Prosesi Unik dan Panjang, Beginilah Urutan Adat Pernikahan Maluku

Rabu, 13 November 2024 - Ananda Dimas Prasetya

Merahputih.com - Pernikahan adalah hal sakral bagi masyarakat Maluku. Makanya dalam kegiatan pernikahan mereka punya serangkaian acara adat yang mesti baiknya dilakukan.

Berdasarkan buku 'Adat dan Upacara Perkawinan Daerah Maluku' disebutkan sebelum pernikahan dimulai, pihak penerima anak dara maupun pemberi anak dara harus menyampaikan kepada semua kerabatnya terutama kepada pihak nrue, agar persiapan-persiapan untuk keperluan ini sudah harus lengkap.

Pihak pengantin laki-laki menjadi yang paling banyak mempersiapkan. Termasuk persiapan pengumpulan peralatan atau harta kawin dari pihak nrue mempelai laki-laki biasanya menunda waktu dua sampai empat bulan.

Hal ini bergantung kepada tempat tinggal nrue tersebut. Proses jalannya permintaan sumbangan tersebut adalah dengan menyuguhkan satu botol sopi, dengan uang Rp. 0,- atau anting-anting sebagai pengganti sumbatnya.

Sopi itu sebagai lambang undangan untuk menghadiri upacara perkawinan dan permintaan menanggung sebagian harta kawin. Mula-mula orang tua menpelai laki-laki mengantarkan sopi pada nrue yang terdekat dengannya.

Sebelum sopi di serahkan, orang tua si laki-laki menyampaikan maksudnya sekaligus menjelaskan waktu perkawinan anaknya.

Setelah sopi diterima, maka nrue tersebut akan memberitahukannya kepada nrue yang lainnya secara berantai menyampaikan pesan yang sama dari pihak mempelai laki.

Paling lambat sehari sebelum perkawinan dimulai, para nrue telah datang dengan persiapan harta yang akan diberikan dalam upacara perkawinan itu.

Baca juga:

Tari Lenso dari Maluku, Seni Peninggalan Penjajah sebagai Perekat Persaudaraan

Pada hari, tanggal, dan jam yang telah ditentukan tiba semua undangan telah hadir, maka upacara pun dimulai. Kedua pengantin telah lengkap dengan pakaian adat. Rombongan penerima anak dara mengantarkan mempelai laki-laki ke rumah pengantin wanita, untuk selanjutnya pergi ke tempat upacara.

Rombongan penerima mempelai pria disebut tair. Kedatangan rombongan penerima anak dara disebut raosbatbelin (minta harta kawin). Selama perjalanan menuju ke tempat upacara pernikahan alias Mangsope biasanya diiringi dengan musik dan tari-tarian adat.

Upacara pun dimulai. Di atas meja upacara, telah tersedia sopi satu gelas. Dalam upacara ini, sopi itu akan diminum oleh kedua pengantin itu. Tujuannya, supaya mereka selalu memperoleh kebahagiaan dalam pemeliharaan Tuhan.

Dalam tata cara pelaksanaan gelas sopi itu diangkat oleh mangsope dengan tangan kanan, kemudian membacakan doa yang bunyinya, "Ratsilai kodasane nsa.lan mangafsawarye. Menum mamtuak watanye. Maka kote sasafarose air rananir dasdalam."

Artinya, ''Tuhan yang maha tinggi dan maha pengasih minumlah so pi ini. J agalah kedua pengantin ini agar dalam perkawinan, mereka selalu hidup rukun dan damai."

Selesai upacara pengambilan sumpah, maka kedua pengantin diteguhkan dengan sopi tersebut. Mereka lalu diantarkan kembali ke rumah penerima anak dara.

Di dalam perjalanan menuju rumah si pria diiringi dengan dipertunjukkan musik dan tari-tarian yang disebut ode. Di depan pintu rumah penerima anak dara telah berdiri penerima tamu, yaitu saudara perempuan dari penerima anak dara.

Sebelum anak dara dipersilakan duduk di kursi pualam, mereka harus memberikan sebentuk mas kawin kepada pihak penerima anak dara. Mas ini sebagai tanda dipersilakannya mereka duduk.

Setelah diberikan mas ini barulah anak dara itu dipersilakan duduk. Sesudah persyaratan adat ini dipenuhi, barulah upacara di rumah pemerima anak dara dibuka oleh Mangatnyanuk (protokol).

Baca juga:

Bambu Gila dari Maluku, Permainan Ekstrem Tradisional Sarat Nuansa Mistis

Dengan membunyikan "Oenang amang, urang waing, mem ngur mir kateman. Keta falak ninsafebal, kaman bungeyempyeang mamsut pompa, majlau ompak ainnima kaman sori dalam on irti". Artinya, "lbu-ibu, Bapak-bapak, Saudara-saudara sekalian. Telah tiba smatnya apa yang kita nanti-nantikan. Apa yang akan kita bicarakan lagi, kiranya aipa yang telah disediakan itu berikanlah kepada kami, supaya kami mau pulang".

Untuk itu pihak anak dara meminta harta sebagai pengganti tempatnya.

Ucapan ini kemudian dibalas oleh pihak penerima anak dara demikian: "Kaba/ ye kabal salat. Nang morat nor nipnyuat ndengar lanmotak forete, not syahbandar remanbongkar". Maksudnya adalah persiapan rombongan penerima anak dara diibaratkan sebuah kapal besar yang sudah bedabuh. Kini hanya mendengar komando dari syahbandar untuk membongkar muatan.

Mendengar ucapan demikian, maka oleh pemberi anak dara, mengatakan "Tarpake ye tarpak silai, nyamprene ye ketlantarbis. Kabetuan feti maudan. Neudan desar mam keban", maksudnya adalah suara hanya besar seperti guntur membelah bumi, padahal tidak ada apa-apa. Kalau benar persiapan itu ada, coba keluarkan supaya kami melihatnya.

Mempersingkat tanya-jawab pihak mempelai pria dan wanita. Maka pihak mempelai pria menunjukan disuguhkan sopi, serta segera mengeluarkan semua harta itu. Semua harta itu dimasukkan ke dalam sebuah niru yang telah disiapkan, sambil diperiksa oleh pemberi anak dara.

Apabila mereka setuju mereka meminta yang lain, atau mereka meminta ditambah. Setelah disetujui mereka akan bersorak sorai alias Ratsyuru.

Ratsyuru adalah tanda menyebut sesuatu benda yang mereka anggap penting dan besar nilainya.

Sorakan pun dibalas pihak mempelai wanita disebut ralelsir. Sesudah itu mereka semuanya akan bersorak sorai diiringi dengan tifa totobuang.

Sambil melantunkan "Rfat bange alun" artinya Harta anak laki-laki yang baru kawin ini sudah selesai dilunasi.

Baca juga:

Menghibur dan Menyenangkan, Ini 5 Lagu Daerah Maluku

Sebagai penutup maka ketua rombongan akan mengucapkan: Kpoteoran malaksai duin, oran diat e ngangasar. Artinya angkat acu tikam duyung, acu kena duyung gemetar. Kata Ouyung dimaksudkan dengan pembayaran harta, sedangkan acu dikiaskan dengan pemberi anak dara.

Pemberi anak dara membalasnya dengan "Dikufliat feti tar pak mengretu, melantar pak nor udan, ompak nam petan nafe re, safyatrarorbelar menuk.

Artinya disangka hanya bicara saja, padahal semua harta dibayar lengkap.

Penerima anak dara akan membalasnya lagi dengan, "Terpak mangretu swara, tarpak norudan. Safyat rar rhelar ngonuk". Kata safyat rar adalag sejenis bunga, dimaksud sebagai suara langsung dengan pelaksanaan. Semua jenis harta sudah lengkap.

Selesai berbalas-balasan pantun demikian, maka protokol menutup acara dengan mengatakan "O enang amang, meming, wang, awing, orang dia duain, manmatlompa, takes kit. Di mana artinya bapak-

bapak, Ibu-ibu, Saudara-saudara sekalian. Acara perkawinan dinyatakan selesai. Jadi kita boleh bubar.

Dengan demikian rombongan memberi anak dara pulang ke mata rumah mereka untuk selanjutnya membagi harta. (Tka)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan