323 Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Anak di Indonesia, 190 Meninggal

Zulfikar SyZulfikar Sy - Jumat, 04 November 2022
323 Kasus Gangguan Ginjal Akut pada Anak di Indonesia, 190 Meninggal

Juru Bicara Kemenkes RI Mohammad Syahril saat konferensi pers gangguan ginjal akut dalam jaringan Zoom yang diikuti dari Jakarta, Selasa (1/11/2022). (ANTARA/Andi Firdaus).

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih.com - Jumlah kasus gangguan ginjal akut progresif atipikal (GGAPA) pada anak hingga Kamis (3/11) terus bertambah. Total ada 323 dari 28 provinsi.

Adapun perinciannya, 34 kasus dirawat, 190 meninggal, dan 99 kasus sembuh.

Jubir Kemenkes Mohammad Syahril menjelaskan bahwa kasus gangguan ginjal akut mulai meningkat di akhir bulan Agustus 2022 hingga Oktober 2022.

Namun, kata Syahril, atas kerja sama Kemenkes, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), rumah sakit dan profesi lain seperti epidemiologi, apoteker dan psikolog, kasus gangguan ginjal akut berhasil ditekan.

Baca Juga:

PT Afi Farma Diduga Tersangkut Kasus Gangguan Ginjal Akut

Gangguan ginjal akut disebabkan oleh banyak faktor, mulai dari infeksi, dehidrasi, pendarahan, penyakit lain, hingga keracunan.

“Keracunan itu bisa karena makanan, minuman dan juga karena obat-obatan,” ujar Syahril di Jakarta, Jumat (4/11).

Ia menuturkan, sejak kasus GGAPA meningkat pada akhir bulan Agustus 2022, Kemenkes mulai melakukan investigasi dan memilah satu per satu, melakukan pemeriksaan, hingga melakukan biopsi ginjal pasien.

Dari hasil pemeriksaan pasien, mulai dari darah dan urine, ditemukan zat-zat kimia etilen glikol (EG) dan dietilen glikol (DEG).

Sementara berdasarkan hasil biopsi ditemukan suatu kerusakan ginjal yang disebabkan oleh zat kimia.

Untuk itu, kata Syahril, Kemenkes melakukan pengumuman pelarangan, yaitu 18 Oktober 2022, terhadap penggunaan obat sirop dengan maksudnya mengurangi tambahan kasus dan jumlah kematian.

“Kemudian, BPOM (Badan Pengawasan Obat dan Makanan) melakukan kerja sama dengan kami (Kemenkes) dan mengumumkan dan merilis pada tanggal 23 Oktober 2022 terkait zat-zat masih aman digunakan,” paparnya.

Baca Juga:

Komisi IX DPR Bentuk Panja Kasus Ginjal Akut

Syahril menuturkan, setelah Kemenkes menyetop sementara penjualan dan penggunaan obat dalam sediaan cair atau sirop pada 18 Oktober lalu, baik angka penambahan kasus GGAPA maupun angka kematian mengalami penurunan.

"Kalau kemarin kenaikannya bisa 75 sampai 100 pasien, setelah tanggal 18 Oktober itu hanya lima empat dan sampai saat ini semuanya di bawah hitungan lima," ujarnya.

Syaril meminta agar masyarakat terutama orang tua segera membawa anak mereka ke fasilitas kesehatan (faskes) terdekat apabila mengalami gejala gangguan ginjal akut progresif atipikal.

Salah satu gejala yang paling terlihat adalah penurunan volume buang air kecil (BAK).

Kewaspadaan terutama dilakukan apabila menemukan anak berusia kurang dari 18 tahun dengan gejala oliguria (air kencing sedikit) maupun anuria (tidak ada air kencing sama sekali).

Kewaspadaan para orang tua menurutnya juga perlu dilakukan dengan cara terus memantau jumlah dan warna urine yang pekat atau kecokelatan pada anak.

Apabila urine berkurang atau berjumlah kurang dari 0,5ml/kgBB/jam dalam 6-12 jam atau tidak ada urine selama 6-8 jam, maka pasien harus segera dirujuk ke rumah sakit.

Selanjutnya, pihak rumah sakit diminta melakukan pemeriksaan fungsi ginjal yakni ureum dan kreatinin.

