Brasil Larang Penggunaan Telegram karena Alasan Kekerasan di Sekolah


Penangguhan sementara pada Telegram bertujuan untuk melawan peningkatan kekerasan di sekolah. (Unsplash/dima solomin)
HAKIM federal di Brasil memerintahkan penangguhan sementara aplikasi pengirim pesan Telegram pada April lalu. Langkah tersebut dianggap sebagai bagian dari upaya negara melawan peningkatan kekerasan di sekolah.
Belakangan ini, beberapa pengguna Telegram di Brasil mengatakan mereka tidak bisa lagi menggunakan aplikasi perpesanan setelah operator lokal mematuhi keputusan tersebut. Google dan Apple juga diperintahkan untuk memblokir aplikasi tersebut.
Baca Juga:

"Fakta yang ditunjukkan oleh otoritas polisi mengarah pada tujuan yang jelas dari Telegram untuk tidak bekerja sama dalam penyelidikan ini," pernyataan dari Kepolisian Federal Brasil yang dikutip dari AP News.
Kepolisian mengonfirmasi bahwa dorongan untuk memblokir Telegram sudah berjalan. Hakim juga telah menaikkan denda harian untuk ketidakpatuhan menjadi satu juta reais (sekitar USD200 ribu atau Rp2,9 miliar), dari 100 ribu reais sebelumnya. Hingga saat ini, belum ada komentar dari pihak Telegram terkait pemblokiran dan denda tersebut.
Perkembangan itu terjadi ketika Brasil menghadapi gelombang di sekolah. Salah satu serangan pada November, seorang pria dengan pin swastika disematkan di rompinya menembak dan menewaskan empat orang. Peristiwa itu melukai 12 lainnya di kota kecil Aracruz, negara bagian Espírito Santo.
Baca Juga:
Tips Terlindungi dari Penipuan Phishing dan Sniffing di Telegram

Brasil menyaksikan hampir dua lusin serangan atau kekerasan di sekolah sejak tahun 2000. Setengahnya terjadi dalam 12 bulan terakhir, termasuk pembunuhan empat anak di pusat penitipan anak pada 5 April lalu.
Maka itu, Pemerintah Federal Brasil telah berusaha untuk membasmi kekerasan di sekolah dengan fokus khusus pada pengaruh media sosial yang dianggap jahat. Tujuannya adalah untuk mencegah insiden lebih lanjut, terutama membuat platform bertanggung jawab karena gagal menghapus konten yang memicu kekerasan.
Berbicara pada pertemuan 18 April, Hakim Agung Alexandre de Moraes menyebutkan media sosial sebagai ‘tanah tak bertuan’ karena pengguna masih dapat melakukan tindakan dan ucapan yang ilegal dalam kehidupan nyata, dan peraturan tersebut diperlukan. Maka, ia merasa peraturan tersebut diperlukan. Presiden Lula da Silva pun menyatakan dukungannya terhadap regulasi soal media sosial. (vca)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Rilis Terbatas Oktober, Samsung Galaxy Z Trifold Jadi Ponsel Lipat Terunik Berkat G Dual-infold

Teaser Samsung Galaxy S25 FE Sudah Dirilis, Resmi Meluncur 4 September 2025

Apple Bakal Rombak Desain hingga 2027, iPhone 17 Jadi Seri Pertama yang Berevolusi

Bocoran Baru Samsung Galaxy S25 FE, Dipastikan Pakai Chipset Exynos 2400 dan Baterai 4.900mAh

Bocoran Terbaru Samsung Galaxy S26 Ultra: Bawa Kapasitas Baterai 5.000mAh dan Fast Charging 60W

iPhone 17 Resmi Meluncur 9 September 2025, Harganya Dibanderol Mulai Rp 13 Jutaan

Samsung Galaxy S26 Ultra Bakal Hadir dengan Desain Baru, Ciri Khas Mulai Menghilang

Meluncur Oktober 2025, OPPO Find X9 Pro Bakal Hadir dalam 3 Warna

Apple Kemungkinan Kembali Bawa Casing Bumper untuk iPhone 17 Air, Tahan Goresan hingga Benturan

Peluncuran Makin Dekat, Xiaomi 16 Jadi HP Flagship Pertama yang Pakai Snapdragon 8 Elite 2
