Diet Ketogenik Efektif Turunkan Berat Badan Tetapi Beresiko Tinggi


Diet ketogenik banyak dilakukan kaum urban. (Foto: Pixabay)
BANYAK kaum urban yang menerapkan diet ketogenik. Jika selama ini orang menyisipkan makanan rendah lemak dalam menu dietnya, hal berbeda dilakukan pelaku diet ketogenik. Diet keto adalah menerapkan pola makan rendah karbohidrat namun tinggi lemak.
“Jika pada umumnya asupan karbohidrat mencapai 55 persen, dalam diet keto jumlah kabohidratnya hanya 25 persen. Sementara 75 persennya adalah lemak,” papar Spesialis Gizi Klinik Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Inge Permadhi.
Metode diet keto pertama kali diperkenalkan oleh dr. Gianfranco Capello. Diet ini dinamakan keto karena tujuannya membuat tubuh dalam keadaan ketosis. Ketosis adalah kondisi saat liver manusia memproduksi ketone untuk dibakar menjadi energi. Dalam keadaan normal, ketosis terjadi saat seseorang mengonsumsi sedikit karbohidrat.
Rendahnya jumlah karbohidrat yang dikonsumsi membuat kadar glukosa dalam tubuh menurun. Hal tersebut membuat tubuh memecah lemak untuk dijadikan bahan energi. Pecahnya jaringan lemak yang tersimpan dalam tubuh membuat jumlah lemak berkurang dan tubuh lebih ramping. Para pelaku diet ini mengklaim metode diet keto menurunkan berat badan secara drastis dalam waktu singkat.
Inge menjelaskan bahwa diet ini mulanya ditujukan untuk anak-anak yang mengidap kejang epilepsi. “Mereka yang resistan terhadap obat anti-epilepsi disarankan untuk menjalani metode diet ini,” tutur Inge. Selain untuk anak-anak pengidap epilepsi, Inge juga menyarankan metode ini diterapkan oleh orang-orang obesitas. “Orang-orang yang memiliki masalah obesitas, bisa menjalani diet ini karena dapat menurunkan berat badan secara cepat dan efektif,” ucapnya.
Kendati demikian, ia tak menganjurkan pola makan ini dijalani dalam kurun waktu lama. Pola makan yang tak seimbang seperti itu disinyalir dapat menimbulkan gangguan dalam tubuh. “Untuk penurunan berat badan oke, namun juga bisa menyebabkan dislipidemia,” urainya.
Dislipidemia yakni adanya gangguan lemak pada darah, termasuk kolesterol dan trigliserida. Selain itu, saat tubuh dalam keadaan ketosis, pelaku diet ini akan segera kehilangan massa otot dan menjadi kelelahan. Diet ini dapar merusak otot, termasuk otot jantung. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

5 Menu Sahur Sehat dan Mengenyangkan, Diet Pun Maksimal!

Apa Itu Clean Eating? Panduan Diet Bersih yang Populer di Kalangan Selebriti

Diet Kurangi Makan Bisa Berdampak Buruk terhadap Metabolisme Tubuh

10 Buah Terbaik untuk Memulai Diet, Lengkap dengan Kandungan dan Manfaatnya

Alpukat vs Apel: Mana yang Lebih Bagus untuk Diet?

Apel vs Melon: Mana yang Lebih Baik untuk Diet?

Diet Rendah Gula: Tips Mudah untuk Mengontrol Asupan

Diet Mediterania Bantu Turunkan Kecemasan dan Stres pada Lansia

Diet Cukup Makan Teratur Tiga Kali Sehari
