Sambungan Telepon Soeharto Tanda Resmi Seseorang Dipilih Menteri

Rabu, 15 Juni 2022 - Yudi Anugrah Nugroho

SINYAL reshuffle semakin menguat saat sejumlah menteri di Kabinet Indonesia Maju menyambangi Istana Kepresidenan Republik Indonesia (RI), Selasa (14/6).

Di antara para menteri tersebut, tampak wajah Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi, Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Sofyan Djalil, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo, Menteri Pertahanan (Menhan) Prabowo Subianto, Wakil Menteri ATR/BPN Surya Tjandra, dan Panglima TNI Hadi Tjahjanto.

Baca Juga:

Pakai Kemeja Putih, Kaesang Nunggu Ditelepon Presiden Jokowi

"Baru saja (dipanggil), makanya saya ngebut," kata Hadi singkat menjelaskan kehadirannya di Istana Kepresidenan RI, dikutip Antara.

Sehari setelah pertemuan tersebut, hari ini (15/6) seturut laporan Antara, Presiden Joko Widodo akan mengumumkan perombakan kabinetnya kepada publik.

Jika kini para menteri diminta hadir ke Istana Kepresidenan RI bertatap muka secara langsung dengan presiden, maka di masa Orde Baru perombakan kabinet atau pengumuman menteri terpilih lumrahnya dimulai dengan telepon dari Presiden Soeharto.

soeharto
Presiden Soeharto dalam sebuah kunjungan resmi. (Foto: Khastara Perpusnas)

Sudah jadi kebiasaan Soeharto menggunakan sambungan telepon untuk mengabarkan kepada beberapa tokoh ketika terpilih menjadi menteri.

Maret 1993, Soeharto mulai menelepon menteri pilihannya di saat sahur. Di sambungan telepon, 'The Smiling General' itu tak melulu berbicara serius apalagi kaku. Ia masih sempat membumbui obrolannya dengan banyolan.

"Lho, kok, saudara ada di dekat telepon?" kelakarnya kepada seorang menteri terpilih, dikutip Majalah Tempo, 27 Maret 1993.

Selain itu, terkadang Soeharto memulai perbicangan dengan hal remeh-temeh seperti menanyakan kesehatan, bahkan beberapa orang disarankan agar jangan tidur selepas sahur.

soeharto
Presiden Soeharto meresmikan Proyek2 baru di TMII 1978. (Foto: Khastara Perpusnas)

Di masa jelang pengumuman menteri Orde Baru, selalu ada spekulasi mencuat di masyarakat. Beberapa terbukti, beberapa lagi sekadar mimpi.

Saat penentuan nama-nama bakal menteri Kabinet Pembangunan IV, rumah beberapa tokoh bahkan telah ramai terpampang karangan bunga ukuran kecil hingga besar berisi ucapan selamat. Namun, sampai akhirnya Soeharto mengumumkan menteri-menterinya, nama si tuan rumah itu pun tak juga muncul.

Baca juga:

Wedang Ronde Mbah Paiyem Langganan Soeharto

Informasi mengenai menteri itu, terkadang bukan hanya datang dari Soeharto langsung. Anaknya, turut pula campur tangan ikut menelepon menteri pilihan bapaknya.

Mantan Gubernur Sumatera Barat Azwar Anas menerima telepon dari Cendana pada tahun 1988. Ia agak bingung karena di ujung telepon justru muncul suara putra Presiden Soeharto Bambang Trihatmodjo.

soeharto
Presiden Soeharto menyaksikan pameran Visual Batan 1977. (Foto: Khastara Perpusnas)

Bambang berbicara singkat di telepon agar Azwar Anas bersiap-siap. Namun, Bambang tidak merinci Azwar akan beroleh pos menteri apa di Kabinet Pembangunan V.

Azwar coba menerka, sebagaimana lazimnya pola pemberian menteri bagi mantan kepala daerah, berkemungkinan menjadi Menteri Dalam Negeri (Mendagri). Ia pun, pada biografinya bertajuk Azwar Anas: Teladan dari Tanah Minang, meminta agar sekretarisnya MN Chani untuk menyiapkan bahan-bahan.

Ketika susunan menteri Kabinet Pembangunan V 1988, Azwar Anas terheran-heran ternyata Presiden Soeharto justru memilihnya untuk menjadi Menteri Perhubungan. (*)

Baca juga:

Nanti Kita Cerita Taman Hutan 'Impian' Bukit Soeharto

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan