Cuan Menggiurkan dari Fesyen Ramah Lingkungan
Kain gambo muba merupakan kain tradisional yang dibuat dengan metode jumputan khas Sumatra Selatan.(foto: instagram/kain_gambomuba)
KECINTAAN pada lingkungan kini diwujudkan tidak hanya dalam kegiatan praktik hidup berkelanjutan, tetapi juga dari cara berpakaian. Konsep itu dapat mengurangi dampak buruk pada lingkungan dalam proses produksi pakaian itu sendiri.
Selain itu, terdapat potensi ekonomi dari fesyen ramah lingkungan yang ternyata sangat menggiurkan. Produk turunan dari fesyen yang berasal dari hutan Indonesia mendatangkan pundi-pundi rupiah yang tidak sedikit.
BACA JUGA:
Salah satu contohnya ialah selembar produk kain gambo muba. Kain gambo muba adalah kain tradisional yang dibuat dengan metode jumputan khas Sumatra Selatan. Metode jumputan mengandung makna yang sangat mendalam bagi masyarakat sekitar, yakni gotong royong. Makna itu dihadirkan melalui motif dan corak dominan kotak serta melingkar.
Pewarnaan kain gambo dilakukan dengan cara dicelupkan ke getah gambir.(foto: instagram/kain_gambomuba)
Proses pewarnaan kain gambo dilakukan dengan cara dicelupkan ke getah gambir. Proses tersebut menghasilkan warna natural dan memukau seperti cokelat, hitam, hijau, oranye, dan kuning.
Para pengrajin kain gambo bisa mendapatkan harga jual sebesar Rp.200 ribu hingga Rp.700 ribu. Menurut penyataan Manajer Hibah dan Mobilisasi Sumber Daya Sekretariat Lingkar Temu Kabupaten Lestari (LTKL) Vitri Sekarsari, angka itu melonjak puluhan kali lipat jika dibandingkan dengan hanya penjualan buah gambir mentah yang dihargai Rp 5 ribu - Rp 20 ribu per kilogram.
"Kain gambo muba yang menggunakan getah gambir sebagai pewarna alami telah menjadi ikon fesyen ramah lingkungan serta kontribusi Muba untuk dunia tekstil khususnya Wastra Nusantara," jelas Vitri dikutip ANTARA.
BACA JUGA:
Dengan potensi ekonomi dan dampak positif dari fesyen ramah lingkungan, saat ini kawasan Toman di Kabupaten Musi Banyu Asin telah menjadi sentra produksi kain gambo muba. Kini telah terdapat 108 perajin dari sebelumnya empat perajin.
Salah satunya Azizah Nurul Amanah, salah satu putri daerah Sumatra Selatan yang tergugah untuk ikut mengembangkan produk fesyen ramah lingkungan. Khususnya dengan kain gambo muba, dan ia pun membangun usaha yang dinamai KriyeKite.
Kabupaten Musi Banyu Asin telah menjadi sentra produksi kain gambo muba, kini telah terdapat 108 perajin.(foto: instagram/kain_gambomuba)
Proses produksi dan inovasi fesyen ramah lingkungan telah menormalisasi penggunaan kain atau wastra termasuk gambo muba sebagai bagian dari gaya busana sehari-hari. Tidak hanya memiliki nilai ekonomi yang potensial, berkontribusi terhadap pelestarian lingkungan, dalam pemanfaatannya juga menjadi sumbangsih untuk melestarikan limbah nusantara.(dgs)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Jakarta Fashion Week 2026: Merayakan Warisan Gaya dan Regenerasi Desainer Tanah Air
Dari Musik ke Mode: Silampukau Hadirkan Kolaborasi Artistik dengan Kasatmata
Kisah Nenek Moyang Maluku dalam Kain Batik Tulis Maluku Tengah di Trade Expo Indonesia
Semangat Segar di Tahun Baru, Converse Sambut Komunitas Converse All Star Class of ’26 dan Katalis Musim ini, Harra.
Converse Sambut Musim Liburan Akhir Tahun dengan Koleksi Terbaru, Gaya Maksimal di Segala Perayaan
Gaya Sporty Luxe ala Justin Hubner: Maskulin, Melek Mode, dan Anti Ribet
Terus Merugi, Sepatu BATA Resmi Hapus Bisnis Produksi Alas Kaki
Lebih dari Sekadar Festival, JakCloth Kini Jadi Simbol Ekspresi Lokal
Energi Baru ESMOD Jakarta Meriahkan Senayan City Fashion Nation 2025
UNIQLO x POP MART: Koleksi 'THE MONSTERS' Hadirkan Labubu Cs ke Dunia Fashion