Aroma Kematian dalam Pameran Titik Temu Proyek SKS


Pengunjung kala melihat karya 'Rekam Jejak Seorang Demensia'. (MP/Zaimul)
NADA mencekam terdengar begitu jelas. Sejenak, suara perempuan mengucapkan kalimat-kalimat kematian menyusul dengan sedikit kicauan burung. Suasana makin kalut saat aroma pandan menyengat masuk ke rongga hidung.
Tak jauh dari sumber suara, terlihat seorang nenek sedang berdiri di antara kain-kain sulam mode usang. Si nenek tersenyum dan menjelaskan maksud dari ini semua.
"Apa arti kematian?," kata Adriani S. Sumantri, wanita paruh baya membuka percakapannya dengan merahputih.com.
"Kata itulah yang mengantarkan saya sampai ke sini," jelas perempuan karib disapa Ani tersebut.
Ucapan itu dilontarkannya saat Press Tour pameran bertajuk 'Titik Temu' yang digelar di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Selasa (8/7).

Dalam pameran tersebut, karya Ani menjadi suguhan pertama. Dengan tema 'Etnografi Kematian', ia ingin menjelaskan pelajaran mengenai kematian untuk memahami kehidupan.
"Agar karya semakin hidup saya menyajikan bebunyian, aroma, dan benda seperti kain sebagai medium utama," jelas.
Dalam pameran 'Titik Temu', sebanyak 6 karya disuguhkan. kata Titik Temu lahir dari latar belakang para peserta pameran.
"Titik Temu merupakan kata yang tepat untuk merumuskan bagaimana pameran ini terjadi. Latar belakang pengetahuan, sosial, serta personalitas yang berbeda memberikan pengalaman artistik yang membentuk masing-masing peserta dalam pameran ini," kata Leonhard Bartolomeus, Kurator Titik Temu.

Selain Ani, terdapat lima tokoh dari berbagai latar belakang profesi dan keilmuaan turut menampilka karyanya. Gloria Pearl, salah satu karyawan swasta, mengusung tema 'Tutur Kata: Seni Rupa Modern Indonesia dalam Kutipan'. Glo yang merasa awam dengan sejarah seni rupa Indonesia mulai penasaran dan mencari jejak-jejak para perupa Indonesia, baik dalam buku, teks, maupun kutipan pendek.
Lain lagi dengan Ika Vantiani. Praktisi Seni Mandiri itu menyajikan karyanya bertema, 'Perempuan dalam Kamus Bahasa Indonesia.
Sementar, Mira Balya, memamerkan karya dengan tema 'Rekam Jejak Seorang Demensia'. Dalam karya ini ia bercerita dan meneliti tingkah laku orang di masa tua terkait seni.
Teakhir, M.S. Alwi, peserta asal medan ini memberi tema karyanya dengan 'Pertemuan Nyong Tataruga dengan Penguasa Laut'. Karyanya bercerita seputar nelayan dan laut.
Saniyyah Blesshanti adalah peserta terahir dengan tema 'Pahit Manis Seri I'. Dalam karyanya ia bercerita tentang pernikahan dan perceraian.

Keenam peserta tersebut semuanya berasal dari SKS. Sebuah sekolah yang mengajarkan seni kontenporer yang dikepalai oleh FX Harsono. Pameran ini merupakan bentuk dari tugas akhir. Dalam pameran ini mereka akan mempersentasikan karya yang merupakan penerjemahan dari berbagai macam materi.
Sebagai informasi, pameran Titik Temu berlangsung mulai tanggal 7 hingga 19 Agustus di Gedung B Galeri Nasional Indonesia, Jl. Medan Merdeka Timur No. 14, Jakarta Pusat. (Zai)
Baca juga: Mereduksi Keraguan "Setengah Isi/Setengah Kosong" Fiametta Gabriela
Bagikan
Berita Terkait
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur

Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal

Lukisan, Harapan, dan Kebaikan: Ekspresi Tulus Pelukis Gadis Dharsono di Pameran 'Joy in Color'
Transformasi ArtMoments Jakarta: Pameran Seni 2025 Usung Tema 'Restoration'

Pameran ‘PARALLELS’ di Ubud Art Ground Tampilkan Warisan Seni dalam Perspektif Kontemporer

Pameran ART SURA 2025 Bakal Tampilkan 172 Seniman dan 236 Karya Seni
