Faisal Basri: Tantangan Ekonomi 2016 Masih Berat


Petugas bank menghitung uang pecahan dolar Amerika di Jakarta, Selasa (10/6). (Foto Antara/Puspa Perwitasari)
MerahPutih Bisnis - Memasuki pergantian tahun ternyata kondisi ekonomi global tidak terlalu banyak berubah. Perekonomian dunia tahun 2016 tampaknya akan terus menghadapi tekanan dan gejolak.
Pengamat ekonomi Universitas Indonesia (UI) Faisal Basri menyatakan negara-negara maju masih akan mengalami stagnasi. Fenomena ini disebut oleh Larry Summers, mantan Menteri Keuangan Amerika Serikat, sebagai secular stagnation, yakni ketidakmampuan negara-negara maju untuk tumbuh pada tingkat yang memadai sekalipun kebijakan moneter sudah sangat longgar dengan suku bunga mendekati nol persen.
"Kenaikan suku bunga jangka pendek oleh The Fed sebesar 0,25 persen menjadi 0,5 persen diperkirakan paling banyak akan dilakukan dua kali lagi tahun 2016 karena di tengah jalan bakal menghadapi potensi ancaman makin nyata terhadap pemulihan ekonomi AS yang sejauh ini cukup menggembirakan," kata Faisal melalui laman blog pribadinya yang dikutip Merahputih.com, Jumat (1/1).
Ekonomi Tiongkok, yang merupakan perekonomian terbesar kedua di dunia setelah Amerika Serikat, masih melemah dengan pertumbuhan ekonomi di bawah 7 persen. Hal ini membuat pertumbuhan ekonomi dunia semakin tertekan. Oleh karena itu, Faisal memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia tahun 2016 diperkirakan tidak akan jauh beranjak dari pencapaian tahun 2015.
Perdagangan dunia juga mengalami tekanan.
"Sudah tiga tahun berturut-turut pertumbuhan perdagangan dunia lebih rendah dari pertumbuhan output dunia, suatu fenomena yang sangat langka selama ini. Baltic dry index yang mengukur pergerakan peti kemas di seluruh dunia menukik ke titik terendah sejak indeks itu diperkenalkan tahun 1985, ke arah di bawah 500 pada November 2015," ujarnya.
Harga-harga komoditi, menurut Faisal, masih rendah. Proyeksi terkini oleh Bank Dunia menunjukkan harga komoditas energi, tambang, dan petanian seluruhnya masih akan tertekan pada tahun 2016.
Kemitraan dagang Trans-Pasifik (Trans-Pacific Partnership/TPP) akan membuat persaingan dengan negara-negara tetangga bakal semakin berat. Hal ini dikarenakan Malaysia dan Vietnam sudah lebih dulu masuk sehingga mereka bisa menggunakan jalan bebas hambatan memasuki pasar Amerika Serikat, Kanada, Jepang, Australia, dan Selandia Baru.
"Vietnam punya daya tarik yang lebih kuat bagi investor asing untuk membangun pabrik atau industri manufaktur yang berorientasi ekspor. Sebaliknya, investor yang masuk ke Indonesia kebanyakan berorientasi pasar dalam negeri sehingga tidak banyak meningkatkan kapasitas ekspor," katanya.
Namun, setiap tantangan menghadirkan kesempatan. Setiap ancaman menghadirkan peluang.
Jatuhnya harga minyak dijadikan momentum untuk berbenah diri, menghimpun tenaga untuk lebih siap menghadapi kemungkinsn sebaliknya. Landasan fiskal diperkokoh dan jaring-jaring pengaman sosial diperkuat.
"Kemerosotan harga komoditas pertanian dimanfaatkan untuk peremajaan tanaman, bukan justru menerlantarkannya, sehingga ketika menghadapi siklus kenaikan harga kita bisa menikmatinya secara maksimal," ujarnya.
BACA JUGA:
- Tahun 2016 Pertumbuhan Ekonomi RI 4,9%-5,1%
- Prediksi Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2016
- Indeks Literasi Akan Terus Ditingkatkan Tahun Depan
- BPS: Semua Lapangan Usaha, Kecuali Pertambangan akan Meningkat Triwulan III 2015
- APBI: PHK Buruh Sektor Pertambangan Terjadi Tiga Tahun Terakhir
Bagikan
Berita Terkait
Prabowo Perintahkan Menteri Gerak Cepat Lakukan Hilirisasi, Kerjasama Dengan China

PM Tiongkok Datang ke Indonesia, HBKB Sudirman-Thamrin Dihentikan Sementara

Pemimpin Keuangan G7 Soroti Tarif Trump Bikin Naiknya Ketidakpastian Ekonomi Global

Investasi Bangunan Landai, Proyeksi Pertumbuhan Ekonomi RI 2025 Turun 0,1%

Bank Permata: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Tahun 2025 Melambat Bergerak 4,5 Hingga 5,0 Persen

Jakarta Diproyeksikan Bakal Dibajiri Barang dari Tiongkok dan Vietnam

Penurunan PMI Manufaktur Dampak Kebijakan Proteksionis Global

2 Train Set KRL Dari Tiongkok Kembali Datang, KAI Commuter Ingin Percepat Pengujian dan Sertifikasi

Bank Indonesia Optimistis Pertumbuhan Ekonomi Tahun 2025 Capai Target

Optimisme Besar Airlangga Jika Indonesia Mampu Capai Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen di Tengah Gejolak Global
