AS Segera Jual Amunisi Rp 2,3 Triliun ke Ukraina


Bangunan yang hancur akibat gempuran saat konflik Ukraina-Rusia terus berlangsung di selatan kota pelabuhan Mariupol, Ukraina, Selasa (19/4/2022). (ANTARA FOTO/REUTERS/Alexander Ermochenko/aww/cfo)
MerahPutih.com - Setelah Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken dan Menteri Pertahanan AS Lloyd Austin menghadiri pertemuan dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Ibu Kota Ukraina, Minggu (24/4), dukungan AS pada Ukraina terus menguat.
Departemen Luar Negeri AS pada Senin (25/4), menggunakan deklarasi darurat yang pertama kali selama pemerintahan Biden, menyetujui penjualan amunisi senilai USD 165 juta dolar AS atau setera Rp 2,38 triliun ke Ukraina.
Baca Juga:
Berikan Dukungan untuk Ukraina, Google Buka Donasi di Play Store
Persetujuan penjualan amunisi itu diklaim untuk membantu Ukraina mempertahankan diri terhadap invasi Rusia yang sedang berlangsung.
Pentagon mengabarkan, Pemerintah Ukraina telah meminta untuk membeli berbagai peluru yang disebut amunisi tidak standar. Di mana, paket itu dapat mencakup amunisi artileri untuk howitzer, tank, dan peluncur granat seperti peluru 152 mm untuk 2A36 Giatsint; Peluru 152 mm untuk meriam D-20; VOG-17 untuk peluncur granat otomatis AGS-17; Amunisi 125 mm HE untuk peluru T-72 dan 152 mm untuk 2A65 Msta.
"Ketika pasukan Ukraina menggunakan amunisi untuk mempertahankan negara mereka, kebutuhan amunisi harian mereka terus meningkat. Cadangan amunisi mereka yang sangat rendah di medan tempur adalah salah satu alasan keadaan darurat," ujar seorang pejabat Deplu.
Deklarasi darurat tidak digunakan sejak 2019 ketika pemerintahan Trump memberi tahu komite di Kongres, akan melanjutkan dengan 22 penjualan perangkat militer ke Kerajaan Arab Saudi, Uni Emirat Arab dan Yordania. Keputusan itu membuat marah anggota parlemen karena menghindari prosedur yang sudah lama dijalankan Kongres untuk meninjau penjualan senjata utama.
Badan Kerja Sama Keamanan Pertahanan Pentagon memberi tahu Kongres tentang kemungkinan penjualan ke Ukraina itu pada Minggu.
"Pemerintahan Biden tampaknya berargumen bahwa melawan agresi Rusia adalah demi kepentingan keamanan nasional AS, yang tidak jauh berbeda dari apa yang dilakukan Trump terkait Iran,"kata Jeff Abramson dari Asosiasi Pengendalian Senjata.

Dilansir Antara, Pentagon tidak mengidentifikasi kontraktor utama untuk penjualan senjata itu tapi mengatakan, skema Pembiayaan Militer Asing akan digunakan untuk membayar amunisi-amunisi itu.
Sementara itu, Sekjen PBB Antonio Guterres, bertolak ke Moskow untuk melangsungkan pertemuan dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Penerbagan ini sebagai upaya terbaru untuk membuat Rusia, setuju menangguhkan atau menyudahi serangan di Ukraina, yang sudah berlangsung selama dua bulan.
Juru bicara Guterres, Farhan Haq mengatakan, Guterres kemudian akan terbang ke Kyiv pada hari Kamis (28/4) untuk bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy, demi mencapai kemajuan dalam menghentikan perang.
Dalam perjalanan ke Moskow, Guterres, Senin (26/4) bertemu dengan Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan di Ankara, yang telah berusaha mendamaikan kedua negara, tetapi sejauh ini gagal menengahi diakhirinya pertempuran antara dua tetangga maritim Turki tersebut. (*)
Baca Juga:
Sekjen PBB Akan Bertemu Presiden Rusia dan Ukraina
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
NASA Larang Warga Negara China Kerja di Program Antariksa, Antisipasi Tindakan Spionase

Charlie Kirk akan Terima Anugerah Presidential Medal of Freedom dari Presiden AS Donald Trump

Penembak Charlie Kirk masih Berkeliaran, FBI Baru Temukan Senjata yang Digunakan Pelaku

DPR Kecam Serangan Israel ke Qatar, Sebut Bisa Memicu Konflik di Timur Tengah

Penembakan Charlie Kirk Disebut Pembunuhan Politik, hanya Ada 1 Pelaku

Penembakan Charlie Kirk, Polisi Gelar Perburuan Intensif terhadap Tersangka

Geger, Influencer Pendukung Trump Charlie Kirk Ditembak di Leher, Timbulkan Kepanikan

Mikrofon Bocor, Xi Jinping dan Vladimir Putin Terekam Ngobrolin Transplantasi Organ dan Kehidupan Abadi

Hakim Batalkan Kebijkan Pemotongan Dana untuk Harvard oleh Donald Trump, Pemerintah akan Ajukan Banding

Bertemu di Beijing, Rusia dan Korut Bakal Tingkatkan Hubungan Bilateral Bikin Program Jangka Panjang
