Bicara Tentang Darurat Iklim, 13 Musisi Indonesia Bersatu dalam Album 'sonic/panic'

Para musisi yang bersatu dalam album kompilasi 'sonic/panic'. (Foto: Dok/Music Declares Indonesia)
“SEBENARNYA bumi itu bermusik, namun hanya bisa didengar oleh mereka yang ingin mendengar.” Ungkapan dari William Shakespeare tersebut, seakan menjadi bahan bakar tersendiri bagi 13 musisi yang tergabung dalam proyek untuk kondisi iklim bumi saat ini.
Mereka adalah FSTVLST, Endah & Rhesa, Iga Massardi, Badrus Zeman, Navicula, Tony Q Rastafara, Tuan Tigabelas, Iksan Skuter, Made Mawut, Guritan Kabudul, Kai Mata, Nova Filastine, Prabumi dan Rhythm Rebels yang berkolaborasi dan menciptakan album kompilasi bertajuk sonic/panic.
Baca juga:
Cerita Tuan Tigabelas dan Yacko saat Tur Mancanegara
“Saya coba mengawali dengan teman-teman yang sekiranya mudah dihubungi, namun tak hanya tampil sebagai musisi saja, tetapi juga aktif melakukan pergerakan, seperti Iga Massardi, Endah N’ Rhesa hingga Tuan Tigabelas,” ucap vokalis Navicula Gede Robi Suprianto dalam konferensi pers yang digelar secara hybrid pada Selasa (24/10).
Rilis di bawah naungan Alarm Records, album kompilasi ini menyatukan pelbagai genre dari musisi mulai dari hip-hop, rock, blues, elektronica, reggae, pop, hingga musik dunia, album ini menghadirkan warna suara yang kaya, yang disatukan dengan fokus utama: panggilan mendesak untuk aksi iklim.
Dalam proses penulisan lagunya, ke-13 teman-teman musisi dikumpulkan untuk tinggal bareng dan berdiskusi hingga membuat workshop selama 30 hari lamanya. Banyak hal ajaib yang dialami oleh para musisi, rasa bahagia, rasa sedih hingga rasa takut dirasakan oleh masing-masing musisi.
“Kurang lebih 30 hari untuk membuat masing-masing musisi menciptakan lagu, ketika memulai untuk menulis untuk satu lagu terutama tentang iklim. Jadi selama workshop kita diberikan pembekalan intens sampai akhirnya bisa membuat sebuah karya dari point of view masing-masing,” jelas Iga Massardi.
Baca juga:
Cara Robi 'Navicula' Bertahan di Industri Musik Saat Pandemi Virus Corona
Lihat postingan ini di Instagram
Bahkan dalam perjalanannya, pasangan musisi Endah dan Rhesa menceritakan sedikit pengalaman tentang apa yang dirasakan oleh keduanya. “Ketika hari pertama kita masih bisa haha hihi, kemudian di hari kedua kami itu hanya bisa saling menatap, terutama ketika dipaparkan fakta-fakta tentang isu yang kita hadapi di bumi ini. Tak hanya untuk generasi kita hidup saja tetapi juga generasi penerus kita,” cerita Endah.
Tuan Tigabelas sebagai salah satu kolaborator dalam album ini, mengakui begitu sulitnya untuk menciptakan sebuah lagu yang berbicara tentang isu iklim. “Apapun yang kalian dengar hari ini, itu adalah suara kami yang paling dalam. Dan untuk buat saya pribadi ini adalah lagu yang paling sulit saya tulis,” pungkas rapper yang akrab disapa Upi itu. (Far)
Baca juga:
Pengalaman Pilu Iga Massardi Sebelum Sukses Bersama Barasuara
Bagikan
Berita Terkait
Lagu 'sad face :(' dari No Na Bentuk Eksistensi, Bicara Toxic Relationship

Lirik Lagu 'Dreams, Books, Power and Walls' dari JANNABI Bicara Tentang Idealisme

Lirik Lagu “MASAHITAM” Kritik Pedas DRIVEN BY ANIMALS untuk Ketidakadilan dan Kemiskinan

Lirik Lagu 'Perempuan' dari Tarrarin, Bentuk Apresiasi dan Persembahan Khusus

TADI Gandeng Kafin Sulthan dalam Single “Surga Sementara”, Ketika Kebahagiaan Bersifat Fana tetapi Abadi untuk Dikenang

'Balik Kanan' Bicara Tentang LDR dari Mata Seorang Mario G Klau, Berikut Liriknya

Michael Jackson Ajak Pendengar Tumbuhkan Rasa Cinta, Perdamaian, Kepedulian Lewat ‘Heal the World’, Simak Liriknya

Lagu 'Everthing U Are' dari Hindia, Lirik Gado-Gado Indonesia-Inggris Tentang Cerita Luka dan Cinta

Lirik 'Breaking Dawn' dari The Boyz, Jembatan 3 Bahasa dalam 1 Lagu

Lirik Lagu 'Iconik' dari Album Terbaru dari ZEROBASEONE
