Ekonom Sebut Tim Ekonomi Jokowi Kurang Ideal

Zulfikar SyZulfikar Sy - Rabu, 30 Oktober 2019
Ekonom Sebut Tim Ekonomi Jokowi Kurang Ideal

Ekonom INDEF Bhima Yudhistira Adhinegara (paling kanan) saat diskusi Kabinet Indonesia Maju dan PR Bangsa di Gedung Parlemen. (ANTARA/ Sella Panduarsa Gareta)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.com - Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira Adhinegara menilai, tim ekonomi yang ditunjuk Presiden Joko Widodo kurang ideal untuk merespons tantangan ekonomi domestik maupun global.

“Karena ada tekanan partai politik, kabinet yang harusnya diisi oleh profesional, khususnya kami mencermati bidang ekonomi, yang bisa diandalkan justru hanya satu orang yakni Ibu Sri Mulyani Indrawati,” kata Bhima pada diskusi bertajuk ‘Kabinet Indonesia Maju dan PR Bangsa’ di Gedung Parlemen, Jakarta, Rabu (30/10), dikutip Antara.

Baca Juga:

Pakar: Sri Mulyani Tahu Betul Struktur Ekonomi Indonesia

Bhima memaparkan sejumlah tantangan yang harus diantisipasi tim ekonomi Kabinet Indonesia Maju, di antaranya terkait investasi, di mana daya saing global Indonesia merosot ke posisi 50 pada 2019 dari sebelumnya di posisi 45 pada 2018 menurut laporan World Economic Forum (WEF).

Pecahan uang rupiah. (Foto: ANTARA/Shutterstock/pri)
INDEF menilai tim ekonomi Presiden Jokowi kurang ideal. (Foto: ANTARA/Shutterstock/pri)

“Jadi yang bisa kita lakukan sekarang adalah bagaimana mengejar ketertinggalan dari negara lain yang terus melakukan improvisasi terhadap daya saingnya,“ ungkap Bhima.

Selain itu terkait infrastruktur, Bhima menilai dampak pembangunannya belum signifikan terhadap perekonomian, karena pengerjaannya didominasi oleh BUMN.

Hal lain yang juga perlu disoroti adalah ketergantungan terhadap pembiayaan dari utang, khususnya utang luar negeri yang tidak disertai dengan peningkatan devisa.

“Karena tadi, infrastruktur yang dibangun, yang harusnya bisa mendorong sektor industri manufaktur, tapi ternyata utilitasnya relatif rendah,” ungkap Bhima.

Terkait kemudahan berbinis di Indonesia, menurut Bhima, belum ada upaya berarti yang dilakukan, terlebih Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) saat ini berada di bawah Kementerian Koordinator Kemaritiman dan Investasi.

Bhima memandang, selaiknya BKPM tetap berada di bawah Kementerian Koordinasi Perekonomian mengingat BKPM sangat berkaitan dengan bidang industri dan perdagangan.

“Kalau di bawah Kemenko Kemaritiman, ini menimbulkan kebingungan. Perlu hati-hati mengubah nomenklatur. BKPM idealnya tetap berada di bawah Kemenko Perekonomian,” ujar Bhima.

Baca Juga:

Perkuat Ekonomi Digital, Menkominfo Soroti Ancaman Cyber Crime

Kemudian, terkait upaya mendongkrak ekspor, Bhima memandang hal ini akan menjadi tantangan besar, mengingat menteri dan wakil menteri di tim ekonomi Jokowi sedikit yang berasal dari kalangan profesional.

Kendati demikian, kinerja tim ekonomi Jokowi perlu diberi waktu untuk membuktikan kinerjanya, yang nantinya dapat diukur dengan indikator-indikator ekonomi, di antaranya data neraca perdagangan.

Sri Mulyani memberikan pernyataan setelah bertemu dengan Presiden Jokowi atas penunjukannya kembali menjadi Menteri Keuangan, di Istana Negara, Selasa (22/19). (ANTARA/Desca Lidya Natalia/Sw)
Sri Mulyani memberikan pernyataan setelah bertemu dengan Presiden Jokowi atas penunjukannya kembali menjadi Menteri Keuangan, di Istana Negara, Selasa (22/19). (ANTARA/Desca Lidya Natalia/Sw)

“Jadi kalau 100 hari ke depan neraca perdagangan kita tidak membaik dan justru memburuk, defisit perdagangan kita memburuk, maka ini akan menjadi evaluasi untuk melakukan reshuffle kabinet ke depan,” ujarnya.

Selain itu, pertumbuhan ekonomi hingga akhir 2019 juga dapat menjadi patokan apakah tim ekonomi yang dibentuk tersebut mampu menjawab tantangan ekonomi global atau tidak.