Jika hasil fungsi ginjal menunjukkan adanya peningkatan, maka dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk menegakkan diagnosis, evaluasi kemungkinan etiologi dan komplikasi. (Knu)

Baca Juga:

6.001 Tautan Jual Obat Sirop Penyebab Gangguan Ginjal Tersebar Online

#Ginjal #Gagal Ginjal #Kemenkes
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Presiden Prabowo Perintahkan Menkes Kerja Keras Percepat Pemenuhan 70 Ribu Dokter Spesialis
Selain itu, Presiden Prabowo menargetkan pembangunan 500 rumah sakit berkualitas tinggi di setiap kabupaten dalam empat tahun mendatang.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Presiden Prabowo Perintahkan Menkes Kerja Keras Percepat Pemenuhan 70 Ribu Dokter Spesialis
Indonesia
Kemenkes Beri Obat Cacing ke Warga yang Satu Desa dengan Raya di Sukabumi
Menkes juga memastikan semua anggota keluarga Raya yang mengidap penyakit tuberkulosis atau TBC diberi penanganan hingga sembuh.
Ananda Dimas Prasetya - Senin, 25 Agustus 2025
Kemenkes Beri Obat Cacing ke Warga yang Satu Desa dengan Raya di Sukabumi
Indonesia
KPK Geledah Kantor Kemenkes terkait Kasus Bupati Koltim
Penggeledahan di Kemenkes untuk mencari dokumen dan barang bukti yang berkaitan dengan Dana Alokasi Khusus (DAK) yang digunakan untuk pembangunan.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 12 Agustus 2025
KPK Geledah Kantor Kemenkes terkait Kasus Bupati Koltim
Indonesia
Menkes Janji Percepat Target 70 Ribu Dokter Spesialis Sesuai Perintah Prabowo, Siapkan Berbagai Intervensi
Mempercepat target lulusan 70 ribu dokter spesialis, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melakukan berbagai intervensi, salah satunya di sektor hospital based.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 11 Agustus 2025
Menkes Janji Percepat Target 70 Ribu Dokter Spesialis Sesuai Perintah Prabowo, Siapkan Berbagai Intervensi
Indonesia
Mulai 4 Agustus 2025, 53,8 Juta Anak Sekolah Bakal Ikut Cek Kesehatan Gratis
Sejak diluncurkannya pada Februari 2025, sudah ada 16,4 juta orang yang memanfaatkan layanan negara cek Kesehatan gratis.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 31 Juli 2025
Mulai 4 Agustus 2025, 53,8 Juta Anak Sekolah Bakal Ikut Cek Kesehatan Gratis
Indonesia
Jumlah Perokok Naik 5 Juta Orang, Termasuk Perokok Usia 15 Tahun
Jumlah kenaikan perokok sebanyak 5 juta orang itu, bahkan sudah sama atau melebihi jumlah penduduk negara-negara kecil
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 17 Juli 2025
Jumlah Perokok Naik 5 Juta Orang, Termasuk Perokok Usia 15 Tahun
Indonesia
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
Kemenkes menjabarkan saat ini ada 179 kasus COVID-19, dengan 1 kasus positif dari 32 pemeriksaan yang ditemukan
Wisnu Cipto - Senin, 16 Juni 2025
Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa
Lifestyle
50 Persen Perempuan Ikut Cek Kesehatan Gratis Alami Obesitas Sentral, Jika Tidak Ditangani Bisa Alami Stroke
Obesitas sentral, dihitung berdasarkan pengukuran lingkar pinggang, yakni >90 cm untuk laki-laki dan >80 cm untuk perempuan.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 13 Juni 2025
50 Persen Perempuan Ikut Cek Kesehatan Gratis Alami Obesitas Sentral, Jika Tidak Ditangani Bisa Alami Stroke
Indonesia
Miris, Rokok Pengeluaran Tertinggi Ketiga Keluarga Indonesia di Atas Pendidikan
Angka perokok aktif di Indonesia mencapai 68 juta orang
Wisnu Cipto - Kamis, 12 Juni 2025
Miris, Rokok Pengeluaran Tertinggi Ketiga Keluarga Indonesia di Atas Pendidikan
Indonesia
4 Fakta Peringatan Kemenkes tentang Kewaspadaan Penularan COVID-19
Terjadi lonjakan tren COVID-19 di beberapa negara Asia yang secara geografis dekat dengan Indonesia.
Dwi Astarini - Selasa, 03 Juni 2025
4 Fakta Peringatan Kemenkes tentang Kewaspadaan Penularan COVID-19
Bagikan