Credit Suisse Makin Terseok


Sebuah gedung Credit Suisse, bank terbesar kedua di Swiss, digambarkan di Jenewa, Swiss, pada 3 Oktober 2022. ANTARA/Xinhua/Lian Yi
MerahPutih.com - Saham Credit Suisse jatuh ke rekor terendah pada Rabu (15/3/2023). Sejak Selasa (14/3/2023), saham Credit Suisse terus merosot, anjlok lebih dari 20 persen pada Rabu (15/3/2023).
Saham bank dibuka pada 2,28 franc Swiss (2,46 dolar AS) per saham pada Rabu (15/3/2023) pagi, sebelum jatuh ke 1,55, dan ditutup pada titik terendah sepanjang masa 1,70 franc.
Baca Juga:
Runtuhnya Bank di AS Bikin Sulit Eropa
Didirikan pada tahun 1856, Credit Suisse adalah bank terbesar kedua di Swiss, dan memiliki pengaruh penting di pasar modal global.
Sejak 2021, bank diganggu oleh berita negatif seperti kerugian investasi. Harga saham Credit Suisse terus turun, dan nilai pasarnya turun drastis.
Pada awal Februari, Credit Suisse membukukan rugi bersih sebesar 7,3 miliar franc Swiss untuk tahun 2022, sedangkan pada tahun 2021 rugi bersihnya sebesar 1,7 miliar franc Swiss.
Menurut laporan tahunan bank 2022 yang dirilis pada Selasa (14/3/2023), ada "kelemahan material" dalam pengendalian internal atas pelaporan keuangan.
Sementara itu, Saudi National Bank, pemegang saham utama Credit Suisse, mengatakan, bahwa pihaknya tidak akan menambah sahamnya di bank tersebut.
Kedua peristiwa ini semakin memukul harga saham Credit Suisse, dan jatuhnya Silicon Valley Bank (SVB) di Amerika Serikat telah membuat harga saham bank-bank Eropa secara umum anjlok.
Kemudian pada Rabu (15/3/2023), bank sentral Swiss dan Otoritas Pengawas Pasar Keuangan Swiss FINMA, mengeluarkan pernyataan tentang ketidakpastian pasar.
Mereka mengatakan, nilai bursa saham Credit Suisse, dan nilai sekuritas utangnya, sangat dipengaruhi oleh reaksi pasar dalam beberapa hari terakhir.
Namun, kedua lembaga tersebut mengatakan, masalah bank tertentu di AS tidak menimbulkan risiko langsung ke pasar keuangan Swiss.
"Credit Suisse memenuhi persyaratan modal dan likuiditas yang dikenakan pada bank-bank penting secara sistemik. Jika perlu, SNB akan menyediakan likuiditas kepada CS," kata pernyataan itu.
Bank sentral Swiss, Swiss National Bank (SNB) mengatakan akan menyediakan likuiditas bagi bank investasi bermasalah itu jika diperlukan.
Masalah Credit Suisse menambah tekanan pada sektor perbankan setelah otoritas AS membebaskan investor dengan tindakan darurat untuk mencegah penularan setelah runtuhnya SVB Financial and Signature Bank.
Beberapa investor percaya kenaikan suku bunga AS yang agresif oleh Federal Reserve menyebabkan keretakan dalam sistem keuangan.
Saham Credit Suisse yang tercatat di AS mencapai rekor terendah, setelah investor terbesarnya mengatakan tidak dapat memberikan lebih banyak pembiayaan kepada bank, memulai kekalahan di pemberi pinjaman Eropa dan juga menekan bank-bank AS.
Tekanan pada sektor keuangan ini, membuat juga bank besar AS termasuk JPMorgan Chase & Co, Citigroup dan Bank of America Corp merosot, mendorong indeks perbankan S&P 500 jatuh 3,62 persen.
Baca Juga:
Bank Dunia Danai Pembangunan BRT Bandung Raya Pakai Bus Listrik
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Rp 16 Triliun APBN Digelontorkan ke Bank, Koperasi Merah Putih Sudah Bisa Ajukan Pinjaman

Sopir Bawa Kabur Rp 10 Miliar, Bank Jateng Wonogiri Pastikan Simpanan Nasabah Aman

Sopir Bank di Wonogiri Bawa Kabur Uang Nasabah, Nilainya Mencapai Rp 10 Miliar

Suku Bunga Bank Indonesia Sudah Diturunkan Berkali-kali, Bunga Kredit Perbankan Masih Tinggi

Belajar dari Pengalaman, Pengamat Ingatkan Payment ID Rentan Dibobol Hacker

Rekening Ketua MUI Cholil Nafis Diblokir PPATK: Kebijakan yang Tak Bijak

Cara Nasabah Buka Rekening Yang Dibekukan PPATK Karena Tidak Aktif Dalam 3 Bulan

Dampak Tarif Impor 32 Persen, Perekonomian dan Perbankan Indonesia Bisa Ikut Kena

Minat Masyarakat Buat Menabung Turun, Dana Pihak Ketiga di Bank Hanya Tumbuh 4,55 Persen

Perkuat Layanan untuk Masyarakat, Bank DKI Bentuk Kelompok Usaha Bank bersama Bank Maluku Malut
