40 Warga Babel Tewas Diserang Buaya


Ilustrasi Buaya. (Foto:Pixalbay)
MerahPutih.com - Garda Animilia Universitas Muhammadiyah Provinsi Kepulauan Bangka Belitung menyatakan sebanyak 40 warga Kepulauan Babel tewas diserang buaya dalam lima tahun terakhir, sebagai dampak kerusakan lingkungan akibat penambangan bijih timah ilegal.
"Konflik antara manusia dengan buaya dalam lima tahun terakhir ini meningkat karena kerusakan lingkungan," kata Tim Garda Animilia Universitas Muhammadiyah Babel Bayu Nanda saat menjadi pembicara pada Diskusi Publik Konflik Buaya dan Manusia di Pangkalpinang, Rabu (28/2).
Baca Juga:
Banyak Buaya dan Ular, Anak-Anak Pangkalpinang Dilarang Main Banjir Rob
Hasil penelitian Garda Animilia Universitas Muhammadiyah Kepulauan Babel dalam lima tahun terakhir tercatat 154 kasus konflik antara buaya dan manusia.
Detailnya, 48 kasus penangkapan buaya, 66 serangan buaya nonfatal, dan 40 serangan buaya mengakibatkan korban tewas, yang tersebar di Kabupaten Bangka, Bangka Barat, Bangka Tengah, Bangka Selatan, Belitung, Belitung Timur dan Kota Pangkalpinang.
"Itu angka kasus konflik buaya dan manusia hanya yang terdata dan terekspos di media massa, sementara yang tidak terdata sangat banyak sekali," kata Bayu, dilansir dari Antara.
Baca Juga:
Indonesia Paling Rentan Serangan Buaya, Sebulan Lebih dari 5 Kasus
Bayu menyatakan ada banyak kasus serangan buaya ini yang tidak terdata, karena keluarga korban tidak mau mengekspos ke publik. "Dalam pekan ini setidaknya kami bertemu tiga korban serangan buaya ini dan dari tiga korban tersebut hanya satu yang terdata, sementara dua lainnya tidak terdata," imbuhnya
Menurut Bayu, konflik buaya dan manusia di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung karena kerusakan lingkungan habitat buaya di sungai, dan hutan mangrove akibat penambangan bijih timah ilegal. Kondisi itu mempengaruhi ketersediaan makanan buaya seperti ikan di sungai kian berkurang dampak dari kerusakan lingkungan.
"Kerusakan lingkungan dampak penambangan bijih timah ilegal ini mengakibatkan tempat buaya berkembang biak dan mencari makan semakin berkurang, sehingga buaya ini masuk ke pemukiman warga," tandas peneliti Garda Animilia itu. (*)
Baca Juga:
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Warga Panik, Buaya Sungai Cerucuk 3,3 Meter Nyasar Masuk Pemandian Umum

Bakal Ada Satgas Baru, Namanya Penanganan Buaya Liar

Lanting Berdarah: Detik-Detik Samsul Selamat dari Terkaman Buaya Saat Bersuci di Sungai

Film Indonesia 'Air Mata Buaya' Tayang di Festival Film Toronto

Buaya Endemik Bengawan Solo Muncul Lagi

Migrasi Buaya Australia ke Perairan NTT Picu Konflik dengan Manusia

40 Warga Babel Tewas Diserang Buaya
