Perajin Batik Perlu Didukung Dompet Digital
Senin, 11 Oktober 2021 -
SEMENJAK diresmikan menjadi warisan budaya tak benda oleh UNESCO pada 2 Oktober 2009, batik yang merupakan warisan budaya Indonesia kian mendunia. Bahkan, di tengah derasnya arus globalisasi tak membuat batik 'tenggelam'. Batik justru kian erat dengan gaya hidup masyarakat modern.
Seiring berjalannya waktu, sejumlah sentra batik pun terus bermunculan, dan industri batik semakin berkembang pesat. Hal ini membuat batik memberikan kontribusi yang cukup besar bagi perekonomian nasional, termasuk menyumbang penyerapan tenaga kerja.
Baca Juga:
Namun, industri batik menghadapi sejumlah tantangan di tengah situasi pandemi COVID-19. Menurut penuturan asosiasi pengrajin batik, industri batik sangat terkena dampak dari pandemi, meski tidak ada data empirik tentang penurunan penjualan. Hal tersebut khususnya dirasakan oleh pengrajin batik yang tidak didukung dengan permodalan kuat, kurang berinovasi, dan kurang beradaptasi dengan situasi saat ini.

Kendati demikian, pemerintah masih meyakini, bahwa industri kerajinan serta batik, memiliki potensi besar dan dinilai bisa mendukung pemulihan ekonomi nasional, khususnya di sektor industri kecil dan menengah. Asalkan pengrajin batik mampu berinovasi dengan baik, melakukan diversifikasi yang tidak terbatas pada produk tekstil, serta memanfaatkan teknologi digital.
Oleh karena itu, akselerasi teknologi digital yang terintegrasi, merupakan jawaban bagi upaya pemulihan dan peningkatan industri batik, khususnya Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM).
Baca Juga:
Desainer Wignyo Rahadi Dukung Penuh Pengembangan Batik Jambi
Dalam rangka memperingati Hari Batik Nasional yang jatuh pada 2 Oktober, aplikasi dompet digital menggelar forum diskusi antar pemangku kepentingan dengan tema 'Akselerasi Digital untuk Kemajuan Batik dan Industri Budaya Indonesia'.
Aplikasi dompet digital tersebut bermaksud turut ambil bagian dalam pelestarian budaya Nusantara, dengan turut serta membantu UMKM batik atau industri berbasis budaya, dalam melakukan transformasi digital.
Menurut Vince Iswara, CEO dan CO-Founder DANA, batik sebagai salah satu bentuk industri berbasis budaya tidak hanya melestarikan kultur Indonesia, tapi turut berkontribusi bagi perekonomian nasional. Data dari Kementerian Perindustrian menyatakan batik berkontribusi signifikan pada perekonomian nasional, dan sudah menyerap lebih dari 200 ribu tenaga kerja.
"Hadirnya ekosistem digital diharapkan dapat memberikan dukungan bagi perajin batik dan usaha berbasis budaya lainnya agar mampu bertahan dan menjadi bagian dari pelestarian budaya Indonesia," tutur Vince.

Lebih lanjut Vince menyampaikan hal tersebut tentunya harus diiringi oleh kerja sama dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, masyarakat dan pihak swasta, demi kemajuan industri budaya yang menjadi identitas bangsa.
Aplikasi dompet digital juga mengajak para pelaku UMKM yang sudah menjadi mitra Bisnis seperti pemilik Billiardo.id, Ronny Billiardo dan Pemilik Wastra Batik, Olif Kinanthi, yang memaparkan langkah masing-masing brand dalam menduniakan batik.
Kemudian Dorongan kepada generasi muda untuk senantiasa mengapresiasi budaya Indonesia pun disampaikan oleh Puteri Indonesia Lingkungan 2020, Putu Ayu Saraswati. Dia mengimbau agar masyarakat tak lagi ragu untuk memanfaatkan sosial media. (ryn)
Baca Juga: