Namun Eddie nekat menyambungkannya begitu saja dan hasilkan memuaskannya.
Gitar Frankenstrat yang menjadi ikonnya di dunia musik menggunakan body dan neck dari Wayne Charvel dan Lynn Ellsworth yang menjual Boogie Body. Dia juga membeli body bekas dari pabrik untuk membungkusnya. Kemudian necknya memberikan lebih lebar dan memberikan keleluasaan untuk menyelaraskannya di bagian bawah.
Kemudian edddie memakai sistem tremolo dari Fender Stratocaster tahun 1958 dan kelak akan menambahkan dengan buatan Floyd Rose. Lalu dia memasukan pickup milik Gibson ES-335 dan memakai trik lama dengan memberikan lilin parafin yang bertujuan untuk meredam feedback mikropon. Setelah itu dia menempatkannya pickup itu pada posisi bridge yang membuatnya agak menjauh sedikit dari posisi tegak lurus pada string. Ini memberikan ruang pada string dari pickup Gibson dan bridge-nya Fender.
Kemudian untuk lebih menegaskan kalau gitar ini merupakan perpaduan, Eddie menempelkan stiker Gibson di kepala gitar Fendernya. Gitar Frankenstrat berhenti dipakai karena rusak akibat terlalu sering dipakai. Kemudian menggantikannya dengan gitar berwarna hitam-kuning seperti yang terlihat setelah album Van Halen II (1979) dirilis. Sayangnya gitar itu tak memuaskannya. Alhasil Eddie mencat ulang Frankenstrat dengan warna merah yang memberikannya popularitas lebih luas. (psr)
Baca Juga:
Denny Chasmala dan Edwin Cokelat Bahas Soal Musik Indonesia di 2022
Bagikan
Berita Terkait
Lirik Lagu 'Crossing The Rubicon' dari Sabaton, Kisah tentang Keberanian Julius Caesar Melawan Nasib

Kolaborasi Perdana Taylor Swift dan Sabrina Carpenter Lahirkan di ‘The Life of a Showgirl’, Simak Lirik Lengkapnya

Simak Lirik Lengkap 'Mood Swings', Lagu Hit Superstar Muda Inggris Henry Moddie

Melanie Subono dan Fia Fellow Menggebrak Lewat 'Hawa Membara', Kolaborasi untuk Perempuan yang Berdaya

Party at Eden Rilis “Crown of the Emperor”, Bukan Sekadar Karya Anyar, tetapi Juga Tandai Era Baru Bermusik

Lirik 'Sembuh Kembali', di Mana Shabrina Leanor Terlibat Langsung dalam Penulisannya

Kolaborasi Corbyn Besson dengan Tzuyu Hadirkan 'Blink' Memadukan Nuansa Groovy, Penuh Energi, Playful, Simak Liriknya

Lirik Lagu 'Ropang' Tentang Keyakinan Cinta dari Denny Caknan dan NDX AKA

Ecko Show Berkolaborasi dengan Juan Reza dan Chesylino dalam Single 'Orang Baru Lebe Gacor', Simak Liriknya

Baru Dirilis, Taylor Swift Kembali Pecahkan Rekor Spotify Lewat Album 'The Life of a Showgirl'