“Kita lihat apakah sampai akhir tahun pertumbuhan ekonomi kita bisa terjaga setidaknya 5 persen, atau justru turun dibawah lima persen, itu akan lebih buruk,” tukas Bhima. (*)

Baca Juga:

Airlangga Hartarto Jadi Menko Perekonomian, Berikut Profil Lengkapnya

#Pertumbuhan Ekonomi #Menko Perekonomian #INDEF
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir

Berita Terkait

Indonesia
Transaksi Harbolnas 2025 Ditarget Tembus Rp 35 Triliun, Pemerintah Janjikan Diskon Besar-besaran
Pemerintah menyiapkan strategi diskon besar untuk menjaga daya beli masyarakat jelang Harbolnas 2025.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 09 September 2025
Transaksi Harbolnas 2025 Ditarget Tembus Rp 35 Triliun, Pemerintah Janjikan Diskon Besar-besaran
Indonesia
Tanggapi Ucapan Kontroversial Menkeu Purbaya soal Tuntutan Publik, Ekonom: Demonstrasi Bukan Sekadar Masalah Perut
Ekonom sebut Menkeu Purbaya menyederhanakan persoalan kompleks.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 09 September 2025
Tanggapi Ucapan Kontroversial Menkeu Purbaya soal Tuntutan Publik, Ekonom: Demonstrasi Bukan Sekadar Masalah Perut
Indonesia
Pasar Melemah dan Rupiah Bisa Capai Rp 16.500 Per Dolar AS, Airlangga Minta Investor Tetap Tenang
Menko Airlangga berpesan kepada masyarakat untuk tidak mudah terprovokasi oleh informasi yang tidak bertanggung jawab, serta menciptakan suasana yang damai dan saling menghormati.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 01 September 2025
Pasar Melemah dan Rupiah Bisa Capai Rp 16.500 Per Dolar AS, Airlangga Minta Investor Tetap Tenang
Indonesia
Ekonomi Indonesia Diklaim di Jalur yang Benar, Menko Airlangga Minta Pengusaha dan Investor tak Panik
Ekonomi Indonesia diklaim berada di jalur yang benar. Hal itu disampaikan oleh Menteri Koordinator Bidang Perekonomian, Airlangga Hartarto. Ia meminta pengusaha dan investor tidak panik.
Soffi Amira - Senin, 01 September 2025
Ekonomi Indonesia Diklaim di Jalur yang Benar, Menko Airlangga Minta Pengusaha dan Investor tak Panik
Indonesia
Ekspansi Belanja Pemerintah Bakal Bikin Ekonomi Membaik di Semester II 2025
Pada triwulan II 2025, perekonomian tercatat tumbuh 5,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), lebih tinggi dari rekor triwulan I sebesar 4,87 persen (yoy).
Alwan Ridha Ramdani - Rabu, 20 Agustus 2025
Ekspansi Belanja Pemerintah Bakal Bikin Ekonomi Membaik di Semester II 2025
Berita
Pertumbuhan Ekonomi 2026 Diprediksi Capai 5,4 Persen, Prabowo Pede Angka Pengangguran dan Kemiskinan Turun
Pertumbuhan ekonomi 2026 diprediksi mencapai 5,4 persen. Presiden RI, Prabowo Subianto, percaya diri angka pengangguran dan kemiskinan bisa turun.
Soffi Amira - Jumat, 15 Agustus 2025
Pertumbuhan Ekonomi 2026 Diprediksi Capai 5,4 Persen, Prabowo Pede Angka Pengangguran dan Kemiskinan Turun
Indonesia
Kesenjangan di Tengah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Prabowo: Masih Banyak Anak-anak Kelaparan dan Petani Tak Bisa Jual Hasil Panen
Presiden Prabowo Subianto menyoroti ekonomi nasional yang tidak merata, meskipun tumbuh 5 persen dalam 7 tahun terakhir.
Frengky Aruan - Jumat, 15 Agustus 2025
Kesenjangan di Tengah Pertumbuhan Ekonomi Indonesia, Prabowo: Masih Banyak Anak-anak Kelaparan dan Petani Tak Bisa Jual Hasil Panen
Indonesia
Riset Prasasti: ICOR Ekonomi Digital 4,3, Dinilai Lebih Efisien Dibanding 17 Sektor Lain
Hasil riset Prasasti mencatat, bahwa ICOR ekonomi digital lebih efisien dibanding 17 sektor lainnya. Ekonomi digital berperan penting dalam pertumbuhan ekonomi Indonesia.
Soffi Amira - Rabu, 13 Agustus 2025
Riset Prasasti: ICOR Ekonomi Digital 4,3, Dinilai Lebih Efisien Dibanding 17 Sektor Lain
Indonesia
Investasi Danantara Diyakini Jadi Motor Penggerak Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Capai 7 Persen
Danantara memiliki peta jalan model bisnis ke depan.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 11 Agustus 2025
Investasi Danantara Diyakini Jadi Motor Penggerak Ekonomi, Pertumbuhan Ekonomi Bisa Capai 7 Persen
Indonesia
Lapangan Usaha Jasa Lainnya Alami Pertumbuhan Tertinggi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 4,04 Persen
Ekonomi Indonesia triwulan II-2025 terhadap triwulan II-2024 mengalami pertumbuhan sebesar 5,12 persen (y-on-y).
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 05 Agustus 2025
Lapangan Usaha Jasa Lainnya Alami Pertumbuhan Tertinggi, Pertumbuhan Ekonomi Kuartal 4,04 Persen
Bagikan