Ungkap si Pembohong dengan Teknologi Pelacak Gerakan Otot
Sabtu, 27 November 2021 -
BANYAK orang yang melakukan berbagai kebohongan dalam berbagai hal. Terlebih sulit untuk mendeteksi dan mengetahui apakah seseorang berbohong atau tidak.
Namun, kini ada sebuah alat pelacakan kebohongan seseorang. Tim peneliti Israel mengklaim mereka telah menemukan sesuatu yang sangat tak terduga sebelumnya.
Baca Juga:
Menggunakan Ponsel Aman Sambil Berjalan dengan Teknologi 'Mata Ketiga'
Dengan menggunakan stiker yang dicetak pada permukaan lembut, mengandung elektroda yang memantau serta mengukur aktivitas otot dan saraf, mereka bisa mendeteksi kebohongan.
Sebuah tim peneliti yang dipimpin Prof Dino Levy dari Universitas Tel Aviv menemukan beberapa orang tanpa sadar mengaktifkan otot di pipi dan alis mereka ketika mereka berbohong.
Sebelumnya, tidak ada sensor yang bisa mengukur kontraksi otot halus, tapi temuan Prof Yeal Haneiun yang inovatif dan dijual perusahaan Israel X-trodes ini terbukti cukup sensitif.

Pada pengujian alat tersebut menunjukan, bahwa tingkat keberhasilannya 73 persen dari identifikasi kehobongan. Angka tersebut lebih baik dari pada teknologi yang sudah ada sebelumnya.
"Banyak penelitian menunjukkan bahwa hampir tidak mungkin bagi kita untuk mengetahui kapan seseorang berbohong kepada kita. Bahkan para ahli, seperti interogator polisi, hanya melakukan sedikit lebih baik daripada kita," kata Prof. Levy seperti yang dikutip dari laman odditycentral.
Lebih lanjut, Prof Levy menuturkan, bahwa detektor kehobongan yang ada sangat tidak bisa diandalkan, sehingga hasilnya tak bisa diterima sebagai bukti di pengadilan. Hal itu lantaran hampir semua orang bisa mempelajari cara mengontrol denyut nadi mereka, dan menipu mesin.
Hal tersebut bisa berakibat adanya kebutuhan besar untuk teknologi pengidentifikasi penipuan yang lebih akurat.
Otot-otot wajah akan berkerut ketika kamu berbohong. Nantinya, tim Prof Levy menempelkan stiker baru ke bagian pipi dan alias, kemudian membuat mereka duduk berhadapan seraya mengucapkan rangkaian kata, beberapa benar dan beberapa salah.
Adapun salah satu dari mereka tentu memiliki headphone, dan harus mengulangi kata-kata yang diucapkan pada mereka, meski terkadang mereka harus berbohong.
Baca Juga:
Kemudian, orang yang duduk di sisi lain, memiliki tugas yang sulit untuk mengetahui kapan mereka dibohongi. Pada titik tertentu, mereka berganti peran.
Para peserta penelitian, mengalami kesulitan untuk mendeteksi kebohongan pasangan mereka, setidaknya dengan signifikansi statistik. Pada alat tersebut, sinyal listrik disampaikan oleh elektroda yang menempel pada wajah, sementara di sisi lain, berhasil menangkap kebohongan pada tingkat 73 persen, lebih baik dari teknologi yang ada sebelumnya.
Pada penelitian tersebut, Prof Levy menjelaskan, bahwa pihaknya memiliki keuntungan apa yang didengar peserta lewat headset.
Karena itu juga, kamu bisa mengetauhi mereka berhobong atau tidak. "Jadi dengan menggunakan teknik pembelajara mesin canggih, kami melatih program kami untuk mengidentifikasi kebohongan dengan sinyal [elektromiografi] EMG yang berasal dari elektroda.
Saat ini tim peneliti untuk menghilangkan elektroda dan melatih algoritma AI untuk mendeteksi kontraksi otot halus, dengan yang menganalisis rekaman kamera resolusi tinggi.
Setelah tingkat deteksi kebohongan cukup, teknologi bisa digunakan dalam interogasi polisi, di bandara, hingga interview kerja online. (Ryn)
Baca Juga: