Operasi TNI Mapenduma (9): Diplomasi Pendeta Gagal, Komite Palang Merah Internasional Diterjunkan

Yudi Anugrah NugrohoYudi Anugrah Nugroho - Jumat, 13 Oktober 2017
Operasi TNI Mapenduma (9): Diplomasi Pendeta Gagal, Komite Palang Merah Internasional Diterjunkan

Salah seorang sandera WNA sedang berjabat-tangan bersama anggota Kopassus ketika berhasil bebas. (Gatra, Dani Hamdani)

Ukuran:
14
Audio:

PERTEMUAN para pendeta kali pertama dengan Kelly Kwalik justru menutup peluang negosiasi. Sang komandan menolak membebaskan sandera sebelum pemerintah Indonesia mengakui kemerdekaan Papua Barat, serta negara-negara Pasifik, dan PBB menunjukan solidaritasnya kepada Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Empat pemimpin gereja pun menganggap permintaan OPM tak masuk akal. Mereka lantas angkat kaki, tak sudi lagi menjadi perantara negosiasi.

Kepergiaan para pendeta tak turut serta menggagalkan seluruh upaya negosiasi. Jalan persuasif terus berlanjut. Peluang bernegosiasi pun masih terbuka lebar. International Comittee of the Red Cross (ICRC) atau Komite Palang Merah Internasional kemudian hadir menggantikan peran para pendeta.

“Keikutsertaan ICRC didasarkan atas permintaan Kelly Kwalik, yang disampaikan melalui misionaris,” kata Henry Fournier, ketua ICRC Delegasi Regional Jakarta, membawahi wilayah Indonesia, Singapura, Malaysia, dan Brunei Darussalam, dikutip Gatra, 25 Mei 1996.

Tanggal 9 Februari 1996, ICRC tiba di posko komando operasi pembebasan Komando Distrik Militer (Kodim) Wamena, Papua. Mereka berkoordinasi dengan pihak TNI mengenai peran mereka sebagai perantara negosiasi, hingga ke masalah teknis seperti pendampingan pemberangkatan.

“Kami sudah meminta kepada Brigjen Prabowo untuk menciptakan daerah bebas tentara sejauh 12 Km. Sampai sekarang saya berani menjamin validitas daerah bebas militer itu. OPM pun tidak pernah mempermasalahkan hal ini. Tidak pernah!” ungkap Fournier, dikutip Tempo, 22 Mei 1996.

Tugas penting ICRC kini fokus membujuk OPM untuk membebaskan sisa sandera. Dari hari penculikan tanggal 8 Januari 1996 hingga kedatangan ICRC, total sudah 13 sandera berhasil dibebaskan melalui jalan negosiasi. Masih ada 13 sandera lagi, termasuk 6 Warga Negara Asing, menunggu uluran tangan negosiator agar nasib mereka menjadi jelas.

Helikopter berwarna putih milik ICRC berpisah denga heli milik TNI di titik barikade 12 Km menuju lokasi penculikan, di pedalaman rimba Desa Mapenduma, Kecamatan Tiom, Kabupaten Jayawijaya, Papua. Dari dua sisi perut heli, awak ICRC mengeluarkan bendera putih dengan logo salib merah di tengah.

Perlahan heli mendarat dan awak ICRC langsung menuju lokasi penyanderaan. Pihak ICRC kemudian bertemu kelompok penculik pimpinan Daniel Yudas Kogoya dan Elmin Silas Kogoya, Komandan Operasi Kodam III Fakfak, West Papua New Guinea, OPM. ICRC belum berjumpa Kelly Kwalik, diduga perancang aksi penculikan.

Negosiasi berjalan lancar. Seluruh permintaan OPM nonpolitik, seperti bahan sandang dan pangan coba dituruti ICRC. Begitu pun, tak kalah penting, seluruh kebutuhan dan pengobatan sandera semaksimal mungkin dipenuhi. Dua sandera, Adinda Arimbi Saraswati, salah seorang Tim Ekspedisi Lorentz 1995 unsur BSsC, dengan kondisi fisik semakin lemah, dan Martha Klein, peneliti Unesco, tengah hamil besar pun butuh perawatan medis segera.

ICRC memasok obat-obatan, bahan pangan, selimut, hingga pembalut permintaan Adinda. Pembalut, tutur Adinda Saraswati pada buku Sandera: 130 Hari Terperangkap di Mapenduma, bahkan dipasok hingga berdus-dus, karena berlebih sampai dijadikan alas kaki, hingga bantal untuk beristirahat.

Usaha ICRC perlahan menuai hasil. Pada tanggal 10 Februari 1996, OPM bersedia melepas Penginjil asal Tiom, Papua, Zarkeus Elopere. Selepas itu, kelompok penculik menggeser lokasi ke Geselema.

Hubungan ICRC dan OPM pun masih mulus. Pada tanggal 15 Februari 1996, seorang sandera, peneliti Balai Konservasi Sumber Daya Alam Kanwil Kehutanan Irian Jaya (Papua, kini), Abraham Wanggai, kembali dibebaskan.

Pembebasan para sandera acap menunggu restu Moses Weror, disebut-sebut sebagai Pimpinan Dewan Revolusi OPM di Papua Nugini. ICRC, melalui Henry Fournier, sempat bersemuka dengan Moses Weror di Papua Nugini untuk membujuk kelompok penculik membebaskan sisa sandera, 11 orang gabungan peneliti Tim Ekspedisi Lorentz 1995, WWF, dan Unesco. (*)

#Operasi Mapenduma 1996 #Kopassus #Sejarah TNI #Komite Palang Merah Internasional #ICRC
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Jabat Dirjen Bea Cukai, Eks Tim Mawar Letjen Djaka Budi Pensiun dari TNI
Letjen Djaka Budi Utama termasuk anggota Tim Mawar Kopassus.
Wisnu Cipto - Jumat, 23 Mei 2025
Jabat Dirjen Bea Cukai, Eks Tim Mawar Letjen Djaka Budi Pensiun dari TNI
Indonesia
Danjen Kopassus Sebut Tak Semua Anggota Ormas Itu Preman
Danjen Kopassus Mayjen Djon Afriandi mengatakan aksi premanisme harus ditindak tegas.
Frengky Aruan - Sabtu, 26 April 2025
Danjen Kopassus Sebut Tak Semua Anggota Ormas Itu Preman
Indonesia
Lirik Lagu 'Hymne Komando' dari Titiek Puspa untuk Kopassus
Pasukan ini dikenal memiliki keahlian luar biasa, seperti kemampuan manuver cepat di berbagai medan, akurasi tinggi dalam menembak, keahlian dalam misi pengintaian, serta spesialisasi dalam operasi anti-teror.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 13 April 2025
Lirik Lagu 'Hymne Komando' dari Titiek Puspa untuk Kopassus
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Gantikan Miftah jadi Utusan Khusus Presiden, Uztad Adi Hidayat Datangi Markas Kopassus
Pendakwah Uztad Adi Hidayat dikabarkan menduduki jabatan utusan khusus Presiden.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 24 Desember 2024
[HOAKS atau FAKTA]: Gantikan Miftah jadi Utusan Khusus Presiden, Uztad Adi Hidayat Datangi Markas Kopassus
Indonesia
Pernah Dipimpin Prabowo, Sejarah Kopassus Erat dengan Divisi Siliwangi
Kopassus merupakan satuan komando tempur yang dimiliki TNI AD. Bahkan, Kopassus juga pernah dipimpin oleh Prabowo Subianto.
Soffi Amira - Jumat, 01 November 2024
Pernah Dipimpin Prabowo, Sejarah Kopassus Erat dengan Divisi Siliwangi
Indonesia
Mengenal Mayjen Djon Afriandi, Peraih Adhi Makayasa 1995 yang Kini Jadi Danjen Kopassus
Pada 1997, Djon menjabat sebagai Komandan Peleton 3/2 Batalion 13 Grup 1/Kopassus
Angga Yudha Pratama - Rabu, 30 Oktober 2024
Mengenal Mayjen Djon Afriandi, Peraih Adhi Makayasa 1995 yang Kini Jadi Danjen Kopassus
Indonesia
Profil Kolonel ‘The Sun’, Kiprah Jagoan Pencak Silat 'Tameng Hidup' Prabowo
Di antara rekan seangkatannya, Kolonel Wahyo mendapat julukan Bapak Matahari (The Sun) karena memiliki keahlian sebagai motivator dengan gaya bicaranya yang khas serta runtut, terarah, jelas, tegas, dan bersemangat.
Wisnu Cipto - Kamis, 24 Oktober 2024
Profil Kolonel ‘The Sun’, Kiprah Jagoan Pencak Silat 'Tameng Hidup' Prabowo
Indonesia
Prajurit Kopassus Praka Jingko Siswa Terbaik Pelatihan Militer Lintas Negara
Praka Jingko mengharumkan nama Indonesia dengan meraih penghargaan Siswa Internasional Terbaik di Latihan Militer Lintas Negara di Australia dengan nilai excellent.
Wisnu Cipto - Minggu, 07 Juli 2024
Prajurit Kopassus Praka Jingko Siswa Terbaik Pelatihan Militer Lintas Negara
Indonesia
Pakai Baret dan Berkacamata Hitam, Prabowo Hadiri HUT ke-72 Kopassus di Cijantung
Acara dimulai dengan laporan komandan upacara, menyanyikan lagu Indonesia Raya, dilanjutkan menyanyikan Mars Komando, serta pertunjukkan kendaraan taktis
Angga Yudha Pratama - Selasa, 30 April 2024
Pakai Baret dan Berkacamata Hitam, Prabowo Hadiri HUT ke-72 Kopassus di Cijantung
Bagikan