YLKI Temukan 3 Indikator Buah Beredar Tidak Layak Konsumsi
Senin, 05 Desember 2016 -
Merahputih Keuangan - Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai masih banyak titik rawan atas penyimpanan dan pelanggaran terhadap produk beredar buah segar.
Ketua Harian YLKI Tulus Abadi mengatakan hasil pengujian menemukan 3 indikator penyebab produk buah segar yang beredar di pasar Jakarta masih rawan dan tidak aman dikonsumsi.
"Indikator dimaksud adalah minimnya akses informasi produk buah segar, rantai distribusi yang masih bermasalah serta penggunaan bahan berbahaya dalam men-treatment buah segar," ujar Tulus saat memberikan paparan di Bakoel Coffee di Cikini, Jakarta Pusat, Senin (5/12).
Menurut Tulus sejauh ini label dalam buah segar belum menyediakan informasi secara jelas, benar, dan jujur seperti yang dibutuhkan konsumen.
"Informasi tersebut meliputi tanggal panen, asal buah dan nutrisi yang terkandung didalamnya. Sejauh ini, informasi buah segar hanya terdapat di peti kemas yang berukuran sedang dan besar, dan tidak terakses oleh konsumen," tuturnya.
Selain akses informasi yang minim, sambungnya, permasalahan rantai distribusi juga menjadi masalah klasik dalam peredaran buah segar.
"Bahkan untuk buah lokal membutuhkan 9 (sembilan) rantai distribusi dari petani sampai ketangan konsumen. Proses distribusi yang tidak efektif ini menyebabkan buah, tak lagi segar ketika sampai konsumen," jelasnya.
Tulus menjelaskan panjangnya rantai distribusi menyebabkan 40% buah lokal yang masuk ke Pasar Induk Kramat Jati kondisinya tidak layak konsumsi.
"Sedangkan sisanya sudah dalam kondisi yang kurang segar dan buah kehilangan banyak nutrisi," tandasnya.(Abi)
BACA JUGA: