SBY: Saatnya Amerika Lakukan Introspeksi dan Berbenah Diri

Kamis, 21 Juli 2016 - Noer Ardiansjah

MerahPutih Nasional - Presiden keenam Indonesia Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti keadaan Amerika Serikat (AS) akhir-akhir ini, khususnya terkait Pemilihan Presiden AS.

SBY menyampaikan pendapat-pendapatnya terkait Amerika Serikat dari Korea Selatan.  SBY tengah memimpin kegiatan GGGI dalam kapasitasnya sebagai Presiden Global Green Growth Institute (GGGI). Dari Seoul, Korea Selatan, SBY melalui media sosial Twitter menyatakan bahwa ia mengikuti tayangan Konvensi Nasional Partai Republik yang mencalonkan Donald Trump.

"Saat ini saya berada di Seoul, Korea Selatan, utk memimpin kegiatan GGGI dalam kapasitas saya sebagai presiden lembaga itu," kata Presiden SBY melalui akun
Twitter-nya yang kemudian di-share ulang di akun Facebook-nya.

SBY membuka pembicaraan tentang Amerika dengan Konvensi Nasional Partai Republik yang mencalonkan Donald Trump. Dunia, kata SBY, sedang melihat apa yang sekarang terjadi di Amerika, bukan hanya gaduhnya politik menjelang Pilpres 2016, tetapi juga hal-hal lain.

Hal-hal lain yang dimaksud SBY yaitu Amerika sebagai negara adidaya yang sering dianggap sebagai "champion of democracy" dan "role model" ini menurutnya sedang
menghadapi ujian sejarah.

"Amerika yang punya tentara terkuat dan digelar di mana-mana di dunia, harus menelan pahitnya keadaan ketika tanah airnya sendiri tidak aman," kata SBY.

SBY melanjutkan, insiden penembakan dengan korban yang tak sedikit terus terjadi, bahkan di sejumlah kota para polisinya pun ditembaki oleh penembak gelap. Negara
yang aktivis HAM-nya paling kritis dan sering "mengadili" negara lain, ternyata konflik rasial kembali marak dan terjadi di beberapa kota.

"Tren yang ada menunjukkan masyarakat Amerika makin nasionalistik, "sensitif" terhadap negara lain dan Islamophobia juga makin menguat," katanya.

Soal Calon Presiden Amerika Donald Trump, SBY mengatakan bahwa retorika Trump yang akan larang muslim masuk AS dan akan bangun tembok sepanjang AS dan Meksiko ternyata dapat dukungan yang kuat.

Situasi pra-pilpres makin panas dan kampanye negatif makin menjadi-jadi, sementara bentrokan fisik terjadi di sejumlah tempat kampanye.

"Saatnya Amerika lakukan introspeksi dan berbenah diri, karena kita hampir tak percaya semua itu terjadi di negara yang berperadaban maju," kata SBY.

"Mungkin rakyat Amerika menganggap hal ini adalah urusan dalam negeri mereka dan tak ada urusannya dengan negara lain. Menurut saya tidak."

Ia melanjutkan, Amerika mengklaim dirinya sebagai "world leader" dan selalu libatkan diri dalam urusan negara lain. Juga sering mengekspor demokrasi, HAM dan rule of
law. Jika masalah domestik tak dibenahi dan tak berikan contoh dalam demokrasi, HAM dan rule of law, Amerika kehilangan legitimasi untuk "ajari" bangsa lain.

"Pilpres 2016 di AS saat ini memang adalah urusan dalam negeri mereka. Tetapi yang mereka bicarakan adalah dunia dan juga menyangkut negara lain," kata SBY.

Menurut SBY, sekalipun ancaman Trump untuk larang muslim masuk AS itu baru retorika politik, tetapi telah memunculkan ketegangan dan masalah baru. Apalagi, debat dan perang politik di Amerika sekarang ini disaksikan di seluruh dunia melalui tayangan televisi, siang dan malam.

"Untuk Indonesia, kita tentu bersikap netral dalam pilpres di AS. Namun secara moral kita bisa ingatkan agar para politisi AS lebih berhati-hati," kata SBY.

Mengingat pengaruh dan peran sentralnya, kata SBY, AS harus aktif kurangi persoalan dunia. Jika dunia diminta pahami AS, AS juga harus pahami yang lain.

"Bagi Indonesia, janganlah kita serba silau dengan negara lain. Kita bisa lebih baik. Asalkan kita terus berbenah dan sempurnakan diri," kata SBY di akhir cuiatannya.

BACA JUGA:

  1. Portugal Juara Euro 2016, Prediksi SBY Tak Meleset
  2. Seragam Lebaran Ala Keluarga SBY
  3. SBY Ikutan Nobar Film Rudy Habibie
  4. Punya Pandangan Berbeda, Ini Kata SBY Soal Irjen Tito
  5. Tujuh Kritik SBY dan Partai Demokrat untuk Pemerintahan Jokowi-JK

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan