Siklus Kekerasan Bisa Bikin Trauma Generasi Muda Papua
Jumat, 30 April 2021 -
MerahPutih.com- Pelabelan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) di Papua menjadi Kelompok Teroris, tidak boleh menggeser fokus pada upaya mewujudkan masa depan Papua yang sejahtera lewat pendekatan yang humanistik.
"Mewakili kaum perempuan, saya memahami dan meyakini betul bahwa pendekatan kekerasan dalam hal apapun tidak akan menyelesaikan persoalan, termasuk di Papua,"kata putri Gus Dur, Yenny Wahid dalam keteranganya, Jumat (30/4).
Baca Juga:
Gubernur Papua Minta Pemerintah Pusat Kaji Lagi Soal Pelabelan Teroris untuk KKB
Yenny melihat, pendekatan kekerasan malah justru berpotensi memunculkan lingkaran kekerasan baru yang menimbulkan trauma. Terutama bagi generasi masa depan, anak-anak termasuk anak-anak di Papua.
Ia menegaskan, perlu garisbawahi bahwa ketegasan berbeda dengan kekerasan. Ketegasan tetap wajib ditunjukkan terhadap hal-hal berkaitan dengan pelanggaran hukum dan konstitusi.
"Lebih-lebih terhadap tindakan yang dengan sengaja berusaha menginjak-injak nilai kemanusiaan itu sendiri," jelas Yenny.
Yenny yakin, penetapan pemerintah soal istilah kelompok teroris terhadap KKB Papua, bukan dimaksudkan untuk menihilkan pendekatan humanis dalam menyelesaikan persoalan secara holistik di Papua.
Ia mengajak masyarakat mengawal dan mengupayakan agar siklus kekerasan tidak berlanjut di bumi Papua.

"Tekad kita satu, Papua sejahtera. Luka di Papua adalah luka seluruh Bangsa Indonesia," tutup Yenny.
Kamis (29/4) pemerintah menetapkan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) Papua sebagai kelompok teroris. Keputusan ini diambil setelah pemerintah mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, seperti TNI, Polri, MPR, BIN, Pemerintah Papua, hingga tokoh masyarakat dan tokoh adat Papua,
“Sejalan dengan itu semua, maka pemerintah menganggap bahwa organisasi dan orang-orang di Papua yang melakukan kekerasan masif dikategorikan sebagai teroris”, ungkap Menko Polhukam Mahfud MD saat memberikan keterangan pers (29/4).
Baca Juga:
Pelabelan KKB Sebagai Teroris Jangan Sampai Timbulkan Stigma Negatif Warga Papua