Penerjemah Gokil di Balik Lirik 'Ganjil' JKT48

Kamis, 30 November 2023 - Hendaru Tri Hanggoro

RININTHA Pradiza terkenang masa lalunya. Sebuah peristiwa yang mengubah jalan hidupnya. Beberapa tahun lalu, dia tengah mengerjakan sebuah iklan salah satu jenama minuman isotonik asal Jepang.

Rinintha menjadi asisten produser sebuah production house (PH). PH-nya dikontrak oleh Dentsu Indonesia untuk mengerjakan iklan tersebut. Tugas spesifik Rinintha adalah menyaring peserta audisi di depan seorang produser Jepang sohor, Akimoto Yasushi.

Akimoto kesohor berkat grup idola AKB48 bentukannya. Grup ini mempunyai banyak penggemar melampaui batas negaranya. Selain itu, ada pula grup sister-nya di negara Asia lain, termasuk Indonesia.

Di Indonesia, sister group AKB48 disebut JKT48. Dari pengerjaan iklan itu, Rinintha masuk ke manajemen JKT48. Dia mengerjakan banyak hal karena kala itu JKT48 masih kekurangan staf.

Staf JKT48 pun jadi serbabisa. Istilahnya 'palugada' (apa lu minta, gua ada). Rinintha menjadi asisten produser dan penerjemah lagu AKB48 yang dibawakan oleh JKT48.

“Dari situ akhirnya mendapat tawaran di Dentsu Indonesia untuk proyek JKT48 ini. Awal menerjemahkan lirik itu awalnya iseng doang untuk lagu ‘Heavy Rotation’, kebetulan juga aku bisa sedikit bahasa Jepang dan coba kasih ke creative director JKT48, Gomi-san,” kata Rinintha kepada Merahputih.com.

Setelah itu, Rinintha menerjemahkan sejumlah lagu AKB48 seperti "Kimi No Koto Ga Suki Dakara (Karena Kusuka Dirimu)", "Ponytail To Chou-Chou (Ponytail dan Shu-Shu)", dan "Baby!Baby!Baby!"

Baca juga:

Budaya Populer Jepang, Invasi 'Kedua' Jepang di Indonesia

Kerja menerjemahkan lagu AKB48 bukan perkara mudah. “Lirik terjemahan ini enggak boleh sembarangan. Jadi, dari Akimoto-san (panggilan Akimoto Yasushi-Red.) memang sudah meminta jangan ada yang diubah padanan katanya,” tutur Rinintha.

Ketidaktepatan dalam menerjemahkan akan berdampak panjang. Mulai dari ketidaksesuaian koreografi para anggota dengan lagu sampai pengubahan nada musik.

Tiap lagu AKB48 sudah dirumuskan sedemikian rupa suku-katanya untuk disesuaikan dengan koreografi. Jika ada kelebihan satu suku kata saja, berarti koreografinya akan berubah.

Begitu pula antara lirik dan nada musik. Bila ada perubahan pada lirik, nada musiknya terpaksa harus mengikuti lirik. Ujungnya bakal merepotkan.

Karena itulah, Rinintha tak bisa menerjemahkan kata per kata secara bebas. Dia terikat aturan dari Akimoto-san.

Meski begitu, Rinintha juga harus kreatif dalam menerjemahkan. Dia dituntut harus menyesuaikan kondisi sosial, budaya, dan tradisi masyarakat Indonesia. Ini tantangan lain penerjemahan lagu AKB48.

Rifka Alfi Hidayawati, jebolan Program Studi Sastra Jepang Universitas Indonesia, mengungkapkan bahwa penerjemah akan menerapkan sejumlah jurus dalam penerjemahan agar pesan bahasa asal tak hilang dalam bahasa sasaran.

“Penerjemah harus memperhatikan kesesuaian dan kesepadanan kata yang diterjemahkan dengan budaya masyarakat Indonesia supaya hasil terjemahannya dapat diterima oleh masyarakat,” tulis Rifka dalam penelitiannya, Penerjemahan Domestikasi Lirik Lagu AKB48 ke Bahasa Indonesia untuk JKT48.

Penerjemah juga harus mempunyai pengetahuan tentang kondisi sosial, budaya, dan tradisi masyarakat bahasa asal dan masyarakat bahasa sasaran. Menerjemahkan lirik lagu juga bukan proses sekali jadi.

“Penerjemahan sebagai proses harus melalui tiga tahap, yaitu analisis, pengalihan, dan penyerasian,” sambung Rifka.

Namun, jurus tersebut akan lebih sulit diterapkan dalam penerjemahan lirik lagu. Lantaran penerjemahan itu dikekang oleh nada, rima, jumlah ketukan, dan tempo.

Rifka meneliti delapan lagu AKB48 dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia untuk JKT48. Dia menemukan ada penyesuaian terhadap situasi sosial, budaya, dan tradisi di Indonesia.

Dengan begitu, seorang penerjemah lagu AKB48 dapat mengganti kata bahasa asal dengan kata bahasa tujuan yang berbeda jauh arti harfiahnya.

Rifka menyebut penerjemahan semacam itu sebagai domestikasi. Dia mencontohkan lirik dalam lagu "Koisuru Fortune Cookie". Sebait liriknya dalam bahasa Jepang berbunyi "Kamisama mo shiranai". Bila diterjemahkan secara harfiah berbunyi "Tuhan pun tidak tahu".

"Kata ‘kami’ bagi orang Jepang adalah sesuatu yang harus dihormati/diyakini sebagai objek keimanan. Ia memiliki kemampuan mutlak yang melampaui pengetahuan manusia dan memberi manusia kehidupan dan kesejahteraan," tulis Rifka.

Baca juga:

Di Balik Kontroversi MV Baru 'Benang Sari, Putik, dan Kupu-Kupu Malam' Milik JKT48

Namun, penerjemahnya justru mengganti kata ‘Tuhan’ dengan ’Siapa pun’. Menurut Rifka, perubahan itu terjadi karena perkembangan sosial dan budaya.

"Karena penggunaan kata 'Tuhan' tidak cocok berkolokasi dengan kata 'tidak tahu' karena pada dasarnya Tuhan pasti mengetahui semuanya dan tidak ada yang Tuhan tidak ketahui," sebut Rifka.

Contoh lainnya terdapat dalam lirik lagu "Tenshi No Shippo" (Ekor Malaikat). Sebait liriknya dalam bahasa Jepang berbunyi "Niji ga kakaru kiseki made".

Bila diterjemahkan secara harfiah berarti "Hingga keajaiban merentang pelangi". Namun, penerjemahnya justru menggunakan kata 'muncul' untuk padanan 'kakaru'.

"Kata 'merentang' memiliki komponen makna yang berbeda dengan kata 'muncul'. Selain itu, kata 'pelangi' cocok berkolokasi dengan kata 'muncul'," ungkap Rifka.

Keunikan lain juga tampak dalam penggantian kata 'Shibuya' dengan 'Senayan' di lagu "Seifuku ga jama o suru" dan kata 'Koike' dengan 'Adyth' di lagu "Koike".

Domestikasi seperti ini kadang membuat sejumlah lirik lagu terdengar aneh. Simak saja lirik lagu “Heavy Rotation” berikut ini.

Seperti popcorn yang meletup-letup/Kata-kata suka menari-menari/Wajahmu suaramu selalu kuingat/Membuatku menjadi tergila-gila”.

Atau, “Yang kudengarkan favorite song/Seperti lagu yang kusuka/kuulang terus tanpa henti twenty-four hours a day/Oh Baby, the only request is you”.

Tak mengherankan bila Project Pop menyindir penerjemahan lirik JKT48 dalam lagu berjudul “BDG40”. Sebait liriknya berbunyi, “Kata-katakan cinta/Lari-lari di tempat/Nyanyikan saja, jangan bertanya/Gak ada artinya.

Meski beroleh kritik, toh lagu-lagu JKT48 tetap punya tempat luas di benak penggemarnya. Para penerjemahnya pun tak asal menerjemahkan. Ada proses panjang dan kerja keras penerjemah seperti Rinintha untuk ikhtiar ini. (far)

Baca juga:

Satu Dubber, Banyak Karakter

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan