Euforia Timnas Berlebihan daripada Prestasinya
Ilustrasi Euforia di Indonesia (Foto: pbdjarum.org)
MerahPutih Sepak Bola - Melalui cabang olahraga sepak bola, Indonesia rupanya pernah memberikan kebanggaan besar di ajang Olimpiade. Bahkan, menorehkan prestasi yang hingga kini belum mampu disamai.
Hal tersebut, diungkapkan mantan libero tim nasional Indonesia era 70-an, Oyong Liza. Salah satunya yakni, melawan tim nasional Korea Utara tahun 1976 untuk merebut tempat di Olimpiade Montreal, Kanada.
Pertandingan terjadi di Stadion Gelora Bung Karno, Senayan, dan dipenuhi lebih dari 120 ribu penonton. Diceritakan Oyong, tim Merah-Putih, saat itu dilatih Wiel Coerver dari Belanda.
Kemudian Timnas Indonesia, antara lain diperkuat kiper legendaris Ronny Pasla, libero terkenal Ronny Pattinasarany, Iswadi Idris, Risdianto, Suaeb Rizal, Junaedi Abdillah, Nobon dan Anjas Asmara.
Pada pertandingan waktu normal dan perpanjangan waktu PSSI berhasil menahan Korea Utara kaca mata alias 0-0. Terpaksa dilakukan adu pinalti. Sayangnya, Anjas Asmara dan Suaeb Rizal gagal. Kontan, membuat kesempatan untuk ikut Olimpiade Montreal yang tinggal selangkah lagi menjadi hilang.
"Jangankan di Asia, sekarang di AFF (Asia Tenggara) saja tidak bisa. Tapi kalau sudah menang sedikit saja, ributnya setengah mati. Euforianya berlebihan dari pada prestasinya," kenang sosok kelahiran Padang, Sumatera Barat, 10 November 1946 tersebut.
"Tidak ada prestasi yang instan. Kami juga dahulu melalui banyak kerja keras dan bakat kami dimatangkan dalam pusat latihan-pusat latihan. Pemerintah dibantu sponsor-sponsor, pasti bisa membangun pusat-pusat latihan yang akan memberikan banyak manfaat," imbuhnya.
Selain itu, penampilan mentereng Timnas terjadi pada Olimpiade Melbourne tahun 1956, ketika berhasil menahan tim Uni Soviet 0-0.
Tim Merah-Putih diperkuat Maulwi Saelan, Ramang, Djamiat Dalhar, LH Tanoto, Kiat Sek, dan Ramlan. Indonesia berhasil menahan Uni Soviet dalam 2 X 45 menit bahkan sampai perpanjangan 2 X 15 menit.
Menurut peraturan ketika itu, apabila pertandingan berakhir seri maka harus dilakukan pertandingan ulang, yang dilakukan tiga hari kemudian dan PSSI kalah terhormat 0-4. Uni Soviet akhirnya meraih medali emas Olimpiade Melboune 1956.?
Tahun 1958 Indonesia juga hampir masuk Piala Dunia di Swedia tapi karena alasan politis, yakni tidak mau bertanding melawan Israel, maka harapan itu sirna. Indonesia saat itu maju ke babak berikut setelah menyingkirkan RRC, dan Israel maju karena menyisihkan Turki. Namun Indonesia memutuskan tidak mau bertanding dengan Israel.? (esa)
BACA JUGA:
Bagikan
Rendy Nugroho
Berita Terkait
Pertemuan Ketum NOC dengan Presiden Terpilih IOC Jadi ‘Angin Segar’ untuk Perkembangan Olahraga Indonesia
American Football Jadi Anggota NOC, Indonesia Berpotensi Kirim Tim ke Olimpiade Los Angeles 2028
Persiapan Menuju Olimpiade Los Angeles 2028, Seluruh Federasi Olahraga Dikumpulkan Satukan Visi Misi
Indonesia Berambisi Jadi Tuan Rumah Olimpiade dan Youth Olympic Games 2030
Pencak Silat Diprediksi Bakal Dipertandingan di Olimpiade Los Angeles 2028
Olympian Indonesia Eks Olimpiade Paris 2024 Terima Dana USD 2.500 dari IOC
Menpora Tegaskan Komitmen Pemerintah Bangun Pusat Pelatihan untuk Atlet Olimpiade 2028
IShowSpeed Bikin Kejutan, Berambisi Tampil di Olimpiade Los Angeles 2028
Richard Sam Bera Jadi Direktur Tim Indonesia Emas untuk Pastikan Pencapaian Prestasi Tertinggi
Indonesia Dapat Tawaran Menjadi Tuan Rumah Olimpiade 2036