Pernah Dipimpin Prabowo, Sejarah Kopassus Erat dengan Divisi Siliwangi


Danjen Kopassus Mayjen Djon Afriandi saat dampingi Presiden ke -7 Joko Widodo (Puspen TNI)
MerahPutih.com - Komando Pasukan Khusus atau Kopassus merupakan satuan komando tempur yang dimiliki oleh TNI Angkatan Darat (AD). Kopassus lahir pada 16 April 1952 yang dipicu maraknya gerakan separatis di awal Indonesia merdeka.
Ada dua perwira yang berperan besar dalam pembentukan pasukan baret merah. Keduanya adalah Panglima Tentara Teritorium III/Siliwangi, Kolonel A.E Kawilarang, dan Letnan Kolonel Slamet Riyadi.
“Kawilarang dan Slamet Riyadi, bisa jadi, adalah perwira Indonesia yang pertama menyadari pentingnya kehadiran pasukan khusus yang mampu bertempur secara efisien dalam jumlah kecil,” tulis Petrik Matanasi dalam Pasukan Komando: Pasukan Hantu Pengukir Sejarah Indonesia, dikutip Kamis (31/10).
Pengalaman keduanya dalam penumpasan gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) membuat TNI membentuk pasukan khusus untuk mengatasi gangguan keamanan yang timbul setelah kemerdekaan RI. Sayangnya, Slamet Riyadi gugur di medan pertempuran.
Baca juga:
Mengenal Mayjen Djon Afriandi, Peraih Adhi Makayasa 1995 yang Kini Jadi Danjen Kopassus
Dalam Benny Murdani: Profil Prajurit Negarawan, Julius Pour menuliskan posisi Kawilarang sebagai Panglima Divisi Siliwangi, yang harus menghadapi pemberontakan DI/TII, semakin membulatkan tekadnya membentuk pasukan khusus itu.
Konsep pasukan khusus yang digagas Kawilarang awalnya tidak dilaksanakan di lingkungan Markas Besar AD. Kawilarang hanya memulainya dari lingkungan Siliwangi. Ini yang membuat Kopassus pertama kali dibentuk diberi nama Kesatuan Komando Teritorium III.
Combatt intellegence menjadi langkah awal pembentukan pasukan itu. Dua orang prajurit Siliwangi yang lulus dari combat intellegence dijadikan pelatih pasukan khusus. Mereka adalah Letda Hang Haryono dan Sersan Mayor Trisno Yuwono.
Salah satu materi latihan combat intelligence adalah terjun payung, yang diberikan oleh Roden Barendrecht Visser alias Mochamad Idjon Janbi, bekas Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL). Ia pernah terlibat dalam Operasi Market Garden, operasi para terbesar yang pernah digelar selama Perang Dunia II.
Baca juga:
Prajurit Kopassus Praka Jingko Siswa Terbaik Pelatihan Militer Lintas Negara
Karena baru dua orang pelatih, maka beberapa pelatih lulusan Sekolah Kader Infanteri (SKI) di Cimahi dan dari Depot Batalion diambil untuk menambah jumlah pelatih yang akan melatih pasukan dalam jumlah besar.
Latihan dimulai dengan 15 orang bintara di SKI Cimahi sebelum akhirnya pindah ke Batujajar. Setelah 22 bulan latihan, hanya delapan orang bintara saia yang dinyatakan lulus dan menjadi pelatih khusus komando.
Mereka antara lain Sersan Mayor Sitompul, Sersan Mayor Tendi Sutendi, Sersan Mayor Suwandi, Kopral Tasdik. Selain dari sisi pelatih, sebuah asrama semi permanen juga disiapkan untuk kesatuan komando ini di Batujajar.
Pada pelatihan angkatan pertama, dihasilkan satu kompi operasional pasukan komando yang disingkat Ki A. Kompi itu dipimpin oleh Kapten Soepomo. Kepada mereka yang lulus ini, diberikan ijazah, badge tulisan 'Komando' yang dipasang dipundak kiri, dan baret cokelat.
Baca juga:
Mengenal Sat-81/Gultor Kopassus, Pasukan Khusus Bentukan Prabowo dan Luhut
Kompi pertama ini diterjunkan dalam operasi penghancuran DI /TII di daerah Jawa Barat pada 1953. Hasilnya cukup memuaskan Panglima Siliwangi yang terbukti dengan penyergapan pasukan DI/TIl di Rakutak. Setelah memperoleh peralatan tambahan berupa perahu karet, pelatihan pasukan ini ditambah dalam hal pendaratan dengan perahu karet. Mayor Idjon Janbi yang langsung melatih pasukan ini.
Keberhasilan ini menarik perhatian Mabes AD di Jakarta. Selanjutnya, diadakan penyerahan pasukan ini dari TT III/Siliwangi kepada Inspektorat Infanteri AD pada 18 Maret 1953. Namanya juga berubah menjadi Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD).
Di bawah angkatan darat, pasukan in semakin dikembangkan sampai jumlahnya mencapai satu resimen sejak 25 Juli 1955, dan berganti nama lagi menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Sejak tahun itu, unsur-unsur tempur pasukan ini dipindahkan ke Cijantung, Jakarta Timur.
Kemudian pada 1966, setahun setelah peristiwa Gerakan 30 September, nama RPKAD diubah menjadi Pusat Pasukan Khusus (Puspasus) TNI AD. Selanjutnya pada 1971 kembali berganti nama menjadi Komando Pasukan Shandi Yudha (Kopassandha). Sejak 1985 berganti nama menjadi Kopassus hingga sekarang.
Kopassus mengalami beberapa kali ganti komandan. Mayor Idjon Janbi adalah komandan pertama dari korps pasukan khusus AD ini. Karena Idjon Janbi mengalami luka saat bertugas melawan tentara DI/TII di Jawa Barat, maka Mayor R. Djaelani menjadi komandan pasukan ini. Djaelani kemudian digantikan oleh Mayor Kaharudin Nasution.
Di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto, pada 1996, Kopassus terdiri dari 5 grup pasukan: Grup 1 adalah Parakomando yang berkedudu-kan di Serang Banten; Grup 2 Parakomando di Kertasura, Jawa Tengah; Grup 3 Pusat pendidikan Pasukan Khusus di Batujajar; Grup 4 Sandhi Yudha di Jakarta; dan ke-5 Detasemen 81/ Gultor- yang kemudian disebar di tiap grup. (pon)
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Prabowo Naikkan Gaji Guru dan Dosen ASN, Komisi X DPR: Nasib Honorer juga Harus Diperhatikan

DPR Sebut Ibu Kota Politik di IKN tak Sesuai UU, Perlu Kejelasan Hukum

Prabowo Pidato di Sidang Majelis Umum PBB, Komisi I DPR: Kemerdekaan Palestina Harus Disuarakan

22 September Memperingati Hari Apa? Ini Deretan Peringatan Penting dan Fakta Menariknya

Prabowo Bakal Pidato di Sidang Umum PBB, Ulangi Perjuangan Diplomasi Ayahnya

Kunjungi Expo 2025 Osaka, Prabowo Bawa 'Oleh-oleh' Proyek Investasi Rp 392 Triliun

Tiba Jepang, Presiden Prabowo Bawa Misi Khusus di Expo 2025 Osaka

Prabowo Lawatan ke Jepang Lanjut Hadiri Sidang Umum PBB, Pulang Tanah Air 27 September

Gibran tak Hadiri Reshuffle Kabinet, Jokowi Berikan Pembelaan

19 September Memperingati Hari Apa? Fakta Sejarah Ini Jarang Diketahui!
