Cerita Pilu Pelayaran Jemaah Haji Masa Lalu


Dua orang jamaah haji asal Lampung pada abad 19. (Tropenmuseum)
PERJALANAN haji di masa lalu jauh berbeda paling tidak berkait jarak tempuh dan masalah keamanan dengan masa kini. Butuh tempo berbulan-bulan bagi para jemaah haji masa lalu, terombang-ambing gelombang di laut lepas, sembari menaruh harap tetap sehat dan selamat.
KH Abdussamad, jemaah haji asal Kalimantan Selatan, memberikan gambaran betapa perjalanan haji di masa lalu butuh perjuangan penuh. Dia melakukan perjalanan haji di tengah masa revolusi fisik dan fatwa tegas KH Hasjim Asjari, Ketua Partai Masjumi, pada tahun 1947, tidak mewajibkan perjalanan haji, bahkan dianggap haram selama perang berlangsung.
Meski begitu, para jemaah tetap melaut menuju Mekkah. KH Abdussamad menceritakan gambaran pilu keseharian para jamaah di atas kapal memuat 1.000 jamaah selama 6 bulan. Banyak jamaah hanya mendapat tempat berukuran 60 x 100 sentimeter. Sementara sekira 150 jamaah malah tak mendapat tempat. Masing-masing berusaha mencari tempat istirahat di bawah tangga, dan di balik mesin pengangkat.
Mereka bukan tinggal di bangsal kapal, melainkan palka, tempat menaruh barang-barang. Sebagian jamaah mabuk laut karena diterjang ombak besar. Sementara hujan lebat sering turun berhari-hari.
Para jamaah menjadi lumrah melihat saban hari jenazah dilempar ke laut. “Sejak tinggal di Jeddah 3-4 hari dan sejak beberapa hari di lautan, hampir tiap-tiap hari ada saja saudara-saudara haji yang sampai ajalnya pergi pulang menghadap Tuhannya,” tulis KH Abdussamad, Melawat ke Mekkah (Menunaikan Hadjdji), 1367H-1948.
Di lain pelayaran, RAA Wiranatakusumah, Bupati Bandung , dalam Perdjalanan Saja ke Mekkah, turut pula menerakan kisah pilu para jamaah haji pada 1925. Lagi-lagi, kisah ruang istirahat nan sempit kembali muncul. Di kapal, kapten membagi penumpang kelompok sesuai kloter, masing-masing berisi 200 orang, dan sang bupati menjadi ketua rombongan jamaah Bandung.
Para jamaah, menurut kesaksian sang bupati, mendapat kamar sempit hingga berisi 15 orang sumpek-sumpekan pada satu kamar. Di salah satu kamar terdapat sebuah keluarga, ibu dan bapak beranak empat. Mereka tinggal di ruang gelap, sempit, dan kotor. Terkadang derita mereka masih ditambah suara tangis sang anak.
Selain ruang istirahat, para jamaah pun tak cukup mendapat persediaan makanan. Mereka kemudian masak sendiri. Terkadang para tukang masak mencuri sebagian daging kemudian dijual, dan air panas semestinya gratis pun dijual.
“Kasihan anak-anak itu semuda itu telah terpaksa merasai kesempitan hidup di duni yang lapang ini,” tulis sang bupati.
Pada perjalanan pulang, kisah pilu kembali berulang. Kapal Situbondo membawa sang bupati dan para jamah menuju Hindia, terlihat sengsara dan derita para penumpang. Bahkan sebelum naik kapal, para jamaah berbondong-bondong pergi ke kantor kongsol.
“Berjam-jam mereka berpanas menantikan pas-nya. Pegawai konsol itu bekerja dengan rajin dan sungguhnya. Akan tetapi karena mereka tidak berapa orang maka tiada dapatlah mereka menolong jemaah-jemaah itu dengan lekasnya,” tulis sang bupati.
Sang bupati mendapat cerita macam-macam dari teman sejawat di atas kapal. “Bilangan orang yang mati pun bertambah”. Dia pula melihat perbedaan para jamaah saat naik kapal, dan lebih tertib saat pulang, meski hawa sangat panas.
Kapal pun angkat sauh. “Maka sangatlah rindunya saya akan kota tempat tumpah darah saya,” tutup sang bupati. (*)
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
KPK Mulai Sasar Masalah Katering di Kasus Dugaan Korupsi Haji

Menteri Haji dan Umrah Datangi KPK Bahas Pencegahan Korupsi Penyelenggaraan Haji

BPIH 2026 Diharap Bisa Diputus Bulan Depan, Penetapan Kuota Harus Merujuk Daftar Tunggu

Kuota Haji 2026 Tetap 221 Ribu, Menteri Irfan Ungkap Skema Baru Pembagian Berdasarkan Antrean Jemaah

Pakar Sebut Kewenangan Atribusi Menag tidak Melawan Hukum

KPK Temukan Praktik Jualan Beli Kuota Haji Antar Penyelenggara

Angin Segar untuk Calon Jamaah! Pemerintah Tengah Perjuangkan Haji Murah,

Mencegah Kesucian Ibadah Tercoreng, KPK Diminta Tuntaskan Skandal Korupsi Kuota Haji Secepatnya

Selain Kuota, KPK Usut Keberangkatan Haji Khusus Tanpa Antre

BPKH Dukung Penyidikan KPK Terkait dengan Kuota Haji 2024
