Tragedi Ledakan di SMAN 72 Mengarah ke Aksi Terorisme, SETARA Institute Soroti Minimnya Program Pencegahan di Era Prabowo Imbas Efisiensi Anggaran

Senin, 10 November 2025 - Dwi Astarini

MERAHPUTIH.COM - PERISTIWA ledakan di SMAN 72 Jakarta yang didalangi siswa sekolah itu, berinisial F, dianggap tindakan ekstremisme kekerasan. Direktur Eksekutif SETARA Institute Halili Hasan menilai insiden itu menjadi peringatan bahwa permasalahan ekstremisme berbasis kekerasan di usia dini masih besar dalam tata kebinekaan Indonesia. Nama-nama teroris dunia serta narasi ancaman di senapan mainan yang diduga milik terduga pelaku merupakan penegas bahwa tragedi tersebut bukanlah peristiwa kriminal biasa.

“Ini patut diduga mengarah pada terorisme,” kata Halili kepada wartawan di Jakarta, Senin (10/11).

Halili memaparkan remaja terpapar paham intoleransi hingga ekstremisme terlihat pada data riset SETARA Institute. Temuan dalam survei pada 2023 menunjukkan terdapat 24,2 persen remaja dalam kategori intoleran pasif, 5 persen dari mereka intoleran aktif. “Bahkan 0,6 persen lainnya terpapar ideologi ekstremisme,” ungkap Halili.

Dalam pandangan SETARA Institute, sejauh ini agenda dan program pencegahan yang dilakukan untuk mengatasi tantangan percepatan intoleran aktif dan remaja terpapar belum efektif dan cenderung melemah dalam pemerintahan Presiden Prabowo Subianto.

Baca juga:

Berkaca dari Kasus Ledakan di SMA 72, Pramono Harap Tak Ada Lagi Aksi Perundungan di Lingkungan Sekolah


Dia menduga lemahnya agenda pencegah ini karena terimbas program efisiensi dalam tata kelola anggaran. “Kejadian di SMA 72 Jakarta merupakan peringatan keras bahwa pencegahan ekstremisme kekerasan harus selalu ditempatkan sebagai program prioritas,” ungkap Halili.

Fakta spesifik bahwa terduga pelaku yang merupakan salah seorang siswa berusia 17 tahun sering menjadi korban perundungan di sekolah harus memantik perhatian para pemangku di lembaga pendidikan, khususnya Kementerian Pendidikan Dasar dan Menengah (Kemdikdasmen). “Kita semua seharusnya tidak memberikan toleransi sekecil apa pun pada berbagai bentuk perundungan yang terjadi di sekolah,” ucap Halili.

Menurut Halili, tragedi tersebut menegaskan bahwa seluruh pihak mesti bekerja sama dan terlibat dalam agenda dalam mencegah dan menangani kompleksitas ekstremisme kekerasan.

“Derasnya arus informasi dan kemajuan teknologi melipatgandakan kompleksitas persoalan pencegahan dan penanganan keterpaparan, terutama di kalangan generasi muda,” ungkap dia.(knu)

Baca juga:

Astaga! Isi Rumah Siswa Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Bikin Merinding, Ada Serbuk yang Diduga Jadi 'Kunci' Balas Dendam Perundungan



Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan