Tidur Panjang Gunung Rinjani Pasca Gempa
Sabtu, 23 Februari 2019 -
RINJANI memang menjadi salah satu gunung yang paling difovoritkan untuk didaki. Apalagi dengan ketinggian 3.726 mdpl, gunung yang berada di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat (NTB) itu menjadi gunung tertinggi kedua di Indonesia.
Sayangnya semenjak gempa besar dengan magnitudo 6-7 pada 29 Juli dan sepanjang Agustus 2018, Gunung Rinjani kini sepi. Kantor Balai Taman Nasional Gunung Rinjani (BTNGR) Resort Sembalun, Kabupaten Lombok Timur, NTB yang biasa ramai kini tidak ada yang datang melapor untuk mendaki.
Kondisi tersebut sudah berlangsung hampir tujuh bulan sejak gempa menimpa sebagian besar wilayah Lombok terutama Lombok Timur. Pemandangan sepi juga terjadi di tiga pintu resmi pendakian yakni Timbanuh di Kabupaten Lombok Timur, Senaru di Lombok Utara dan Aik Berik di Lombok Tengah.
1. Ditutup hingga batas yang tidak ditentukan
Kondisi sepi tersebut karena BTNGR sengaja menutup semua jalur pendakian Gunung Rinjani. Dilansir dari Antara, Sabtu (23/2) Kepala BTNGR Sudiyono menjelaskan penutupan seluruh jalur pendakian dilakukan hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Penghentian aktivitas pendakian ini dilakukan lantaran jalur yang rusak parah pasca gempa. Saat terjadi rentetan gempa, material tanah dan bebatuan berhamburan dari puncak gunung. Selain itu getaran juga membongkar punggung gunung sehingga menimbulkan rekahan tanah.
Tak hanya itu saja berbagai fasilitas pendakian seperti jembatan, pos peristirahatan berupa bangunan permanen juga mengalami rusak parah. Kondisi ini tentunya sangat berbahaya bagi nyawa pendaki. Meskipun dilakukan oleh mereka yang terbiasa naik gunung.
2. Berimbah terhadap sektor ekonomi
Sayangnya, penutupan jalur pendakian ini juga sangat berdampak pada perekonomian di lingkar Gunung Rinjani di Kabupaten Lombok Timur, Lombok Utara, dan Lombok Tengah. Apalagi banyak warga yang menggantungkan hidup sebagai pemandu wisata, ataupun jasa perdagangan lainnya.
Bukan hanya perekonomian lokal, negara juga turut kehilangan pemasukan miliaran rupiah. Negara tidak lagi menerima pendapatan negara bukan pajak (PNBP) dari retribusi yang dipungut dari wisatawan yang mendaki.
3. Ada yang patut disyukuri
Dibalik penutupan penutupan jalur pendakian, ada yang patut disyukuri. Gunung Rinjani kini menikmati kesunyian dari hiruk pikuk aktivitas pendakian. BTNGR menjatat jumlah wisatawan yang masuk dalam kawasan taman nasional di tahun 2018 mencapai 46.786 orang.
Sepinya aktivitas ini tentu akan memulihkan ekosistem yang sebelumnya telah rusak karena pendakian dan gempa bumi. Pembukaan secara penuh diperkirakan baru bisa dilakukan pada tahun 2021.