Pakar Medis Dorong Pendekatan Holistik untuk Pengobatan Kanker

Kamis, 10 Oktober 2024 - Angga Yudha Pratama

Merahputih.com - Meski kanker payudara menjadi penyebab utama kematian akibat kanker di Indonesia, misinformasi tentang penyakit ini masih merajalela.

Berdasarkan survei Masyarakat Telekomunikasi pada 2017, sekitar 41,2% berita palsu terkait dengan informasi kesehatan, termasuk kanker payudara.

Misinformasi ini memicu stigma yang menghambat deteksi dini dan perawatan tepat, serta meningkatkan beban layanan kesehatan di Indonesia.

“Banyak perempuan menunda deteksi dini karena takut akan prosedur medis, kehilangan kontrol, atau stigma yang melekat pada kanker payudara,” ungkap Dr. Khoo Kei Siong, Wakil Direktur Medis dan Konsultan Senior di Parkway Cancer Centre (PCC).

Baca juga:

[HOAKS atau FAKTA]: Alat Uji PCR Menyebabkan Penyakit Kanker

Stigma tersebut sering dipicu oleh anggapan bahwa pasien tidak akan hidup lama atau dianggap tidak sempurna, yang berdampak negatif pada harga diri pasien.

Salah satu kesalahpahaman umum adalah anggapan bahwa mastektomi merupakan satu-satunya solusi medis, padahal diagnosis dini bisa membuka lebih banyak opsi perawatan.

Menurut data Kementerian Kesehatan, 43% kematian akibat kanker payudara di Indonesia sebenarnya dapat dicegah dengan deteksi dini yang didukung oleh dukungan keluarga dan lingkungan terdekat.

“Pengobatan kanker yang efektif harus dilengkapi dengan pendekatan holistik yang memberikan pengalaman berobat yang lebih baik bagi pasien,” tambah Dr. Khoo.

Baca juga:

Alasan Ilmiah Kanker Payudara Lebih Banyak Menyerang Perempuan Ketimbang Pria

CanHOPE, layanan dukungan kanker nirlaba dari PCC, menekankan bahwa kesehatan psikososial pasien sama pentingnya dengan perawatan fisik. Dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas bisa membantu pasien merasa tidak sendirian.

“Saya belajar bahwa kanker bukanlah sesuatu yang harus dihadapi sendirian,” ungkap seorang penyintas kanker.

“Era baru perawatan kanker payudara menawarkan perawatan yang lebih personal dan prospek pemulihan yang lebih baik,” jelas Dr. Khoo. (waf)

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan