Eropa akan Izinkan Konektivitas 5G dalam Penerbangan


Jadi bisa bebas internetan di pesawat. (Foto: Unsplash/John McArthur)
KOMISI Eropa membuka pintu bagi maskapai penerbangan Eropa untuk mulai menawarkan konektivitas 5G dalam penerbangan. Konektivitas ini mengalokasikan spektrum tertentu untuk 5G dalam penerbangan serta kemungkinan generasi teknologi seluler sebelumnya seperti 4G dan lebih rendah.
Penumpang akan terhubung ke base station pico-cell on-board, yang kemudian terhubung ke jaringan berbasis darat melalui satelit. Semua panggilan, teks, dan data diharapkan dapat didukung untuk memastikan konektivitas tetap terjadi di dalam penerbangan.
“5G akan memungkinkan layanan inovatif bagi masyarakat dan peluang pertumbuhan bagi perusahaan Eropa. Langit tidak lagi menjadi batasan dalam hal kemungkinan yang ditawarkan oleh konektivitas super cepat dan berkapasitas tinggi," terang komisaris Uni Eropa, Thierry Breton, seperti dilaporkan The Verge.
Baca juga:
Penuh Liku Proses Penyajian Masakan di Pesawat

Sayangnya, mereka belum memberikan kepastian atau rincian mengenai kapan tepatnya layanan 5G itu akan tersedia di dalam penerbangan. Meski demikian, aturan tentang mengaktifkan perangkat dalam mode pesawat sejatinya sudah dilonggarkan sejak beberapa tahun terakhir.
Pada tahun 2014 misalnya, Badan Keamanan Penerbangan Uni Eropa memperbarui pedomannya dengan mengatakan bahwa maskapai penerbangan tidak perlu mewajibkan penumpangnya untuk menggunakan Mode Pesawat.
Biasanya, mengaktifkan mode pesawat akan membatasi konektivitas perangkat seluler, tapi masih mengizinkan konektivitas teknologi nirkabel macam Wi-Fi dan Bluetooth.
Konektivitas 5G di dalam pesawat diperkirakan tidak akan menimbulkan masalah keselamatan karena menggunakan frekuensi yang berbeda dengan yang digunakan untuk komunikasi di dalam kokpit. Demikian keterangan International Air Transport.
Baca juga:
Tahapan Perawatan dan Pengaturan Pesawat Batik Air. Apa Saja Itu?

Ponsel akan menggunakan spektrum 5GHz ke atas, sementara pesawat sendiri menggunakan rentang 4,2-4,4GHz sebagai konektivitasnya. Namun, tak semua negara nampaknya bisa sepakat dengan kebijakan tersebut, seperti Amerika Serikat (AS) misalnya.
Negara itu memiliki hubungan antara konektivitas 5G dan industri perjalanan udara yang rumit, sebab maskapai penerbangan menyatakan peluncuran spektrum 5G baru di dekat bandara berisiko mengganggu peralatan penerbangan nan sensitif.
Uni Eropa kemungkinan bakal meluncurkan spektrum tersebut pada pertengahan tahun depan, agar maskapai penerbangan memiliki waktu untuk menyiapkan pesawat mereka dengan peralatan yang tidak sensitif terhadap frekuensi yang akan digunakan. (waf)
Baca juga:
Jenis Masker Terbaik untuk Dipakai saat Naik Pesawat
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
AirAsia Bakal Kerahkan 100 Unit Pesawat Untuk Layani Penerbangan di Indonesia

2 Maskapai China dan Korea Anyar Terbang ke Bali, Wisatawan Diharapkan Makin Banyak

Garuda Operasikan 70 Rute Penerbangan Dengan Tingkat Keterisian 78 Persen, Knock Off Rute Tidak Menguntungkan

Maskapai Fly Jaya Rute Jember-Jakarta Terbang Perdana 18 September, Tiket Dibandrol Rp 1,3-1,4 Juta

Imbas Demo, Penerbangan Perdana Rute Jember-Jakarta PP Hari Ini Ditunda Sepekan

Buka Penerbangan Setiap Hari ke Singapura, Pelita Air Ingin Perbanyak Wisatawan Asing ke Indonesia

Palu Kini Punya Bandara Internasional, Mutiara Sis Aljufri Bikin Pengadaan Alat X-Ray Rp 2,5 M

Tersangka Penumpang Teriak Ada Bom di Pesawat Lion Air Pernah Dirawat di Rumah Sakit Jiwa

Penumpang Bertingkah dan Berteriak Ada Bom di Pesawat Lion Air, Ditangkap dan Dijadikan Tersangka

Penerbangan Dari dan Ke Bali Alami Keterlambatan dan Penundaan Akibat Lewotobi Meletus
