Antisipasi Tsunami, BPBD Bantul Baru Pasang 29 EWS dari Seharusnya 45 di Pesisir Pantai Selatan


Salah satu lokasi kawasa pantai selatan Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta. (ANTARA/Hery Sidik)
MerahPutih.com - Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bantul Daerah Istimewa Yogyakarta telah memasang sebanyak 29 early warning system (EWS). Jumlah ini belum ideal seperti disampaikan Kepala Pelaksana (Kalak) BPBD Bantul Agus Yuli Herwanto.
Sehingga, menurutnya, wilayah pesisir pantai selatan masih butuh tambahan alat EWS.
“Secara kajian, kita memang butuh tambahan EWS, untuk idealnya berdasarkan hasil kajian kita, seharusnya ada 45 EWS, karena ada pertambahan komunitas masyarakat yang ada di pinggir pantai selatan Bantul," katanya dikutip dari Antara.
Agus Yuli Herwanto mengatakan demikian usai menghadiri Apel Kebencanaan Hari Kesiapsiagaan Bencana di Bantul, Ahad.
"Antisipasi kita untuk penanggulangan tsunami itu dengan 29 EWS yang dipasang di pinggir pantai dan masjid-masjid kawasan pesisir," katanya.
Baca juga:
Gempa Bolaang Mongondow Pagi Ini, Guncangan Terasa Sampai Gorontalo
Menurut dia, sistem peringatan dini yang terkoneksi di Pusat Pengendalian Operasi (Pusdalops) BPBD Bantul tersebut setiap tahun dilakukan pemeliharaan, dan tiap bulan setiap tanggal 26 dilakukan uji coba fungsi alat tersebut.
"Jadi, ada pemeliharaan, dan setiap tanggal 26 harus kita cek, kita ujicoba sistemnya. Tanggal 26 April kemarin kita cek berfungsi semua dan ketika ada kerusakan pada satu-dua alat langsung kita perbaiki," katanya.
Selain dengan EWS, BPBD Bantul bersama Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) juga membentuk kelurahan siaga tsunami yang terdapat di wilayah pesisir pantai.
Kelurahan Siaga Tsunami sudah dibentuk di Bantul dan sudah diakui UNESCO, kelurahan itu ada di pinggir pantai, yaitu Kelurahan Parangtritis, Tirtohargo, Gadingsari dan Poncosari itu kelurahan siaga tsunami," katanya.
Dia mengatakan, potensi gempa bumi yang bisa maupun tidak menimbulkan gelombang tsunami di Bantul tersebut berasal dari dua sumber, yaitu Sesar Opak untuk gempa bumi di daratan, kemudian lempeng Indo-Australia Eurasia yang bisa berpotensi Megathrust dan tsunami.
"Jadi kita punya dua potensi, yaitu gempa Megathrust dan Sesar Opak. Di Bantul tiap tahun bencana banjir dan longsor, kekeringan, kebakaran itu pasti terjadi, tetapi yang paling berat itu gempa bumi, tsunami semoga tidak terjadi, tetapi harus waspada karena ada potensinya," katanya. (*)
Bagikan
Frengky Aruan
Berita Terkait
Pintu Air Angke Hulu Meresahkan, Warga Jakarta Barat Siap-Siap Kedatangan 'Tamu' dari Luapan Air

BPBD Cianjur Jelaskan soal Penetapan Status Siaga Bencana Hidrometeorologi selama 7 Bulan

BMKG Cabut Peringatan Dini Tsunami di Indonesia, Imbas Gempa M 7,6 Perairan Filipina

Tsunami Minor Sudah Terdeteksi Terjadi di Pesisir Talaud Imbas Gempa M 7,4 Filipina

Gempa M 7,4 Hantam Laut Filipina, BMKG Keluarkan Peringatan Tsunami di Kepulauan Talaud

Aktivitas Gunung Merapi Meningkat, Warga Diminta Waspada Guguran Lava dan Awan Panas

150 Juta Penduduk Indonesia Tinggal di Kawasan Rawan Gempa, 5 Juta di Wilayah Rentan Tsunami

Kekuatan Gempa Susulan Menurun, BPBD Minta Warga Nabire Jangan Panik

Pemerintah Diminta Bangun Sistem Peringatan Dini Banjir Canggih Berbasis Integrasi Data

Status Tanggap Darurat Bali Dicabut, BPBD Ingatkan Warga Tetap Waspada Bencana
