Nyonya Meneer, Bukan Nyonya Belanda

Sabtu, 05 Agustus 2017 - Asty TC

SEKILAS, nama perempuan yang menjadi merek jamu Indonesia ini terdengar seperti sebutan Belanda. Namun, Nyonya Meneer bukanlah nyonya Belanda.

Dalam bahasa Belanda, meneer artinya tuan atau bapak. Jadi, tidaklah pas jika arti meneer tersebut disematkan pada Nyonya Meneer. Nyonya Tuan? Sangat bertentangan. Sementara nyonya dalam bahasa Belanda adalah minnares. Lalu, mengapa Nyonya Meneer?

Meneer adalah keturunan Jawa Tionghoa. Nama aslinya Lauw Ping Nio, lahir di Sidoarjo, Jawa Timur pada tahun 1895. Saat hamil Meneer, ibunya mengidam makan beras. Bukan bulir beras normal, melainkan menir, yaitu beras tak utuh hasil penumbukan padi alami (dengan lesung).

beras menir
Beras menir Sidoarjo (Foto: OLX)

Akhirnya, sang ibu memilih untuk memanggil Lauw Ping Nio dengan sebutan "Menir". Dari Menir berubah menjadi Meneer karena pengaruh ejaan Belanda, yang saat itu memang masih menjajah Tanah Air.

Singkat cerita, Meneer menikahi pria asal Surabaya, Ong Bian Wan, saat usianya masih 17 tahun, kemudian pindah ke Semarang. Tidak ada yang mudah pada masa-masa pendudukan Belanda, termasuk yang dialami pasangan ini. Suami Meneer sakit keras. Berbagai upaya penyembuhan pun tampaknya sia-sia.

Meneer pun mencoba cara tradisional. Ia meramu jamu ala orang Jawa yang pernah diajarkan orang tuanya. Suaminya ternyata sembuh oleh jamu yang ia buat. Sejak saat itu, Meneer menjadi semakin suka membuat jamu. Tak hanya bagi keluarganya, tetapi juga tetangga, kerabat, maupun masyarakat sekitar yang membutuhkan.

Tak disangka, berawal dari menolong orang, jamu Meneer menjadi dikenal di kota-kota sekitar Semarang. Atas dorongan keluarga, pada tahun 1919 berdirilah Jamu Cap Potret Nyonya Meneer, cikal bakal industri jamu terbesar di Indonesia. (*)

Baca juga artikel seputar Nyonya Meneer di sini: Sedih, Jamu Nyonya Meneer Yang Berdiri Sejak 1919 Dinyatakan Pailit.

Bagikan

Baca Original Artikel

Berita Terkait

Bagikan