Polemik Indonesia Australia, Pengamat: Kalau Perang Kita Harus Siap!

Rabu, 25 Februari 2015 - Adinda Nurrizki

MerahPutih Nasional - Beberapa waktu lalu, Menteri Pertahanan Jenderal TNI (Purn) Ryamizard Ryacudu mengatakan bahwa jika Indonesia berperang, hanya bisa bertahan 3 hari. Hal tersebut dipicu keterbatasan sumber daya energi yang dimiliki Indonesia.

Menanggapi hal tersebut analis intelijen Wawan Purwanto berpendapat bahwa sebagai bangsa kuat dan berdaulat, Indonesia harus siap dengan segala ancaman, baik dari dalam dan luar.

"Kalau terjadi perang, ya kita harus siap dong," kata Wawan saat dihubungi merahputih.com, Rabu (25/2).

Wawan yang juga mantan staf ahli Wapres RI di bidang Keamanan dan Kewilayahan menjelaskan, peperangan terbuka bukan hanya mengandalkan alat utama sistem persenjataan (alutsista) semata, melainkan juga ada peran manusia. (Baca: TNI Siagakan Intelejen dan Alat Tempur Antisipasi Ancaman Eksekusi Mati Duo Bali Nine)

Wawan mengakui, jika dibandingkan dengan negara Australia, kelengkapan Alutsista RI memang masih dibawah. Namun demikian, Indonesia masih memiliki pasukan darat yang disebut Infanteri. Salah satu tugas utama pasukan Infanteri adalah melakukan serangan darat dan penyusupan ke wilayah musuh.

"Kalau terjadi perang head to head (berhadap-hadapan_red) saya prediksi mungkin akan terjadi perang geriyla kota. Kalau perang gerilya, kita sudah teruji," sambung alumnus Sarjana Hukum Universitas Diponegoro. (Baca:  TNI-Kemenhub Tandatangani Kerjasama Pengamanan Objek Vital)

Masih kata Wawan terkait dengan ancaman yang disampaikan Australia, ia memperkirakan antara RI dan Australia tidak akan terjadi peperangan terbuka. Yang terjadi adalah perang syaraf, perang opini hanya dalam waktu singkat.

"Saya lihat ancaman Australia tidak terlalu serius. Prediksi saya perang terbuka tidak akan terjadi, mungkin akan diselesaikan dengan cara diplomasi," tandas Wawan. (bhd)

 

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan