Perjalanan Pelukis yang Dekat dengan Partai Komunis
Jumat, 04 Maret 2016 -
MerahPutih Budaya - Affandi merupakan pelukis pejuang kemerdekaan. Dalam catatan sejarah, pengalamannya sebagai pekerja poster iklan di Bandung, Jawa Barat, membuat ia turut serta menggelorakan kemerdekaan Republik Indonesia. Affandi membuat poster dengan perpaduan kata-kata membara dari penyair Chairil Anwar.
Affandi terlahir di Ciledug, Cirebon, Jawa Barat, tahun 1907. Ia bernama lengkap Affandi Koesoema, putra R Koesoema. Orang tuanya merupakan pekerja pabrik gula di tanah kelahirannya. Ia pun mengenyam pendidikan yang cukup bonafit di masanya.
Sebelum memfokuskan diri pada dunia seni lukis, Affandi sempat mengalami asam garam sebagai pekerja biasa. Di antaranya menjadi seorang guru, pekerja tiket, dan pekerja poster iklan. Akhirnya, ia memilih jalan seni sebagai jalan hidupnya.
Pertama kali Affandi mengadakan pameran tunggal di Jakarta pada tahun 1943, di Gedung Poetra Djakarta. Pada masa itu, karya-karyanya masih didominasi bercorak realisme.
"Karya-karya pertama beliau terkenal realisme. Di sini (Galeri I Museum Affandi), karya-karya pertama beliau. Baru tahun 1952 karyanya ke ekspresionisme. Mungkin saya bisa jelaskan soal karya-karya di galeri saja. Kalau soal museum dan menajemennya, bisa tanya ke pengurus. Kebetulan pengurus sedang di ada agenda di Bali," papar Bambang, guide Museum Affandi, kepada merahputih.com, di Museum Affandi, Jalan Adisoetjipto, Kota Yogyakarta, Jumat (4/3).
Pada tahun 1950-an itu, di masa perubahan aliran dari realis ke ekspresionis, Affandi mulai dekat dengan Partai Komunis Indonesia (PKI). Pada masa itu, PKI mencalonkan namanya sebagai pimpinan konstituante. Hal ini seperti tertuang di dalam koran berhaluan kiri, Harian Rakjat, 27 September 1955. Foto Affandi terpampang bersama seniman lainnya, yakni Soedjojono, Henk Ngantung, dan Basuki Resobowo.
Sejak saat itu, meski tidak terlibat secara kepengurusan organisasional PKI, Affandi mulai dikenal sebagai aktivis PKI. Di masa-masa kejayaan PKI tersebut, Affandi digolongkan sebagai "seniman tidak berpartai."
Bersama Basuki Resobowo, ia pun memimpin Lembaga Kebudayaan Rakyat (Lekra). Meski tidak berafiliasi secara pasti dengan PKI, Lekra merupakan organisasi yang dihuni seniman-seniman pendukung ideologi kemanusiaan rakyat jelata. Sejak saat itu, Affandi dikait-kaitkan dengan aktivitas politik. Namun, ia tetap terus melukis semasa hidupnya di tengah-tengah banyaknya aktivitas yang ia geluti, baik sebagai suami dari perempuan asal Bogor, Maryati, perhatiannya pada politik, hingga berkarya seni lukis dan rupa.
Selama masa hidupnya, Affandi menghasilkan lebih dari 2.000 karya. Semuanya dapat dilihat di Museum Affandi, yang ia bangun sendiri demi memelihara dan membangun seni kerakyatan. Affandi wafat pada 23 Mei 1990. Ia meninggalkan ribuan karya berupa lukisan dan seni rupa, serta meninggalkan anak kesayangannya yang kini meneruskan jejak seni sang ayah, Kartika Affandi. (fre)
BACA JUGA:
- Menapaki Buah Pikiran Sang Maestro Seni Lukis di Museum Affandi
- Dari Padepokan untuk Para Seniman di Tanah Air
- Ini Acara Seni Terdekat di Padepokan Seni Bagong Kussudiardja
- Padepokan Seni Bagong Kumpulkan Seniman Se-Indonesia melalui Talirasa Nusantara
- Padepokan Seni Bagong Kussudiardja Kembali Adakan Beasiswa Seniman