Uniknya Tas Rajut Dari Limbah Pakaian
Rabu, 21 September 2022 -
BINGUNG mau diapakan pakaian-pakaian yang bertumpuk di rumah? Mungkin kamu bisa coba donasikan ke Perca Project. Limbah pakaian itu nantinya akan diolah oleh mereka menjadi tas yang cantik dan unik.
Widya, desainer muda Indonesia sekaligus pendiri Perca Project, berbicara tentang inspirasi pembuatan tas dari limbah pakaian. Ide itu muncul ketika dia melihat tumpukan pakaian di rumahnya.
“Ide munculnya, aku punya kaos banyak sisa. Jadi apa aku gunting-gunting, terus aku coba rajut-rajut ya,” ungkap Widya kepada Merahputih.com Minggu, (11/9/22).
Limbah pakaian sampai saat ini terus jadi ancaman ekologis dan keberlangsungan alam. World Bank mencatat setidaknya pada tahun 2000 ada 50 miliar pakaian baru diproduksi dan terus mengalami peningkatan konsumsi sebanyak 60% hingga hari ini.
Produksi pakaian secara besar-besaran ditopang oleh gaya hidup Fast Fashion. Kebiasaan mendorong konsumsi pakaian secara masif dan mengikuti tren fesyen di masyarakat. Sebagian besar dari pakaian-pakaian ini kemudian berakhir dengan terbuang di pembuangan akhir dan menjadi limbah sampah.
Baca juga:
Ajak Masyarakat Kurangi Limbah Plastik dengan #rethinkplastic

Sebagai bentuk perlawanan terhadap gaya hidup tersebut, sekelompok orang mengajukan kebiasaan baru : thrifting atau berbelanja pakaian bekas. Bagi sebagian orang, thrifting menjadi alternatif berbelanja produk bermerek dengan harga miring. Selain itu, thrifting menjadi salah satu alternatif berbelanja yang berkontribusi pada kelestarian lingkungan.
Sebagian kecil orang, seperti Widya, berusaha mendukung tren ini. Melalui Perca Project, dia bereksperimen membuat tas rajut yang berasal dari limbah industri tekstil yang tak terpakai.
Hingga saat ini, Perca Project sudah menghasilkan empat model tas berbeda. Ada yang memiliki bentuk seperti clutch, shoulder bag, dan sling bag. Warna dan motifnya pun berbeda. Ini mengikuti bahan limbah macam apa yang digunakan.
Karena dibuat terbatas, tas rajut ini menjadi eksklusif. Untuk membuat satu tas yang cantik dan unik ini, Widya butuh waktu 3 jam, terlepas dari pemilihan warna dan bahannya.
Baca juga:

Dari lima baju bekas, Widya mampu menghasilkan tiga model tas berbeda. Dalam pembuatanya, dia menggunakan teknik rajut crochet.
Selain membuat tas, Perca Project juga membuat pakaian-pakaian terbuat dari limbah dengan teknik yang sama. Widya membeberkan bahwa sebenarnya semua bahan pakaian mampu dimanfaatkan.
“Aku udah pernah bikin pake kain tenun, pake kain katun yang berserat juga udah pernah, ” ungkap Widya.
Saat ini Perca Project melakukan kerjasama dengan pabrik demi memperoleh kain-kain bekas. Selain itu, Perca Project juga membolehkan para followers-nya berdonasi kain bekas kepadanya. Tentunya dengan beberapa ketentuan. Tak asal kirim atau donasi.
“Followers kita suka ngirim kain-kain ke kita juga. Kita suka nerima kain-kain sisa. Jadi rata-rata mereka, tuh, punya produksi rumahan gitu,” tambahnya.
Walaupun jenama ini tergolong muda, karena baru berdiri pada bulan Mei 2022, Perca Project telah diundang tampil di gelaran fesyen nasional, JF3 di Jakarta, awal September 2022. Ini berkat modelnya yang kekinian dan unik. (nbl)
Baca juga:
Bukan Sulap Bukan Sihir, Pakaian Olahraga Ini Terbuat dari Limbah Botol Plastik