Adu Kuat Kapital dan Goreng Saham di Balik Demo Tolak Transportasi Online (2)


Aksi demo para supir Taksi Blue Bird dan Express Grup di Jalan Sudirman, Jakarta Pusat, Selasa (22/3). (Foto: MerahPutih/Yohanes Abimanyu)
MerahPutih Keuangan - Perseteruan antara taksi konvensional versus taksi berbasis aplikasi online bukan semata persoalan rebutan cari nafkah di jalanan kota-kota
Indonesia. Rupanya ada kekuatan raksasa di balik kehebohan dan aksi vandalisme yang menggerakkan ribuan pengemudi taksi bersama kawan-kawannya tukang bajaj dan sopir angkot pada Senin (14/3) dan Selasa (22/3).
Ini lanjutan dari duel ojek pangkalan dan ojek online sebelumnya, toh pada akhirnya sejumlah pengojek pangkalan berangsur-angsur berpikir realistis dan malah bersalin rupa berseragam GrabBike, Gojek atau layanan ojek-ojek online lainnya. Bisnis ini memang menggiurkan buat para pengemudi maupun pemain IT pemula maupun kawakan. Tak pelak setelah Gojek dan Grab muncul, pengemudinya meraup hasil jutaan dan menggerus pasar ojek, angkot, bajaj bahkan taksi, bak celotehan latah pelawak Mpok Ati maka muncullah beragam jasa ojek online lokal.
Geger yang sama terjadi di dunia pertaksian. Taksi argo kini semakin ditinggalkan oleh pelanggan mereka gara-gara layanan Uber Taxi dan Grab Car! Pemilik mobil perseorangan dan pemilik rental mobil ramai-ramai bergabung ke dua penyedia jasa transportasi online karena amat menguntungkan. Sang pengemudi bisa mengatur waktu kerjanya tanpa stress dikejar-kejar target setoran harian.
Masyarakat pun happy karena bisa mengakses layanan taksi online ini dari mana saja serta mendapat kepastian kedatangan armada dan tarif. Itu pun Uber dan Grab menyediakan tarif flat pada jarak apapun serta pada jam-jam tertentu ada tarif promo. Lha ini, kalau naik taksi biru atau taksi putih dijamin deg-degan kalau melihat argo bergulir terus. Ingat istilah argo kuda? Ulah nakal oknum sopir taksi yang mengakali argo biar putaran jarak dan tarifnya lebih cepat.
Para juragan taksi lokal tersebut tentu tahu mereka sedang berhadapan dengan siapa. Perusahaan transportasi berbasis aplikasi teknologi online yang mulai merajai jalanan ibu kota dan kota besar bukanlah pemain kelas kambing.
Taksi Express dimiliki PT Express Transindo Utama Tbk (TAXI) yang pemiliknya adalah taipan Peter Sondakh melalui PT Rajawali Corpora. Pendapatan 2015 sekitar Rp971 miliar dan laba bersih Rp20 miliar. Total asetnya sekitar Rp2,9 triliun.
Taksi Blue Bird sudah berbisnis transportasi sejak tahun 1970-an dan kini berkembang menjadi perusahaan transportasi darat terbesar Indonesia. Pemegang saham terbesar taksi
biru adalah PT Pusaka Citra Djokosoetono dan ada puluhan anak perusahaan lainnya sesuai nama armadanya. Perusahaan ini juga tercatat di bursa saham dengan nama PT Blue Bird Tbk (BIRD). Total asetnya sekira Rp6 triliun. Pendapatan bersih Rp823 miliar. Pendapatan terbesar dari pelanggan korporat sebesar Rp5,3 triliun.
Grab adalah perusahaan dari Malaysia. Secara global, aplikasi booking taksi premium, GrabTaxi telah di-download sebanyak 2,3 juta kali dengan 410.000 pengguna aktif bulanan. Aplikasi ini memiliki lebih dari 50.000 supir taksi dalam jaringannya. Saat ini, GrabTaxi telah beroperasi di 17 kota yang tersebar di enam negara di Asia Tenggara. Kini Grab merambah bisnis sewa mobil dengan aplikasi Grab Car. Investor Grab antara lain Tiger Global Management, GGV Capital, Vertex Venture Holdings, Qunar, dan Hillhouse Capital Management. Kini Grab menjalin aliansi strategis dengan LippoGroup sebagai mitra layanan aplikasi untuk layanan antar produk-produk dari MatahariMall.com yang menargetkan penjualan US$1 miliar (Rp13 triliun) dalam 2-3 tahun ke depan. Sedangkan, valuasi perusahaan diperkirakan sekitar Rp13 triliun (US$1 miliar).
Uber didirikan 2009 oleh Travis Kalanick dan Garrett Camp. Berkantor pusat di San Fransisco, Amerika Serikat. Aplikasi Uber selalu jadi kontroversi di sejumlah negara seperti Prancis, Malaysia bahkan kota New York (terkenal dengan Yellow Cab-nya). Meski begitu, Uber sudah ada di 300-an kota di 68 negara. Menurut PriceWaterhouseCoopers, per 2025 valuasinya ditaksir US$335 miliar (Rp4.407 triliun). Luar biasa.
Gojek yang didengung-dengungkan produk lokal ternyata dapat suntikan dana dari Northstar Group via NSI Ventures sebesar US$200 juta (Rp480 miliar). Bos Gojek adalah
Nabiel Makarim lulusan Harvard dan perintis aplikasi e-commerce Lazada.
Imbas dari konflik taksi konvensional vs taksi online justru menambah berkah buat saham Blue Bird dan Express. Sejak demo pertama pada Senin (14/3), saham TAXI melonjak 60% dan BIRD naik pada kisaran 6%! Meski Selasa (22/3) terjadi demo anarkistis, perfoma saham TAXI stabil. TAXI sempat berada di level tertinggi Rp 248 per saham dan terendah Rp 235 per saham. Total frekuensi perdagangan saham sekitar 2.342 kali dengan nilai transaksi harian saham sekitar Rp22,7 miliar. Sementara, saham BIRD sempat anjlok dari Rp6400 ke Rp6.275, namun kembali menguat ke level Rp6.400 setelah pimpinan Blue Bird muncul di media. Strategi goreng saham dan komunikasi korporasi yang canggih dari dua pemain utama pertaksian Indonesia.
Jadi siapa yang bakal meraih untung dari perseteruan para raksasa ini? Para pengunjuk rasa tentu salah alamat melesakkan tuntutan mereka. Apakah mereka sadar tidak lebih menjadi pion dari kepentingan para juragan taksi? Tidak kah mereka mengajukan itu ke manajemen internal dulu sebelum ke pemerintah? Kalau tidak ada solusi cerdas dari kasus ini maka jangan heran kalau besok kaum loper koran akan berdemo di kantor-kantor media online karena kehilangan pelanggan setia mereka.
BACA JUGA:
- Adu Kuat Kapital dan Goreng Saham di Balik Demo Tolak Transportasi Online (1)
- Rusuh Sopir Taksi, Menko Polhukam: Pemerintah Cari Solusi Yang Berkeadilan
- Rusuh Sopir Taksi, Menko Polhukam: Ke Depan Tidak Ada Lagi Aksi Sweeping dan Anarkis
- Sindir Layanan Gratis Blue Bird, Netizen Kompak Pasang #PercumaGratis
Bagikan
Berita Terkait
Doa Lintas Agama Ribuan Pengemudi Gojek untuk Affan Kurniawan di Masjid Pondok Indah

Aplikator Pastikan Ojol yang Berdiskusi dengan Wapres Gibran Adalah Mitra Resmi

Mantan Petinggi Gojek Dibidik Kejagung, Begini Respon GoTo

Eks Petinggi Gojek Jadi ‘Incaran’ Kejaksaan, GoTo Sebut Nadiem Bukan Bagian dari Mereka Lagi

Kejagung Dalami Keterkaitan Investasi dari Google ke Gojek Dalam Pengadaan Chromebook

Terseret Pengadaan Chromebook, Mantan Direktur Gojek Andre Soelistyo Diperiksa Kejagung

Aksi Supporter hingga Driver Gojek Dukung Laga Pembuka Piala Presiden 2025

Naikkan Tarif Ojek Online, Aplikator hingga Pengemudi Bakal Dipanggil Kemenhub

DPR RI Dorong Pembentukan UU Transportasi Online, Libatkan Langsung Driver Ojol

Aksi Unjuk Rasa Pengemudi Ojek Online di Patung Kuda Jakarta Tuntut UU Transportasi Online
